Mohon tunggu...
Kusariani Adinda Saraswati
Kusariani Adinda Saraswati Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi sekaligus pemimpi. Cerita lainnya bisa diakses di kusarianiadindablog.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Padamnya Pasar Kosambi adalah Padamnya Kasih Kami

20 Mei 2019   21:17 Diperbarui: 21 Mei 2019   23:47 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore sepulang magang, aku baru mendengar kabar bahwa Pasar Kosambi terbakar dan butuh waktu hingga 24 jam lebih untuk memadamkan api. Awalnya aku mengetahui kabar tersebut dari linimasa sosial media Twitter. 

Informasi yang aku dapat adalah seorang pemadam kebakaran yang tengah letih sambil memegang segelas air minum kemasan dengan mata yang lelah. Ditambah lagi dengan informasi yang lewat dari portal media yang aku ikuti, dengan penggambaran para pemadam kebakaran yang saling berkumpul duduk dan saling bersandar karena akhirnya api sudah padam.

Informasi selebihnya aku baca melalui detik.com, yang mengatakan bahwa api menyambar hanya di sekitar basement saja. Tidak sampai ke lantai 1 yang penuh dengan barang-barang mudah terbakar, seperti seragam sekolah dan pakaian lainnya. 

Berbagai portal media serta sosial media sekaligus menyebarkan suasana saat itu. Sesak, penuh kelabu, dan bagian depan dekat tangga yang banyak menjual oleh-oleh tidak terlihat lagi keramaiannya. Semua sudah penuh menjadi abu.

Mengetahui peristiwa ini, aku turut berduka kepada semua pedagang yang terlibat dan harus kehilangan mata pencahariannya sementara. Wacana untuk renovasi tengah dibicarakan, atau sudah digagaskan? Semoga saja jika wacana tersebut benar-benar terimplementasikan oleh pemerintah, para pedagang bisa tersenyum lagi melihat pengunjung yang datang atau hanya sekadar berlalu-lalang. 

Semoga saja jika wacana tersebut benar-benar terimplementasikan, para pengunjung dapat terkenang dengan keramahan para pedagang dengan logat khas Sunda, serta semua yang dijajal secara lengkap dengan harga yang bersahabat.

Kebetulan saat mengetahui peristiwa kebakaran itu, aku merasa sedih. Tempat yang meninggalkan banyak kenangan, mengapa harus ludes terbakar walau tidak memakan korban?

Dan kemudian, aku menjadi rindu saat-saat itu di Pasar Kosambi.

Pertama kali aku singgah ke Pasar Kosambi karena seniorku, Kak Audin, yang beberapa hari kemudian kembali pulang ke tanah asalnya. Budayanya sebelum pulang ke kampung halaman adalah membeli oleh-oleh (kue dan keripik) khas Bandung dengan harga yang murah. 

Oleh-oleh tentunya bisa dibeli secara kiloan. Waktu itu aku ingat, Kak Audin membeli keripik tempe dalam jumlah besar. Ditambah lagi dengan aneka kue kering, sepertinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun