Mohon tunggu...
Kurnia Ibrahim
Kurnia Ibrahim Mohon Tunggu... Seniman - Mahasiswa BKI UIN Raden Mas Said Surakarta

Bermusik, Penyimak Sosial,

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dissidente Progressista

12 April 2023   15:26 Diperbarui: 12 April 2023   15:36 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara implisit, Gaines dan Mr. Lewis (Lewis Black) banyak mengungkapkan pemikiran – pemikiran bebas akan makna pendidikan dan hal ini berusaha untuk di “institusikan” dalam setiap pemikiran pelajar masa kini. Film ini begitu mengesankan dengan komedi ringan, umpatan khas Americanism, kritik social dan kehidupan menyenangkan sebagai ornament dasarnya. South Harmon Institute of Technology adalah sebenar – benarnya studio kehidupan dalam film ini.

 Didalamnya, mengejawantahkan akan sebuah keteraturan dalam ketidakberaturan (Teori Chaos). Kampus terebut tidak punya kurikulum yang pasti dan teruji, tidak punya kultur ilmiah yang seakan “dogmatis” bahkan mahasiswa mereka pun semuanya adalah pelajar nakal dan criminal. Tetapi, semua berjalan teratur dan spesifik melakukan eksplorasi diri pada tiap individu. Gaines yang menjadi mahasiswa sekaligus menjadi The Founding Father hanya menanyakan kepada tiap-tiap pelajar di kampus itu tentang pembelajaran apa yang ingin mereka pelajari? Terdengar sebagai definisi sesungguhnya tentang pendidikan merdeka yang sebenarnya bukan?

Para pelajar menyatakan keinginannya mempelajari sesuatu dengan sungguh dan mereka tulis dalam papan yang diberi nama “What do you want?” serta mereka mengklasifikasikannya sendiri seakan seperti sebuah fakultas dan program studi layaknya kampus terbaik dunia. Mereka benar – benar gila dengan segala kultur alami manusia didalamnya. Tak henti – hentinya penulis dibuat terkesima dan kagum akan makna dan fenomena solidaritas manusia sebagai makhluk social dalam film ini. 

Tak banyak yang bisa penulis ceritakan akan film ini. Agar tulisan ini tidak menjadi sebuah kapal spoiler yang terkesan mengeksploitasi karya film “Accepted” itu sendiri. Hanya satu permintaan penulis bagi kawan pembaca selepas membaca tulisan ini adalah SIMAK FILM INI DAN KALIAN AKAN MENDAPATKAN SUDUT PANDANG YANG KREATIF! Benar – benar harus kalian simak dan nikmati disetiap detiknya. Kalimat terakhir yang ingin penulis sampaikan dalam tulisan ini adalah kutipan dari film ini yang begitu membekas dan penuh muatan perenungan sebagai mahasiswa dan agen masyarakat.

“Nah, I'm not going to answer your question, 'cause you guys have already made up your minds. I'm an expert in rejection, and I can see it on your faces, and it's too bad that you judge us by the way we look and not by who we are, just because you want us to be more like them when the truth is we're not like them, and I am damn proud of that fact! I mean, Harmon College and their - their 100 years of tradition. But tradition of what? Of hazing kids and humiliating anyone who's a bit different? Of putting so much pressure on kids they turn into these - these stress freaks and caffeine addicts.”

B. Gaines, Accepted (2006)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun