Mohon tunggu...
Kurniyaty
Kurniyaty Mohon Tunggu... Guru - I love my self

Learning is knowing yourself, sharing is growing yourself, and inspiring is defining yourself.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi: Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

12 September 2021   20:17 Diperbarui: 14 September 2021   21:42 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best) - Bob Talbert

Kita tidak hanya mengajarkan teori atau melatih kecerdasan otak terlebih dari hal itu ajarkanlah hal-hal kemanusiaan, kepedulian dan cinta kasih, sekolah berperan penting dalam memajukan sumber daya manusia di mana terdapat proses belajar mengajar yang teratur dan terencana agar kegiatan belajar mengajar lebih efisien. Maka harus ada seorang pemimpin yang mengatur dan mengelola proses tersebut. Guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas tentu perlu melaksanakan langkah-langkah pengambilan keputusan dalam menyajikan pembelajaran yang berpihak kepada murid.

Keputusan yang diambil akan menentukan arah pembelajaran bermakna bagi murid jika memberikan lingkungan yang aman dan nyaman. Hal itu juga disebut dengan well being ekosistem pendidikan, guru dapat menerapkan sistem Among dalam pembelajarannya. Sistem Among merupakan metode yang sesuai untuk pendidikan karena berdasarkan asah, asih dan asuh yang bersendikan pada dua hal yaitu kodrat anak dan kemerdekaan belajarnya.

Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah proses menuntun segala kekuatan yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, dalam proses menuntun kita tidak bisa melakukan sekali waktu tapi harus secara berulang-ulang. Selain itu juga, sumber tuntunan tidak terpaku pada satu sumber saja namun bisa diambil dari berbagai sumber yang tentunya harus memiliki nilai dan hasil praktik baik.

Seperti nilai agama, pendidikan, moral dan budaya. Nilai-nilai tersebut harus saling berkaitan antara lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Sebagai pendidik kita harus bisa menjadi pamong dengan menuntun murid, apabila dihadapkan pada suatu dilema etika ataupun bujukan moral, bisa mengedepankan prinsip kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara agar keputusan yang diambil tetap memprioritaskan kepentingan murid. 

Filosofi pratap triloka pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu "Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani" harus tertanam dalam diri seorang guru dalam melaksanakan praktik baik bagi murid. 

Setiap anak itu unik dan beragam oleh sebab itu dalam proses tuntunan kita harus mampu menuntun murid sesuai kodratnya salah satu caranya menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, ini akan memberikan ruang dalam menyelaraskan dalam konsep merdeka belajar. Seorang guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang dapat memfasilitasi segala perbedaan pada murid dan berkolaborasi dengan seluruh warga sekolah untuk menggali segala informasi, terus belajar dan berinovasi menyajikan pembelajaran yang bermakna agar filosofi pratap triloka pendidikan Ki Hadjar Dewantara dapat terwujud.

Eksistensi seorang guru tidak terlepas dari nilai yang tertanam dalam diri seorang guru yang menjadi pemimpin pembelajaran yang harus mampu mentrasfer ilmu dan praktik baik kepada murid, dalam melaksanakan aksinya guru harus tangguh, tidak mudah putus asa, semangat dan mampu menyelesaikan berbagai persoalan atau dilema yang dihadapi. 

Nilai mandiri, nilai reflektif, nilai kolaboratif, dan berpihak pada murid menjadi karakter yang muncul dalam proses pendidikan dan pengajaran. Selain nilai mandiri yang harus ada pada diri guru ada beberapa nilai yang berpengaruh dalam pembentukan sebuah karakter karena karakter tumbuh dan bekembang melalui kebiasaan dan perilaku kemudian menjadi pola pikir dan akan lahir nilai-nilai yang kemudian akan bermuara dalam pengalaman emosi dan pikiran diri. 

Kadang-kadang kita di hadapkan pada nilai-nilai dalam memutuskan sesuatu hal baik itu dilema etika maupun bujukan moral. Dilema etika di mana kita harus memilih antara dua pilihan di mana kedua pilihan tersebut secara moral benar tapi bertentangan sedangkan bujukan moral suatu situasi yang terjadi ketika seseorang membuat keputusan antara benar dan salah.

Dalam mengambil suatu keputusan yang harus dilakukan seorang pemimpin pembelajaran yaitu Identifikasi masalah. 

(1) Dilema etika yaitu suatu masalah adanya nilai-nilai kebajikan yang mendasari bertentangan seperti cinta dan kasih sayang,                      kebenaran, keadilan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. 

(2) Bujukan moral apabila masalah tersebut berhubungan dengan orang dan peraturan, norma yang berlaku.

Prinsip - prinsip pengambilan keputusan

1.  Menentukan paradigma situasi masalah sesuai dengan kenyataan. Individu lawan masyarakat, Rasa keadilan lawan rasa kasihan, Kebenaran lawan kesetiaan, dan Jangka pendek lawan jangka panjang

2.  Memahami prinsip pengambilan keputusan. Berpikir berbasis akhir, Berpikir berbasis peraturan, dan Berpikir berbasis rasa peduli

3.  Menentukan nilai-nilai yang bertentangan

4. Siapa yang terlibat dan fakta-fakta yang relevan dalam situasi nyata. Benar atau salah, uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran dan uji panutan/idola

5. Pengujian paradigma benar dan benar. Sama-sama benar tapi bertentangan

6. Menentukan salah satu prinsip pengambilan keputusan. Berpikir berbasis hasil akhir atau berpikir berbasis peraturan dan berpikir berbasis rasa peduli

7. Melakukan opsi investigasi trilemma yaitu berupa penyelesaian kreatif yang tidak terpikir sebelumnya yang muncul ditengah- tengah kebingungan untuk berkompromi dengan situasi atau masalah yang terjadi

8. Membuat keputusan yaitu pengambilan keputusan dari dilema etika atas konsekuensi salah satu dari dua keputusan yang benar berdasarkan analisis pengujian keputusan dan menetapkan pilihan dari kasus bujukan moral pada dua keputusan dengan memilih         keputusan benar dan tidak memilih keputusan yang salah. 

9. Melakukan tinjauan hasil keputusan dari memahami kasus melakukan proses 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial dan keterampilan berhubungan sosial. Proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan kesadaran penuh (mindfulness) sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Pengambilan keputusan yang tepat akan berpengaruh dengan terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dengan demikian akan berpengaruh bagi murid dalam proses pembelajaran.

Namun pada situasi tertentu kita biasa dihadapkan pada dilema tertentu mengambil suatu keputusan misalnya lingkungan yang kurang mendukung, bertentangan dengan peraturan, dan bagaimana meyakinkan orang lain bahwa keputusan diambil sudah tepat. Perbedaan cara pandang serta adanya opsi benar lawan benar atau sama-sama benar atau juga benar lawan salah. 

Proses pengambilan keputusan membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dari keputusan yang diambil karena tidak ada keputusan yang bisa mengakomodasi seluruh kepentingan para pemangku kepentingan. Untuk membuat keputusan berbasis etika diperlukan kesamaan visi, budaya dan nilai-nilai yang dianggap penting dalam suatu institusi dan prinsip-prinsip dasar sehingga akan menjadi acuan yang lebih cerdas.

Kesimpulan

Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dengan modul- modul yang telah dipelajari sebelumnya merupakan suatu hal yang tidak dapat terpisahkan untuk mencapai kemerdekaan dalam belajar pada murid, Ki Hadjar Dewantara dalam menuntun segala proses dan kodrat/ potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri,sekolah, maupun masyarakat. Selain itu, pembelajaran yang dilakukan harus mampu melihat kebutuhan belajar pada anak serta mengolah kompetensi sosial dan emosional dalam mengambil suatu keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Pendekatan coaching dapat membantu murid dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri. Dengan memberikan pertanyaan pemantik. Guru harus mengetahui permasalahan yang dialami oleh rekan sejawat dalam proses pembelajaran dan coaching sehingga dapat menemukan jawaban atas setiap pertanyaan untuk menemukan solusi, maka terciptalah budaya positif pada lingkungan belajar di sekolah dan komunitas praktisi, para pendidik mampu membuat keputusan sebagai pemimpin pembelajaran merupakan cita-cita guru masa depan dan proses pengambilan keputusan berdasarkan dilema etika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun