Mohon tunggu...
jefry kurniawan
jefry kurniawan Mohon Tunggu... -

senang dengan dunia tulis menulis dan bermimpi, karena mimpi tidak ada yang bisa melarang dan membatasinya, serta ingin mewujudkan semua mimpi-mimpinya menjadi kenyataan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mahasiswa/i Saat Ini

15 Mei 2011   07:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:40 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zaman sudah berubah, teknologi semakin maju dan pendidikan pun menjadi "peralatan" yang penting seiring perkembangan zaman ini. Pendidikan perlahan juga tergerus oleh zaman sekarang yang lebih dikenal zaman/era globalisasi. Bagaimana tidak? Dahulu pendidikan hanya sampai SD, SMP atau SMA orang-orang sudah dianggap pintar dan bisa melamar pekerjaan dengan pendapatan yang bisa dibilang cukup dan memadai. Tapi sekarang? Ijazah SMA hanya mampu membawa kita dalam tingkat kerja yang itu-itu saja, perlu adanya tingkat pendidikan yang lebih untuk mendapatkan tingkat kerja yang itu-itu saja. Selain itu memang yang tidak kalah pentingnya adalah skill dari setiap orang juga.

Hidup kita saat ini memang terasa mudah karena memang diberikan kemudahan. Adanya teknologi membuat dunia ini terasa kecil dan mengerjakan sesuatu lebih mudah dan ringan. Bayangkan saja kita ingin tau soal dunia, berita dunia atau apapun kita tidak perlu lagi pergi ke perpustakaan untuk meminjam atau membaca buku, cukup pergi ke warnet dan gunakan internet kita sudah mendapatkan informasi yang kita butuhkan. Inilah contoh sederhana yang mungkin sekarang adalah hal yang lumrah dan mudah untuk dicapai.

Saya juga tidak bisa membayangkan bagaimana orang-orang zaman dulu untuk mencari informasi yang diinginkan karena zaman dulu masih belum terkenal internet atau malah masih jarang orang yang tau akan internet. Tapi orang orang dahulu begitu semangatnya dalam mencari informasi untuk kebutuhannya. Dan tidak banyak malah yang melakukan penelitian yang menemukan hal-hal yang baru dan memiliki intelektual yang tinggi.

Coba sekarang kita bayangkan dengan mahasiswa yang tentunya memiliki banyak ilmu karena telah berpendidikan lebih tinggi di eranya sekarang. Mahasiswa yang kuliah pada zaman sekarang adalah orang-orang yang semua kebutuhan akan akses informasi dan segalanya sangat cepat dan bisa dijangkau. Walau jauh dari orang tua istilahnya "merantau" kita masih bisa berhubungan dengan orang tua dengan waktu yang real-time dengan menggunakan handphone.

Mahasiswa modern saat ini memang telah mengikuti perkembangan zaman dan memang kenyataanya itu adalah suatu keharusan (kewajiban) yang mutlak perlu bagi mahasiswa (karena saya sendiri juga seperti itu).

Tapi kenapa topik bahasannya mahasiswa sekarang? Apa intinya dari artikel opini yang saya buat ini? disini saya mencoba menuangkan segala opini saya mengenai kebiasaan-kebiasaan mahasiswa sekarang yang saya lihat dan coba saya cerna kemudian saya simpulkan dengan kata-kata saya sendiri. Mohon maaf jika ada yang tidak berkenan atau tersinggung ini hanya opini dari saya pribadi.

1. Mahasiswa sekarang kurang mengerti arti sopan santun.

Kenapa demikian? Memang sih tidak banyak yang melanggar sopan santun dan masih banyak kok mahasiswa yang mengerti akan sopan santun itu. Tapi di era-era saat ini adalah sopan santun menjadi sesuatu yang mahal.

Saya contohkan saja dan silahkan diambil kesimpulannya sendiri yah dan saya yakin setiap orang juga mempunyai pendapat yang berbeda. Sewaktu di ruang kelas ketika dosen menerangkan masih saja mahasiswa sempat untuk mengirim SMS atau bahkan mengangkat telepon, padahal dosen sedang menjelaskan mata kuliahnya, ingat dosen itu adalah pemimpin di mata kuliah tersebut dan pemimpin butuh dihargai juga, bayangkan saja jika kita cuek kepada dia, lebih mementingkan urusan pribadi kita sendiri bagaimana hasilnya? Yah hasil dikembalikan lagi ke diri kita masing-masing.

2. Mahasiswa sekarang kurang mengerti arti adat istiadat dan norma-norma.

Saya berkata demikian karena saya sering melihat kebudayaan-kebudayaan luar benar-benar masuk ke dalam lingkungan budaya timur kita. Saya mencoba membuat contohnya seperti ini. Banyak mahasiswa terutama mahasiswi yang ke kampus (terutama kampus elite) pergi ke kampus dengan pakaian-pakaian yang bisa dibilang pakaian mall. Pakaian yang ketat dari atas sampai bawah, dandanan penuh biar tampak cantik, berbagai accesoris dipakai inikah potret kehidupan mahasiswa saat ini? Sarana pendidikan digunakan juga sebagai sarana pamer fashion. Dan dari sini akan terlihat sekali kesenjangan sosialnya. Bagaimana pendapat Anda?

3. Kurang lebih 80% mahasiswa/i sekarang sudah pernah pacaran atau sedang berpacaran.

Ini memang sudah sering kita lihat di zaman sekarang. Pacaran adalah hal yang lumrah dan apa adanya. Bukan sesuatu hal yang perlu dikagetkan lagi jika mahasiswa/i memiliki pacar atau mungkin sekedar gebetan. Tapi yang harus diperhatikan dan harus digaris bawahi disini adalah efek atau dampak pacaran tersebut kepada diri sendiri. Jika pacaran tersebut membuat kita bahagia hanya sesaat dan pasangan tidak bisa menyupport (mendukung) kegiatan positif kita lebih baik jangan pacaran lebih dulu. Apalagi sampai berdampak seperti stress, mengacaukan kuliah dll, terutama mahasiswa/i yang merantau, ingat orang tua kalian memberikan uang bulanan bukan dipakai untuk berpacaran tapi untuk kepentingan diri kalian sendiri. Apalagi kita membuat nama buruk keluarga atas dasar "cinta" kita kepada orang tua. Menurut saya pribadi pacaran sih sah-sah saja yang penting bisa memberikan yang terbaik antara satu dengan yang lain.

4. Sekitar 70% mahasiswa/i kurang memanfaatkan waktu luangnya dengan maksimal

Bagaimana menjelaskannya yah, saya juga sedikit bingung. Intinya seperti ini yang bisa saya sampaikan lewat contoh. Mahasiswa/i sekarang jika ada waktu kosong pasti lebih banyak digunakan untuk mencari hiburan semata, jarang digunakan untuk memaksimalkannya atau jika mahasiswa tersebut memiliki bakat atau kemampuan lebih mahasiswa tersebut jarang untuk mengasahnya agar lebih matang lagi. Contohnya seperti ini ada mahasiswa/i gemar fotografi, ketika ada waktu luang mereka jarang untuk mengasah bakat yang mereka punya, biasanya malah menjadi fotografi mall, kenapa? Karena di mall lebih banyak hiburannya dibanding dengan fotografi jenis apa yang mereka tekuni. Dalam hatinya ada dorongan untuk menunda hal-hal baik tersebut. Atau seperti ini, banyak mahasiswa yang tinggal di kos berfasilitas internet, ujung-ujungnya yang pada niat awalnya ingin browsing ilmu akhirnya menjadi main game OL dan lama kelamaan kecanduan, nah dari kecanduan ini yang menjadi momok menakutkan. Karena kalau sudah ketagihan seperti ini mereka kemungkinan untuk bermain game-game OL tersebut sangat besar dan jika tidak bermain game tersebut rasanya seperti seorang yang sudah ketagihan narkoba yang telah "sakau" karena habis persediaanya. Otaknya akan selalu berpikir tentang bagaiamana untuk bermain game tersebut, karena game-game tersebut yang membuat mereka senang dan membuat pikiran mereka senang. Tidak salah sih untuk melakukan seperti itu. Tapi yang ditakutkan adalah dampak "ketagihannya" yang mungkin akan banyak menyita waktu, entah itu waktu kuliah atau senggangnya. Memang hiburan penting tapi beriring juga dengan aktivitas-aktivitas positif kita, karena memang kita manusia sangat butuh hiburan untuk melakukan refresh otak kita.

Mahasiswa/i sekarang kurang perhatian dengan kesehatan.

Ini lebih diutamakan kepada mahasiswa/i yang jauh dari orang tuanya alias dalam perantuan. Memang ketika jauh dari orang tua kita, mungkin inilah cobaan terberat yang harus dihadapi. Terkadang segala sesuatunya instan dan serba ada, seperti kita mau makan kita tinggal duduk di meja makan, kita sakit tinggal bilang ke orang tua dan orang tua pasti akan mengurusi kita atau membelikan kita obat. Berbeda dengan mahasiswa/i yang merantau, hal itu adalah sesuatu yang sangat berharga dan di idam-idamkan sekali saat merantau, karena orang tua istilahnya adalah tameng pengingat diri mahasiswa/i tersebut. Dari sinilah cobaan yang mahasiswa/i perantauan yang harus bisa menyikapinya dengan cara dan sudut pandang mereka sendiri. Banyak mahasiswa yang melakukan kegiatan-kegiatan mahasiswanya, seperti mengerjakan tugas intinya kerjaan kampus, mahasiswa/i mengerjakan sampai larut malam hingga kurang tidur, lupa makan atau makan tidak teratur. Saya sendiri tidak bisa menyangkal hal itu sering terjadi kepada saya. Tapi seharusnya ini jadi pelajaran saja untuk kita mahasiswa/i untuk bisa lebih menjaga kesehatan kita. Tampaknya itu sepele dan tidak berdampak begitu besar atau bahkan belum ada efeknya, yah itu jangka pendeknya. Coba kita pikirkan jangka panjangnya akan menjadi seperti apa hal yang kecil itu, ingat sesuatu hal yang kecil akan bisa menjadi suatu hal besar dan hal yang besar datangnya adalah dari sesuatu yang kecil.

Ini adalah rangkaian artikel dari opini saya sendiri, apa yang saya lihat, saya pikir dan akhirnya saya simpulkan dengan bahasa-bahasa yang saya olah sendiri. Mungkin artikel opini saya ini banyak menyinggung atau tidak setuju dengan isi di dalamnya. Tidak apa-apa karena memang ini pendapat saya pribadi. Tapi semoga ini bisa sebagai bahan acuan untuk yang membacanya dan mungkin pembaca bisa menambahkan atau bahkan menyangkalnya dengan sanggahan-sanggahan positif yang membuat ide-ide semakin banyak yang masuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun