Seperti itulah Bapak, lebih mengutamakan perasaan daripada egonya. Aku sering bercerita dan minta pendapat apapun itu kepada Bapak. Jawaban yang Bapak berikan pasti selalu membuat pikiranku terbuka.
 Seiring berjalannya waktu, tidak terasa kini Bapak tidak muda lagi. Bapak yang dulu masih gagah dan kuat menggendongku, kini mulai tua dan rapuh. Keriput pada wajahnya mulai tampak, rambut yang dulu hitam kini mulai memutih dan tubuh yang dulu segar bugar kini seringkali sakit-sakitan.
 Begitu besar perjuanganmu untukku, tidak menghiraukan panas maupun hujan. Kau bekerja supaya aku bisa mendapatkan kehidupan yang layak. Bapak memang bukan seorang yang memberikan anaknya barang-barang mewah, tetapi Bapak selalu memenuhi apa yang aku minta.
"Bapak hanya bisa memberikan sesuai yang Bapak mampu. Kalau kamu mau yang baru, dan lebih bagus, nanti ya kamu beli sendiri ketika sudah bekerja," ucap Bapak.
 Dulu aku memang sering marah ketika Bapak memberikan sesuatu tidak sesuai dengan apa yang aku minta. Harus baru, bagus, dan mewah. Tapi kini aku sadar bahwa selama ini Bapak mengajarkanku untuk lebih mensyukuri apa yang orang lain berikan kepadaku. Tidak baru tidak apa-apa, yang penting masih layak digunakan dan berfungsi dengan baik.
 Bapak juga mengajarkanku untuk selalu bersyukur dengan segala yang aku punya, juga membeli barang sesuai kebutuhan, bukan keinginan. Karena sesuatu yang inginkan belum tentu berguna untuk kehidupan kita, tapi sesuatu yang kita butuhkan sudah pasti penting kegunaannya.
 Beribu-ribu kata, berjuta-juta kalimat bahkan berlembar-lembar tulisan mungkin tidak bisa menggambarkan semua hal tentang Bapak. Aku hanya berharap, semoga Bapak bisa selalu sehat, sehingga bisa terus menemani dan membimbingku hingga aku tua nanti.
"Pak, saat ini aku sedang berusaha untuk meraih gelar sarjana. Bapak sehat-sehat ya, jangan sakit-sakitan. Bapak doakan supaya aku bisa mengangkat derajat Bapak dan Ibu seperti yang Bapak inginkan. Jika ada Bapak dan Ibu, semua masalah yang aku punya pasti terasa mudah untuk dilalui," ucapku.
"Ya Allah, tidak banyak orang yang hamba punya dalam hidup hamba. Tolong jaga Bapak dan Ibu, berikan kepada hamba kesempatan untuk bisa membalas jasa mereka walaupun sampai kapan pun jasa mereka tidak akan bisa hamba balas," doaku sehabis sholat.
 Bapak, Ibu, suatu saat aku pasti bisa mewujudkan apa yang kalian inginkan. Melihatku memakai toga dan memakai selempang wisuda yang bertuliskan namaku dengan gelar dibelakangnya. Melihatku mendapatkan pekerjaan impianku, hingga melihatku menjadi seorang ibu dari cucumu kelak.
 Mungkin tidak ada kata yang bisa menggambarkan betapa bahagianya aku memiliki seorang ayah seperti Bapak. Aku akan selalu berusaha menghargai semua perjuangannya. Semoga anak semata wayangmu ini suatu saat bisa membanggakanmu. Sedikit cerita dariku tentangmu, pahlawanku.