Mohon tunggu...
Sanad
Sanad Mohon Tunggu... Mahasiswa/Pelajar -

Penulis Cerita Pendek

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Kutukan Paling Mengerikan di Dunia

9 Mei 2018   10:22 Diperbarui: 10 Mei 2018   04:23 2435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: www.arabianbusiness.com

Aku jadi teringat dengan cerita-cerita yang selalu ditawarkan Bang Adi sebelum kami terlelap dalam peraduan. Ia berkata bahwa seseorang diluar sana yang tidak ku kenali, bernama Yamin, tengah membantunya mengumpulkan jejak demi jejak keberadaan ayah mertuaku saat ini. 

Aku sah-sah saja, sebagai seorang anak juga sekaligus ayah bagi anak-anak kami, ia tak ingin apa yang menimpanya juga bakal menimpa diriku dan anak-anak. Sebab itulah ia sangat bersikeras untuk terakhir kalinya berusaha membahagiakan almarhum ibu. Setidaknya, untuk anakku yang sulung 'Edgar' dapat memahami bahwa surga dan kebahagiaan benar-benar terletak ditelapak kaki dan senyum seorang ibu.

Hingga suatu kali dimasa-masa sekarat ibu, Bang Edi mendapatkan sebuah surat yang berisi semacam karangan, atau pesan dari seseorang yang bernama Yamin. Ayah tidak kemana-mana, maksudku, ia tidak hidup dan tidak pula telah mati. Menurut surat yang dibaca Bang Edi itu, ayah mertuaku telah menjadi batu semasa Bang Edi masih remaja. 

Sebuah penelitian arkeologi, menyatakan sebuah batu yang terletak dipesisir pulau jawa benar-benar adalah batu hasil dari sebuah azab atau kutukan. Dan entahlah apa selanjutnya yang telah dibaca oleh Bang Edi. Katanya batu yang diteliti itu benar-benar ayah mertua. Bentuknya memang tidak sedang menyembah, melainkan sedang bersila dengan posisi lengan kanannya menahan dagu, dan itu memang adalah ciri khas ayah.

Dan akhirnya Bang Edi jadi sering menghabiskan waktu diberanda sendirian. Suatu kali ia pernah berkata: Aku tidak tahu harus membenci yang mana, kakek tua yang memanggul batu yang telah ia pecah menjadi seukuran batu-bata, ataukah ayahku yang jadi batu.

Entahlah, sampai hari ini seseorang yang namanya Yamin itu belum lagi membalas surat konfirmasi dari Bang Edi soal kebenaran penelitian itu. Menurut informasi, dan berita ditelevisi, seseorang bernama Muhammad Yamin telah dipenjara karena menjadi ujung tombak pergerakan buruh dimasa-masa menjelang reformasi.

Sedentum bunyi terdengar dari ruang kerjanya dilantai dua. Aku yang panik barangkali telah terjadi sesuatu, cepat-cepat menengoknya disana. Dan setelah pintu ku buka dengan paksa, tak ada lagi yang kutemukan. Bang Adi telah tiada, hanya ada sebongkah batu dengan posisi duduk sambil menyudut kretek dibibirnya.

Tiba-tiba dunia jadi gelap.     

[Maret 2018 -- Jogja]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun