bersosialisasi dengan orang lain.
Saat ini, ponsel cerdas telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan kita. Hampir setiap orang memiliki satu, bahkan lebih, perangkat genggam yang mereka bawa di mana-mana. Ini memberi kita akses instan ke berbagai aplikasi, media sosial, dan konten online. Meskipun ini menawarkan banyak manfaat, kecanduan ponsel juga telah mengubah cara kitaSaya memperhatikan perilaku saya sendiri dan teman-teman di sekitar saya. Saat kami berkumpul untuk sarapan, semuanya tampaknya sibuk dengan perangkat masing-masing. Tidak ada yang benar-benar terlibat dalam percakapan nyata. Rasanya seperti kita ada di dunia yang berbeda, yang dipisahkan oleh layar sentuh ponsel kita.
Kecanduan ponsel telah merampas kita dari pengalaman bersosialisasi yang tulus. Kami mungkin berada di satu ruangan bersama-sama, tetapi perhatian dan interaksi nyata sangat terbatas. Ini menghasilkan pertanyaan yang mendalam tentang apakah kita benar-benar bersosialisasi atau hanya berada dalam "kehidupan maya" yang tak ada habisnya.
Saya memutuskan untuk menghitung seberapa sering saya memeriksa ponsel dalam sehari. Hasilnya mengejutkan. Saya menemukan bahwa saya membuka ponsel saya lebih dari 70 kali dalam sehari. Dan rata-rata menghabiskan 7-10 jam per hari.
Ternyata, saya tidak sendirian dalam kebiasaan ini. Banyak dari kita telah terperangkap dalam lingkaran kecanduan ponsel, yang membuat kita terus-menerus terganggu oleh notifikasi, pesan, dan aplikasi. Pertanyaannya adalah, seberapa sering kita benar-benar hadir dalam interaksi sosial kita?
Saya mendengar kisah seorang teman yang baru saja mengakhiri hubungannya dengan pacarnya. Alasannya? Pacarnya lebih suka menghabiskan waktu dengan ponselnya daripada dengannya. Ini adalah contoh nyata dari bagaimana kecanduan ponsel dapat merusak hubungan kita dengan orang-orang yang paling kita cintai.
Hubungan romantis memerlukan perhatian dan investasi waktu yang besar. Namun, saat ponsel menjadi pusat perhatian, pasangan kita merasa diabaikan dan kurang dihargai. Kecanduan ponsel dapat merusak ikatan emosional yang kuat dan mengganggu komunikasi yang sehat dalam hubungan tersebut.
Saya mencoba untuk melakukan eksperimen sosial kecil. Saya memutuskan untuk tidak membawa ponsel saya ke pertemuan keluarga akhir pekan ini. Awalnya, saya merasa cemas dan merasa seperti saya akan kehilangan sesuatu yang penting.
Namun, tanpa ponsel, saya merasa lebih terlibat dalam percakapan dan benar-benar mendengar apa yang dikatakan oleh anggota keluarga saya. Saya merasa lebih hadir dalam momen tersebut, dan ini membuka mata saya tentang seberapa sering ponsel kita menghalangi kita dari pengalaman sosial yang lebih kaya dan berarti.
Pendapat Teman Tentang Kecanduan Ponsel
Saya memutuskan untuk berbicara dengan teman-teman saya tentang bagaimana mereka merasa tentang cara bersosialisasi dalam era ponsel cerdas. Mereka semua sepakat bahwa ponsel adalah alat yang sangat berguna, tetapi sering kali menjadi penghalang dalam interaksi sosial.
Mereka mengakui bahwa saat kita berbicara dengan seseorang, itu lebih baik jika kita benar-benar hadir secara fisik dan mental. Namun, mereka juga mengakui bahwa itu tidak selalu mudah dilakukan, terutama karena tekanan yang datang dari notifikasi dan dorongan untuk "selalu terhubung."
Kemudian saya mencari penelitian ilmiah tentang dampak negatif kecanduan ponsel dan menemukan bahwa ada banyak studi yang menunjukkan dampak negatif kecanduan ponsel terhadap cara kita bersosialisasi. Salah satu temuan menarik adalah bahwa orang yang menggunakan ponsel mereka selama pertemuan sosial cenderung kurang diperhatikan dan lebih tidak diinginkan oleh orang lain.
Studi ini menyatakan bahwa ketika seseorang terus-menerus terlibat dengan ponsel mereka, mereka kurang mampu membentuk ikatan sosial yang kuat. Ini bisa menyebabkan perasaan isolasi dan kesepian, meskipun secara paradoks mungkin terhubung dengan banyak orang secara daring.
Setelah itu saya konsultasi dengan psikolog tentang kecanduan ponsel Untuk mendapatkan wawasan lebih dalam tentang dampak psikologis kecanduan ponsel, saya mencari pertemuan dengan seorang psikolog. Dia menjelaskan bahwa ponsel dapat menjadi pelarian dari ketidaknyamanan sosial. Ketika kita merasa canggung atau tidak nyaman dalam situasi sosial, kita cenderung mencari kenyamanan dalam ponsel kita.
Psikolog ini juga berbicara tentang bagaimana kecanduan ponsel dapat mengurangi kemampuan kita untuk membaca ekspresi wajah dan bahasa tubuh orang lain. Ini adalah keterampilan penting dalam komunikasi sosial, dan jika terganggu, dapat merusak kemampuan kita untuk memahami perasaan dan niat orang lain
Upaya Perubahan Kecil dalam Penggunaan Ponsel
Setelah menyadari dampak negatif kecanduan ponsel terhadap cara saya bersosialisasi, saya memutuskan untuk melakukan perubahan kecil. Saya ingin mencoba membatasi penggunaan ponsel saya saat berkumpul dengan teman-teman atau keluarga. Tujuannya adalah untuk benar-benar hadir dalam momen tersebut dan memperkuat koneksi dengan mereka.
Saya menyadari bahwa ini tidak akan mudah, tetapi saya merasa itu adalah langkah yang perlu untuk memperbaiki cara saya bersosialisasi. Saya ingin memastikan bahwa saya tidak hanya ada secara fisik, tetapi juga secara emosional ketika bersama orang-orang yang saya pedulikan.
Saat saya mencoba membatasi penggunaan ponsel saya, saya merasa seperti saya membebaskan diri dari belenggu kecanduan. Tanpa distraksi ponsel, saya merasa lebih fokus dan lebih hadir dalam setiap percakapan. Saya merasa lebih mudah untuk terlibat dalam diskusi yang mendalam dan untuk benar-benar mendengarkan apa yang dikatakan orang lain.
Ini membuka mata saya tentang seberapa sering ponsel kita menghentikan kita dari pengalaman sosial yang sebenarnya. Kami sering melewatkan momen-momen berharga bersama orang-orang yang kami cintai hanya karena kami terlalu sibuk dengan perangkat kami.
Berencana untuk Mengatasi Kecanduan Ponsel Bersama Teman-Teman
Saya mulai berbicara dengan teman-teman saya tentang rencana untuk mengatasi kecanduan ponsel kami. Kami semua setuju bahwa perubahan diperlukan jika kita ingin meningkatkan cara kami bersosialisasi. Kami berencana untuk membuat peraturan sederhana, seperti tidak menggunakan ponsel saat makan bersama atau selama pertemuan sosial.
Kami menyadari bahwa ini akan menjadi tantangan, terutama karena kecanduan kami sudah cukup dalam. Namun, kami ingin berkomitmen untuk menjadi lebih sadar dan hadir dalam interaksi sosial kami. Kami percaya bahwa ini akan membantu kami memperkuat hubungan kami dengan orang lain.
Saat kami mulai mengurangi penggunaan ponsel kami selama pertemuan sosial, kami mulai merasakan perubahan positif dalam cara kami bersosialisasi. Kami merasa lebih dekat satu sama lain, dan percakapan kami menjadi lebih bermakna. Kami bahkan mulai menemukan cara-cara kreatif untuk menghabiskan waktu bersama tanpa bergantung pada ponsel.
Ini membuat kami menyadari bahwa kami telah melewatkan begitu banyak momen berharga dalam kehidupan kami karena kecanduan ponsel. Kami mulai merasakan kegembiraan yang lebih besar dalam berinteraksi dengan orang-orang yang kami cintai, dan itu menjadi motivasi untuk terus melangkah dalam mengatasi kecanduan kami.
Saya juga berbicara dengan teman yang mencoba eksperimen serupa dengan meninggalkan ponselnya saat berkumpul dengan pasangannya. Dia mengatakan bahwa ini telah membantu mereka berdua untuk lebih mendekatkan diri satu sama lain. Mereka merasa lebih terhubung secara emosional dan lebih puas dalam hubungan mereka.
Ini adalah contoh nyata bagaimana mengurangi penggunaan ponsel dapat memperbaiki hubungan interpersonal. Saat kita lebih hadir dalam hubungan kita, kita dapat membangun ikatan yang lebih kuat dan memahami kebutuhan dan keinginan satu sama lain dengan lebih baik.
Berusaha untuk Bersosialisasi dengan Lebih Baik
Setelah dua minggu melihat dampak kecanduan ponsel terhadap cara kita bersosialisasi, saya menyimpulkan bahwa perangkat ini memiliki dampak yang signifikan pada interaksi sosial kita. Ini bukanlah sesuatu yang negatif secara mutlak, karena ponsel juga memungkinkan kita untuk tetap terhubung dengan orang-orang yang kita cintai, terutama dalam situasi jarak jauh.
Namun, kita perlu belajar mengendalikan penggunaan ponsel agar tidak mengganggu hubungan kita dengan orang lain. Kami telah melihat betapa berharganya hadir secara fisik dan emosional dalam percakapan dan bagaimana pengurangan kecanduan ponsel dapat meningkatkan kualitas interaksi sosial kami.
Sekarang, kami merasa lebih bersemangat untuk mengubah kebiasaan kami dan menjadi lebih hadir dalam percakapan dengan orang lain. Semoga catatan ini juga bisa menginspirasi Anda untuk melakukan hal yang sama dalam upaya untuk memperbaiki cara Anda bersosialisasi dalam dunia yang semakin terhubung secara digital.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H