Mohon tunggu...
Nova Kurniawan
Nova Kurniawan Mohon Tunggu... -

Finance Staff at BUMN

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Merasai Malu

24 Juni 2014   20:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:16 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa malam kemarin ga sengaja liat debat di tv one mengenai capres dan cawapres 2014. Yah kita tau bahwa Tv One milik ARB dan ARB berada dipihak Prabowo. Tapi malam itu saya lihat debat yang dilakukan cukup berimbang, dalam artian konklusi debat tidak secara gamblang mengarahkan kemenangan pada salah satu calon.

Orang-orang yang dipilih untuk ikut dalam perdebatan adalah Ahmad Dhani dengan Tontowi Yahya di pihak Prabowo dan Nico Siahaan dengan ‘presenter/artis yang saya lupa namanya siapa’ di pihak jokowi. Debat berlangsung cukup unik karena dilakukan oleh orang-orang otak kanan yang ahli dalam hal seni atau kreatifitas. Alhasil jawaban dan counter-counter yang dilontarkan pun sering bikin nyengir sendiri.

Namun ada satu hal yang menjadi bahan perenungan di akhir acara, yaitu ketika Hanta Yuda, pengamat politik yang juga menjadi pimpinan dari lembaga survei politik poll tracking memberikan komentar dan analisanya mengenai kondisi paska pemilihan. Hanta mengatakan beberapa kemungkinan, yaitu jika Prabowo yang menang maka kemungkinan partai yang menyebrang dari pihak Prabowo adalah PKB, namun jika Jokowi yang menang maka partai yang paling mungkin menyeberang adalah Golkar (Partai dari Tontowi) dan satu lagi, PAN.

Saya jujur aja ga kebayang kalo bener Jokowi yang menang dan PAN akan menyebrang ke pihak Jokowi dalam pemerintahan. Berapa banyak kader PAN yang akan menjilat ludah sendiri. Saya ga kebayang Amien Rais yang dulu sempat memandang begitu negatif pada Prabowo dan kemudian karena Hatta (ketum PAN) diajak menjadi wapres Prabowo akhirnya berputar 1800 menjadi pendukung penuh Prabowo, dan kemudian ketika Jokowi menang kembali menyebrang kepada Jokowi yang akhirnya akan berhadapan kembali dengan Prabowo.

Saya juga tidak kebayang bagaimana Hatta sebagai ketum mencari penjelasan logis mengenai penyebrangan yang dilakukan, padahal dia merupakan cawapres dari Prabowo. Hal lain si temen-temenku cewe pada ga suka ma Hatta gara-gara di debat dia sempat bilang masalah penegakan hukum sementara anaknya menurut mereka cew-cew ini dihukum terlalu ringan. Yaa hal lain yaa.

Pikiran melayang lagi mengingat isu ketika Jokowi sempat tidak mau meladeni ‘sun pipi’ ala ketimuran kepada Prabowo di salah satu acara debat. Namun ternyata hal itu juga dilakukan oleh Prabowo kepada Jokowi ketika berada di dalam ruangan sebelum debat dimulai. Dan akhirnya, di acara debat kemarin saya lupa tanggal berapa, dihadapan publik dan seluruh masyarakat Indonesia mereka dengan sukarela melakukannya dengan niat (yang saya tebak) dianggap friendly.

Siapa yang tak tau video Jusuf Kalla ketika diwawancarai sebelum momen penentuan capres cawapres? Saat ditanya bagaimana pendapatnya tentang Jokowi jika berhasil menjadi presiden dan jawabannya? “Bisa hancur negeri ini” katanya, dan sekarang dia menjadi cawapres dari Jokowi. Pun Jokowi sendiri sempat mengatakan “Ndak mikir, ndak mikir” ketika ditanya wartawan perihal kemungkinan pencalonan dirinya sebagai capres oleh PDIP. Dan akhirnya?

Sebenernya masih banyak lagi fakta-fakta inkonsistensi atau bahasa alusnya ‘jilat ludah sendiri’ yang dipraktekkan tokoh-tokoh politik kita. Cuma saya lupa aja, saya lupain. Males banget inget-inget semuanya.

Saya jadi kebayang, gimana kita bisa percaya sama janji orang-orang yang ga malu ngejilat ludah sendiri? Gimana negeri ini bisa maju kalo hampir semua tokoh politiknya begitu?

Jangankan ke sana, saya sendiri sebagai orang yang ndak gerak di Politik kebingungan, gimana rasanya jadi orang yang jilat ludah sendiri dan nggak malu masih bisa bicara lantang di depan publik?

Tapi kemudian ada kejadian yang bikin pikiran saya mulai paham, bahwa sebenarnya fenomena ini sudah jadi hal umum sampai tingkat akar rumput masyarakat, khususnya atas kejadian penutupan Dolly akhir-akhir ini. Bayangkan, di tengah kebijakan yang benar-benar benar saja masih ada penolakan dari para mucikari dan preman yang berkepentingan di daerah Dolly. Bayangkan, dimana rasa malunya?? Dan yang paling parah, mereka menggelar deklarasi tandingan dan bahkan Istighasah menolak rencana penutupan Dolly, dimana terdapat wanita berjilbab yang ikut acara tersebut. Saya sampai geleng-geleng kepala, ga habis pikir, dimana malunya????

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun