Kamu yang kemudian menyetel radio
Menutup setiap telinga dengan lagu-lagu
Menghalangi setiap sunyi dengan dawai
Kamu sendiri lagi
Di tengah ramai.Â
Setiap yang pergi seperti daun yang jatuh
Sebagaimana air mata selalu jatuh ke bumi
Seperti hujan yang lupa jalan pulang
Kau meringkuk dijebak lubang yang menganga didada
Mengapa kehilangan seribut ini.
Seorang anak merengek atas induknya yang tak pernah pulang
Kau melihatnya sebagai kelucuan karena manusia punya kesedihannya masing-masing
Punya kehilangannya tiap-tiap
Dimana daun jatuh, Â disitu kau membusuk sebagai kehilangan, Â sebagai kelupaan
Dalam musik, Â dalam berisik yang enggan usai dalam sepi. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H