Ia sendiri tidak percaya bahwa seseorang yang bangkit dari kuburan memiliki kesaktian, beberapa kali ia belajar terbang namun gagal dan bertobat untuk tidak lagi melompat dari dahan pohon sambil mengepakan sayap seperti seekor burung. Tangannya masih mengarah ke jalanan, beberapa kendaraan yang lewat dan berhenti di dekatnya tiba - tiba saja melaju kembali tanpa peduli dengan permohonannya untuk di bawa ke kota. Beberapa sepeda motor yang berpapasan dengannya terjatuh ke parit, atau ke pematang sawah di sekitar jalan itu, salah seorang di antara pengedara motor itu ketakutan dan berlari meninggalkan sepeda motornya yang masih tergolek di sisi jalan.
"Hemm..!!" gerutunya ketika mulai kesal dan bosan menunggu, "Bisakah seseorang membantuku?, aku hanya ingin menemui suamiku!"
Tak seorangpun menjawab keluh kesahnya itu, beberapa orang yang berhasil melewati tempatnya berdiri telah hilang dari pandangannya, dan seorang lain yang berlari meninggalkan sepeda motornya telah jauh menjadi titik hitam yang di sorot matanya. Hanya sepeda motor bebek butut yang masih tergolek itu yang tersisa, harapan kembali mencerahkan wajahnya, dan dengan senyum sumringah ia menghampiri sepeda motor yang sedang berbaring di tepi jalan itu.
"Oh, sayang!, tuanmu sudah menelantarkanmu sendirian disini" katanya pada sepeda motor itu, "bangunlah, bangunlah sayang, dan antar aku ke kota, menemui suamiku".
~~~~
Tak ada yang lebih menakutkan ketimbang seorang perempuan gentayangan yang mengendarai sepeda motor, begitulah beberapa kampung kecil dan pedukuhan yang penyendiri di lewatinya, dan setiap yang melihatnya menjadi ketakuan lalu bermimpi buruk, beberapa orang tua renta akan segera meninggal beberapa hari kemudian, jika sempat melihat sesosok berjubah putih dengan rambut terurai itu ugal - ugalan di tengah desa mereka, dan anak - anak muda akan menjadi demam menyaksikan hal yang sama. Namun baginya ada hal yan lebih mengkhawatirkan, menuju kota tentu tetap saja tidak semudah itu, kedinginan menghantamnya selama di perjalanan, dan malam yang semakin tua membuatnya sedikit ketakutan pada orang - orang yang berniat jahat pada pengendara motor.
"Bagaimanapun!" Gumamnya dalam hati sambil terus berdoa, meminta keselamatan, "Aku tetap seorang perempuan".
Beberapa kali lubang jalanan yang rusak hampir membuatnya celaka, ia mengumpat mengutuki pembuat jalan yang tidak memperhatikan keselamatan orang lain. Di kesempatan lain ia berhenti di sebuah pompa bensin, setelah kelelahan mendorong motor butut itu sejauh delapan ratus meter. Orang - orang yang berada disana segera berlari, takut akan penampilan yang tidak biasa dari perempuan malang itu, bajunya kumal, dan sobek di sana - sini, dan rambutnya nampak tak disisir selama seratus tahun. Dan seorang petugas memberinya bensin gratis, setelah mendapatkan senyum yang memperlihatkan gigi gerahamnya, sama seperti yang di dapatkan oleh perempuan - perempuan petani sore itu.
"Betapa asiknya dunia ini sekarang!" katanya sambil kakinya kesusahan menendang - nendang pedal Start.
~~~~
Tepat beberapa jam kemudian ia sampai di kota itu, di depannya berdiri sebuah rumah yang begitu di kenalinya, dengan cat berwarna biru, dan sebuah taman asoka yang rimbun tetap berada di depan beranda rumah itu. Tak lupa ia membunyikan lonceng pintu agar segera di bukakan oleh penghuni rumah, dari dalam terdengar langkah kaki lalu gagang pintu itu bergoyang ke atas lalu ke bawah, dan seseorang berdiri dari balik pintu.