Mohon tunggu...
Kaitou Kurotsuki
Kaitou Kurotsuki Mohon Tunggu... karyawan swasta -

... whatever ...

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Menuju Sepakbola Profesional

8 Januari 2013   11:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:22 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Di level kompetisi sendiri, PSSI diberi amanat oleh AFC agar tahun 2014 nanti, kompetisi sudah berhasil disatukan kembali. Menengok Jepang dan Singapura, mereka membutuhkan waktu setahun untuk merumuskan liga baru. Dengan posisi waktu masih memasuki awal tahun 2013, praktis PSSI bisa dibilang memiliki hampir setahun penuh untuk menyusun konsep liga profesional yang dimaksud oleh AFC. Waktu yang sama seperti yang dimiliki kedua negara tersebut untuk merumuskan liga yang benar-benar profesional dan baru. Namun perlu dicermati, di kedua negara tersebut, tidak ada federasi tandingan yang siap merong-rong federasi resmi dari negara tersebut. Lain halnya dengan Indonesia dimana KPSI selalu membuat manuver-manuver yang sejatinya justru merugikan perkembangan sepakbola Indonesia tersebut. Meminjam istilah bung Otto von Bismark, Dewasalah KPSI. Perjuangan untuk tujuan yang baik harus dilakukan dengan cara yang baik. Cara yang salah hanya akan membawa noda kepada tujuan baik tersebut. Sekali lagi, Dewasalah KPSI!

Selain itu, dualisme nama juga sering tumpang tindih. Bukan, bukan dualisme Persija ISL dan Persija IPL yang saya maksud. Melainkan dualisme nama Persija antara sebagai klub dan sebagai perserikatan pembinaan sepakbola di Jakarta. Demikian juga dualisme nama Persis dimana kita jumpai kasus manajemen Persis meminta ijin KONI Solo untuk mengikuti kompetisi. Persis sebagai klub yang mengaku profesional sejatinya tidak ada sangkut pautnya dengan KONI. Yang berada di bawah yuridiksi KONI adalah Persis sebagai organisasi sepakbola yang mewakili Pengcab PSSI di Solo. Kalau selevel manajer klub saja masih bisa tertukar antara Persis sebagai klub dan sebagai organisasi olahraga, bagaimana dengan suporter yang lebih awam? Seharusnya klub profesional tidak menggunakan nama organisasi sebagai nama klub. Namun mengingat hal ini sepertinya tidak mungkin ditinggalkan (karena basis fans yang sudah terlanjur mengakar) ada baiknya nama klub diberi tambahan tertentu. Bisa FC, bisa tahun (seperti Persebaya 1927 misalnya yang merujuk ke klub IPL dimana Persebaya sendiri merujuk ke organisasi sepakbola di Surabaya), atau apapun yang masih mewakili keabsahan klub.

Dengan terbuktinya kedua negara tersebut mampu membawa negara menjadi level yang lebih baik ketika melakukan reset kompetisi untuk menuju kompetisi profesional, rasanya sudah waktunya kita mengikuti jejak kedua negara tersebut. Bukan pekerjaan yang mustahil, tapi jalan terjal pasti menanti. Tanpa dukungan dari semua kalangan (pemerintah, pengprov, KONI, dan tentunya masyarakat bola itu sendiri mulai dari pemain, pelatih, sampai suporter), mustahil PSSI mampu mewujudkan hal tersebut.

Sekarang kita kembali ke hati kita masing-masing. Maukah kita mengesampingkan ego masing-masing dan bersatu demi mewujudkan cita-cita meng-garuda-kan dunia?

Salam Kompasiana

Sumber: J-League - Wikipedia, S-League Wikipedia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun