"Islam dari tanah Arab", demikian pernyataan Menag, Gus Yaqut, ketika menjadi tamu di sebuah podcast. Ia menjelaskan bahwa Islam datang ke Indonesia dari Arab, sehingga harus menghargai budaya yang ada di Indonesia. Klikanggaran.com (28/10/2022). Benarkah pernyataan Menag tersebut?Â
Islam Bukan Datang Dari Arab
Islam bukan datang dari Arab, melainkan datang dari Allah SWT. Islam diturunkan oleh Allah SWT untuk seluruh umat manusia, bukan hanya untuk bangsa/kaum tertentu. Nabi Muhammad SAW, sebagai rasul, diutus bukan hanya untuk orang Arab ataupun bani-bani yang ada di Arab saat itu. Melainkan untuk seluruh umat manusia. Hanya karena diturunkan pertama di Arab dan Nabi Muhammad SAW orang Arab bukan berarti Islam datang dari Arab. Allah SWT sudah menjelaskan dari jaman Rasulullah lewat al-Qur'an. Yang dinyatakan oleh Allah SWT dalam QS Saba' 34: ayat 28. Allah SWT berfirman:Â
"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS Saba' 34: Ayat 28)
Juga QS al-A'raf 7: ayat 158. Allah SWT berfirman:Â
"Katakanlah (Muhammad), "Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia, agar kamu mendapat petunjuk."" (QS al-A'raf 7: Ayat 158)
Serta QS ash-Shaff 61: ayat 9. Allah SWT berfirman:
"Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, untuk memenangkannya di atas segala agama meskipun orang-orang musyrik membencinya." (QS Ash-Shaff 61: Ayat 9)
Ayat ini menjelaskan bahwa Islam diturunkan oleh Allah SWT untuk mengentaskan umat manusia dari segala bentuk kekufuran dan adat istiadat yang rusak. Bukan agama identitas Arab, bukan pula datang dari Arab. Melainkan rahmatan lil 'alamin (rahmat semesta alam).Â
Adapun mengenai budaya dan adat istiadat, selama itu tidak bertentangan dengan syari'at Islam, maka umat muslim masih boleh mengambilnya. Tetapi, jika hal tersebut bertentangan dengan syari'at Islam, maka menjadi haram untuk mengikuti budaya dan adat istiadat tersebut. Sebagai contoh, budaya dan adat istiadat yang dilarang dalam Islam, seperti; budaya campur baur bukan mahram, budaya tahun baru Masehi, budaya kesenian yang bersekutu dengan jin, budaya yang mempertontonkan kecantikan muslimah, budaya dengan mengenakan pakaian yang membuka aurat di depan umum, adat menggunakan sesajen agar tidak terkena mala petaka di bulan-bulan tertentu, dll. Budaya dan adat istiadat macam ini jelas tidak diperbolehkan bagi umat muslim untuk mengikuti sebab Allah SWT melarangnya. Tetapi, umat muslim ditugaskan untuk mendakwahi, agar umat muslim yang melakukan hal tersebut dapat paham akan kekeliruannya.
Namun, peran individu saja tidaklah cukup untuk mengentas permasalahan ini. Melainkan harus ada peran institusi atau negara sebagai pembuat kebijakan agar permasalahan kekeliruan menafsirkan toleransi ini dapat teratasi.