Mohon tunggu...
Kurniawati Hasjanah
Kurniawati Hasjanah Mohon Tunggu... Editor - Profitez de votre journée!
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Go where you find peace and feel more alive.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Dear Anker, Tarif KRL Naik 5 Ribu Loh, Setuju Gak?

23 Januari 2022   16:10 Diperbarui: 27 Januari 2022   11:56 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KRL  | Sumber: Shuttestock.

Wacana kenaikan tarif KRL Commuter Line membuat heboh pengguna transportasi umum. Rencananya, tarif dasar KRL yang awalnya Rp 3.000 untuk 25 km pertama akan dinaikkan menjadi Rp5.000.

Terdapat pro dan kontra terkait kenaikan tarif ini. Berkaca dari hal tersebut, mari kita intip terlebih dahulu pelayanan serta fasilitas Commuter Line di New York dan Singapura.

Commuter Line di New York

Beberapa rekan saya yang pernah mengunjungi kota ini, menuturkan pengalaman yang mengesankan saat naik Commuter Line. Mereka merasakan fasilitas dan pelayanannya yang cukup memadai.

Stasiun dan kereta Commuter Line tampil lebih modern dengan fasilitas seperti jaringan wifi hingga kursi roda bagi yang membutuhkan.

Selain itu, wisatawan tak perlu kebingungan karena pihak kereta api menyediakan buku panduan berisi berbagai informasi yang sekiranya dibutuhkan penumpang.

Informasi itu meliputi cara menelusuri armada kereta NYCS, peta, informasi kereta express, dan kereta lokal, aplikasi NYCS di ponsel pintar, harga tiket, etika dan aturan di dalam kereta, hingga informasi mengenai keamanan.

Commuter Line di Malaysia

Terdapat lima jenis transportasi berbasis rel di Kuala Lumpur: KL Monorail, LRT (light rapid transit), KTM Komuter, KLIA Ekspres/ KLIA Transit, dan yang paling baru MRT (Mass Rapid Transit). Kelimanya dikenal sebagai sebuah sistem bernama Klang Valley Integrated Rail Transit.

Nah, salah satu dari transportasi itu yakni  KTM (Keretapi Tanah Melayu) Komuter merupakan kereta api jarak dekat. 

Kereta ini tidak terintegrasi dengan LRT dan monorel, jadi harus beli tiket sendiri. KTM Komuter biasa digunakan wisatawan menuju Batu Caves.  

Di sini, kereta menawarkan tempat duduk saling berhadapan, ada juga yang kursinya berderet seperti kereta api kelas bisnis. 

Fasilitas di dalam kereta memadai, terdapat bangku untuk penumpang prioritas, juga disediakan pegangan tangan untuk penumpang yang berdiri, pendingin ruangan, serta informasi status keberangkatan dan tujuan kereta yang disampaikan dalam bentuk audio dan visual.

Commuter Line di Indonesia

Saya memang aktif sebagai pengguna Commuter Line sejak tahun 2014 lalu, saat itu Commuter Line sudah berbenah. 

Tidak ada lagi penumpang yang naik di atas KRL, dan pedagang asongan yang menjajakan jualannya.

Semua gerbong KRL telah dilengkapi pendingin ruangan, kursi yang empuk, hingga petugas yang siaga membersihkan gerbong.

Saat itu tarif tiket kereta juga dirombak sejak 2011. Rute Bekasi ke Depok yang semula Rp 16.000 menjadi cuma Rp 4.000. Tiket elektronik diberlakukan, sehingga tak ada lagi tiket berbentuk kertas.

Dengan tiket elektronik, penumpang juga dipaksa untuk mengantre saat memasuki pintu stasiun. Sistem seperti ini membuat penumpang setidaknya sadar pentingnya tertib saat menggunakan transportasi umum.

KRL  | Sumber: Shuttestock.
KRL  | Sumber: Shuttestock.

Kemudian, lambat laun wajah stasiun KRL Jabodetabek juga turut diubah. Misalnya saja Stasiun Tebet yang kini berubah menjadi ciamik dan terintegrasi dengan layanan TransJakarta.  

Selain itu, ada juga guiding block atau jalan pemandu di area luar dan dalam stasiun. Hal ini tentu  membantu para penyandang disabilitas. 

Kini tersedia juga tempat duduk yang terbuat dari besi putih. Sehingga pengguna KRL bisa duduk dengan posisi setengah bersandar. 

Kemudian, terdapat rambu atau papan petunjuk arah untuk memudahkan pengguna KRL tidak bingung atau tersesat. 

Juga ada underpass atau terowongan penyebarangan orang di bawah tanah agar lalu lintas kereta tidak terganggu.

Wajah Stasiun Tebet  | Dok. Instagram @aniesbaswedan.
Wajah Stasiun Tebet  | Dok. Instagram @aniesbaswedan.

Tak hanya itu, KRL Commuter Line juga memprioritaskan bagi penumpang hamil, lansia dan orangtua yang membawa anaknya. 

Seringkali petugas meminta kesadaran penumpang untuk memberikan tempat duduk kepada mereka yang lebih membutuhkan. Tetapi, sayangnya kadang masih ada aja penumpang yang pura-pura tidur ketika dimintai kursinya tersebut. 

Atau ada juga yang pura-pura tidak mendengar alias dianggap angin lalu saja. Mungkin diperlukan sosialisasi yang lebih masif untuk meningkatkan kesadaran penumpang mengenai penumpang prioritas.

Dengan berbagai pembenahan yang dilakukan KRL Commuter Line, menurut saya boleh saja tarif dinaikkan. Asalkan pelayanan dan fasilitasnya lebih baik lagi. 

Sebaiknya juga pihak KRL mempertimbangkan penambahan gerbong saat jam sibuk berangkat dan pulang kantor agar tidak terjadi desak-desakkan di stasiun. 

Selain itu, alangkah baiknya jika terdapat layanan parkir kendaraan dalam stasiun gratis dan membuat aplikasi yang bisa mengetahui jadwal dan posisi kereta yang akurat. Selama ini, aplikasi yang ada masih sering telat jadwal kereta tibanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun