TUHAN TAHU YANG TEBAIK UNTUK KITA
Nama saya Kurnia. Kurnia Adika Ananta lengkapnya. Saya adalah seorang mahasiswa semester 4, Program Studi S-1 Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Airlangga. Pada tulisan ini, saya akan membagikan kisah perjalanan panjang dengan segala pergolakan batin tentang perjuangan saya yang ingin merasakan belajar dan menimba ilmu di bangku perkuliahan. Dan saya sangat bersyukur karena di tahun 2020 kemarin, pada akhirnya saya menjadi seorang mahasiswa baru dengan bantuan biaya KIP-Kuliah. Saya berharap kisah ini dapat menginspirasi, menghibur, serta bermanfaat bagi teman-teman pembaca dimanapun kalian berada.
Saya adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak saya lahir pada tahun 2000, saya 2001, dan adik saya 2009. Saya lahir dalam keluarga kecil namun hangat. Ketika saya masih kecil, ayah saya bekerja sebagai kurir sebuah ekspedisi, sedangkan ibu saya adalah ibu rumah tangga. Ayah saya juga bekerja sebagai electone freelance untuk hiburan di acara-acara pernikahan. Pekerjaan ayah saya tersebut bukanlah pekerjaan yang memiliki gaji tetap, sehingga keluarga kami belum bisa dikatakan “cukup” dalam perekonomian. Oleh sebab itu, ibu pernah beberapa kali bekerja juga untuk membantu perekonomian keluarga kami. Dan saat ini ayah saya bekerja sebagai driver ojek online, sedangkan ibu saya memiliki usaha kecil-kecilan yaitu berjualan jajanan pasar.
Kisah ini berawal dari masa sekolah menengah karena pada masa tersebut saya mulai menemukan jati diri, dan saya mulai mengerti akan kehidupan. Dulu, saya adalah murid yang cukup aktif pada saat bersekolah di Sekolah Menengah Atas (SMA). Saya bersekolah di SMA Negeri 9 Surabaya, dimana SMA saya tersebut adalah salah satu SMA favorit di Surabaya. Oleh sebab itu, terdapat banyak program sekolah ataupun ekstrakulikuler yang ada di sekolah saya tersebut. Melihat berbagai macam ekstrakulikuler dengan segudang prestasi, membuat saya memiliki keinginan untuk bergabung juga. Oleh karena itu, pada saat kelas 10 saya mengikuti kegiatan ekstrakulikuler modern dance dan paduan suara. Modern dance adalah salah satu hal baru yang saya lakukan di SMA. Awalnya saya hanya mencoba, namun lama-kelamaan saya merasa memiliki bakat di bidang ini. Sedangkan, saya mengikuti paduan suara karena memang saya memiliki ketertarikan pada bidang tarik suara.
Kegiatan-kegiatan tersebut terus saya lakukan hingga kelas 11. Pada saat kelas 11 juga, saya bergabung menjadi anggota OSIS SMAN 9 Surabaya. Saya menjadi anggota pada bidang kesenian dan kreativitas siswa. Banyak pengalaman dan pembelajaran baru yang saya dapatkan ketika menjabat sebagai anggota OSIS SMAN 9 Surabaya. Mulai dari belajar kepemimpinan, belajar menyelenggarakan suatu acara, dan lain-lain. Namun ketika saya mengikuti beberapa kegiatan dalam satu rentang waktu yang bersamaan, tentunya membutuhkan biaya. Saya paham saya lahir di keluarga seperti apa, jadi saya tidak ingin menyusahkan orang tua. Saya pun mencoba berjualan snack-snack, seperti makaroni pedas, dan lain-lain. Uang tersebut saya kumpulkan untuk kegiatan-kegiatan yang saya ikuti tadi. Ketika kelas 11 juga, saya akhirnya mendapatkan beberapa prestasi di bidang Modern Dance.
Hingga pada saat naik ke kelas 12, saya melihat bahwa teman-teman saya mulai mempersiapkan masuk ke Perguruan Tinggi impian masing-masing. Teman- teman saya mulai sibuk menghabiskan waktu di Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) untuk tambahan belajar. Saya ingin sekali seperti mereka, namun saya sadar tidak memiliki biaya untuk melakukan hal tersebut. Sebenarnya pada saat itu saya ingin setelah lulus SMA langsung bekerja. Mungkin karena saya terlalu sibuk di kelas 11, dan mungkin karena tujuan awal saya setelah lulus SMA langsung bekerja sehingga menyebabkan saya kurang mengetahui tentang dunia perkuliahan. Namun saya pun penasaran dan banyak bertanya kepada teman-teman, juga orang tua saya. Saya merasa semakin penasaran tentang dunia perkuliahan, terlebih lagi ketika beberapa kakak alumni sekolah yang berkunjung dengan memakai almamaternya masing-masing. Hingga saya menemukan istilah-istilah seperti PTN, PTS, SNMPTN, SBMPTN, Ujian Mandiri, dan lain-lain.
Suatu hari, saya melihat teman saya beberapa kali keluar-masuk ruang Bimbingan Konseling (BK). Tentunya hal ini cukup janggal, karena ruang BK adalah salah satu ruang yang dihindari para siswa. Ketika saya bertanya, teman saya pun bercerita bahwa ia sedang mengurus Bidikmisi untuk mendaftar SNMPTN. Satu kata lagi yang saya temukan dan tentunya berhubungan dengan dunia perkuliahan, yaitu Bidikmisi. Saya pun penasaran, dan mencari informasi tentang Bidikmisi. Informasi yang saya dapatkan menjelaskan bahwa Bidikmisi adalah bantuan biaya pendidikan bagi mahasiswa kurang mampu. Dan di saat itulah saya berpikir, mungkin saya memiliki kesempatan untuk merasakan pendidikan di bangku perkuliahan. Menurut informasi yang saya dapatkan, Bidikmisi dapat digunakan untuk SNMPTN, SBMPTN, dan beberapa seleksi masuk Perguruan Tinggi di Indonesia. Di situlah muncul harapan dan keinginan saya untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi seperti teman-teman saya lainnya.
Kebimbangan pun hadir dalam hati saya. Di satu sisi, saya ingin setelah lulus SMA bekerja untuk membantu perekonomian keluarga. Namun di sisi lain, saya juga ingin berkuliah seperti teman- teman saya lainnya. Saya lulus di tahun 2019, dan di tahun itulah saya mengalami berbagai pergolakan batin dalam hidup saya. Setelah lulus SMA, saya putuskan untuk bekerja terlebih dahulu sembari menunggu waktu SBMPTN tiba. Saya bekerja sebagai outlet crew sebuah kedai makanan di salah satu mall di Surabaya. Hingga waktu SBMPTN pun tiba. Pada saat itu, saya sangat bersyukur karena Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) untuk SBMPTN gratis bagi pendaftar Bidikmisi. Saya pun mengikuti SBMPTN 2019, dengan pilihan pertama Universitas Airlangga yaitu program studi Statistika, dan pilihan kedua Universitas Negeri Surabaya dengan program studi Pendidikan Matematika. Pada saat itu, saya ibarat orang buta. Saya tidak mengetahui medan perangnya seperti apa. Saya tidak tahu tentang daya tampung, keketatan, dan lain- lain. Alhasil saya tidak lolos di SBMPTN 2019.
Setelah ketidaklolosan saya pada SBMPTN 2019, beberapa teman memberikan saran untuk mencoba melalui jalur Mandiri. Saya pun mencoba mendaftar pada seleksi mandiri UPN Veteran Jawa Timur. Saya memilih Seleksi Mandiri Prestasi, karena saya memiliki beberapa sertifikat prestasi yang saya dapatkan di SMA. Namun sebelum saya mendaftar seleksi mandiri tersebut, saya telah memastikan bahwa jalur tersebut terbuka bagi pendaftar Bidikmisi. Saya pun mencari informasi langsung ke UPN Veteran Jawa Timur. Alhasil, pihak Universitas mengatakan bahwa dapat mengajukan Bidikmisi jika telah lolos tahapan tes dan seleksi. Saya pun harus membayar uang pendaftaran sebesar Rp. 350.000,-. Dan pada saat pendaftaran tersebut saya harus memilih besaran Sumbangan Pembangunan Institusi (SPI) yang nantinya harus dibayarkan jika dinyatakan lolos sebagai mahasiswa baru. Saya pun memilih SPI sebesar Rp. 0,-. Saya mengetahui keadaan perekonomian keluarga saya, dan saya ingin saya lolos karena kemampuan saya dan bukan karena banyaknya uang yang saya keluarkan. Saya memilih program studi Administrasi Bisnis pada pilihan pertama, dan program studi Akuntansi pada pilihan kedua.
Singkat cerita, saya telah dinyatakan lolos pada pilihan pertama yaitu program studi Administrasi Bisnis. Saya sangat bersemangat, dan kembali datang ke UPN Veteran Jawa Timur untuk mencari informasi terkait daftar ulang dan pengajuan Bidikmisi. Pihak Universitas pun memberi kabar yang cukup mengejutkan untuk saya. Saya dapat mengajukan Bidikmisi setelah daftar ulang sebagai mahasiswa baru. Hal itu tentunya mengharuskan saya untuk membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) pertama. UKT yang harus bayar saat itu sekitar 6-7 juta rupiah, karena saya lolos melalui jalur seleksi mandiri. Di saat inilah saya mengalami kebimbangan yang sangat luar biasa. Di satu sisi, saya sangat senang karena berhasil lolos, namun di sisi lain UKT yang saya harus bayar sangat besar. Tentunya orang tua saya tidak memiliki uang sebanyak itu, meskipun mereka berjanji untuk mencarikan uang tersebut hanya agar saya bisa berkuliah.
Waktu terus berjalan... Dengan segala pertimbangan yang sangat matang, saya pun dengan berat hati tidak melakukan daftar ulang. Keputusan saya tersebut tentunya menimbulkan berbagai macam reaksi. Namun yang paling menonjol adalah reaksi kontra. Reaksi tersebut datang dari orang-orang terdekat saya, seperti teman-teman, keluarga, serta saudara. Banyak orang menanyakan alasan saya mengambil keputusan tersebut. Namun, yang saya dapatkan adalah pertanyaan dengan nada sinis, merendahkan, bahkan cacian. Saya merasa mereka tidak perlu mengetahui alasan saya mengambil keputusan tersebut, karena ini adalah hidup saya dan saya sudah memikirkan hal tersebut dengan matang. Saya mencoba untuk memikirkan segala hal dalam jangka panjang, terutama perekonomian. Oleh sebab itu, saya pun kembali mencari pekerjaan untuk mengisi waktu hingga saat SBMPTN 2020 tiba. Beberapa kali muncul rasa rindu akan tugas-tugas yang harus dikerjakan, kerja kelompok, presentasi, dan segala hal lain yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.