Perang terjadi ketika suatu bangsa diserang dari luar pihak penyerang lebih siap sehingga menggunakan kekuatan yang lebih besar, sementara yang diserang berupaya untuk mempertahankan diri, tidak saja hanya bersifat pasif, tetapi harus dapat memberikan pukulan balas. Pihak yang diserang akan membutuhkan waktu untuk mengejar ketinggalan yang terjadi sehingga terjadi keseimbangan, untuk pada akhirnya melakukan tindak ofensif balas untuk menghancurkan dan mengusir musuh. Perang gerilya hanya sebatas melelahkan musuh. Apabila hal ini tidak terjadi maka menyebabkan penyelesaian perang akan memilih cara lainnya, diantaranya politik.
Perang Gerilya tidak Pernah Memenangkan Pertempuran.
Mengalahkan musuh dapat dilakukan dengan melakukan suatu tindakan ofensif yang hanya dapat dilakukan dengan menggunakan tentara yang terorganisir secara rapih. Sementara perang Gerilya hanyalah untuk merepotkan musuh, serta memberikan waktu untuk menghimpun kekuatan yang cukup dalam melakukan tindakan ofensif yang menentukan.Â
Gerakan Gerilya dilakukan untuk membantu tentara reguler, sehingga tidak dilakukan secara mandiri, melainkan walaupun dilakukan secara terpisah akan tetapi terkoordinir menurut suatu strategi yang lebih besar, dalam rangka memberika tekanan secara terus menerus kepada lawan untuk melelahkan dan melemahkannya. Medan perang gerilya harus dilakukan seluas mungkin, termasuk dengan mengadakan operasi penyusupan ke semua penjuru, untuk memecah kekuatan lawan. Selama tindakan defensif yang dilakukan, maka pemerintahan sipil maupun organisasi militer harus tetap utuh dan berjalan seperti biasa, untuk menghindari penghancuran musuh.
Perang Gerilya biasanya adalah Perang Ideologi.
Perang gerilya sangat sulit dilakukan, karena membutuhkan ketabahan dan kesanggupan untuk melakukan perang dalam jangka waktu yang sangat lama. Maka hanya ideologi yang kuat dengan batin yang teguh yang dapat melakukan perang gerilya, melalui penderitaan yang lama dan sulit. Pemerintahan yang tidak didukung oleh rakyatnya, pemerintahan yang tidak berakar dalam ideologi rakyat, tidak akan mampu untuk mengharapkan kesanggupan rakyat untuk bergerilya. Api semangat perjuangan harus menyala secara terus menerus di hati gerilya, maupun rakyat yang menjadi induknya, yang pada akhirnya memberikan kekuatan untuk sanggup memikul berbagai konsekuensi yang berat.
Perang Gerilya tidak berarti Melibatkan seluruh Rakyat untuk Bertempur.
Dalam perang gerilya, rakyat selalu menjadi sendi utama bagi gerilya, untuk dapat tumbuh dan berkembang, sementara gerilya adalah harus mampu untuk berakar dan bergabung bersama rakyatnya. Akan tetapi tidak berarti seluruh rakyat harus bergerilya secara aktif, dalam artian bertempur. Perang gerilya adalah perang rakyat semesta, perang militer, politik, sosial-ekonomi dan psikologis. Rakyat yang bergerilya secara aktif hanyalah sebagian kecil saja, untuk memelihara kualitas, tabah, penuh semangat dan mahir dalam tugas. Perlawanan bersenjata dalam jumlah besar tidak memberikan hasil strategis secara militer, justru akan menguntungkan pihak lawan.
Perang Gerilya bukan Berarti tidak Teratur.
Perang gerilya harus dilakukan secara efisien, tetap menjunjung tinggi disiplin, berdasarkan teori dan strategi yang tepat, melakukan latihan sewaktu-waktu, patuh terhadap peraturan-peraturan, terhadap rencana operasi dan sebagainya. Gerilya yang tidak terorganisir dengan baik, selain akan mengorbankan jiwa dan material untuk hal-hal yang tidak mempunyai keuntungan strategis, juga akan memboroskan waktu dan energi
Gerilya Berpangkalan dalam Rakyat.