Mohon tunggu...
Usman Kusmana
Usman Kusmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang Lelaki Biasa Dan Pegiat Sosial Politik

Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki. Menulis juga merangkai mozaik sejarah hidup, merekam hikmah dari pendengaran dan penglihatan. Menulis mempengaruhi dan dipengaruhi sudut pandang, selain ketajaman olah fikir dan rasa. Menulis Memberi manfaat, paling tidak untuk mengekspresikan kegalauan hati dan fikir. Menulis membuat mata dan hati senantiasa terjaga, selain itu memaksa jemari untuk terus bergerak lincah. Menari. Segemulainya ide yang terus meliuk dalam setiap tarikan nafas. Menulis, Membuat sejarah. Yang kelak akan dibaca, Oleh siapapun yang nanti masih menikmati hidup. Hingga akhirnya Bumi tak lagi berkenan untuk ditinggali....

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mau Bertahan Hidup di Jakarta ? Jangan Gengsi-an..!

16 Juni 2012   17:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:54 1275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa waktu luang, saya menyempatkan diri untuk mendatangi beberapa lembaga pemerintah. Kementrian, Pemda DKI dan juga kantor walikota. Naluri mahasiswa dan aktifis saya juga mulai terasah. Mampir ke kantor Ormas, terutama kantor PBNU di Kramat Raya, perpustakaan nasional, dan beberapa kantor media masa nasional. Dari aktifitas itulah saya mulai mengenal medan belantara Jakarta. Alur dan rute jalan berikut angkutan umum yang melewatinya.

Saya benar-benar melipat "rasa gengsi-an" saya dalam tempat paling tersembunyi. Tak ada keinginan terbesar kala itu selain bagaimana caranya agar  bisa menyelesaikan kuliah dengan cara saya sendiri, bertahan hidup dan menaklukan keras dan kejamnya belantara Jakarta. Alhamdulillah saya menyelesaikan pendidikan selama 6 tahun (terlambat memang..hehe), dan di akhir kuliah itu, saya sudah mulai menemukan jalan kehidupan di Jakarta. Saya menjadi guru di beberapa sekolah dasar dan beberapa aktifitas sosial lainnya yang saya kerjakan di salah satu organisasisi, dan juga di lingkungan sekitar tempat tinggal.

Tujuh tahun melipat gengsi, Jakarta akhirnya mengirimku kembali ke kampung halaman. Karena saya harus memperjuangkan nasib keluarga yang memang tinggal di Kampung. Saya memutuskan untuk membangun dari pinggir, dengan ilmu dan pengalaman yang didapat dari tengah. Mau bertahan hidup di Jakarta? Jangan gengsi-an...!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun