Perjalanan pendidikan di Indonesia telah melewati berbagai macam fase perjuangan untuk dapat mencapai Sistem Pendidikan Nasional yang sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Tantangan tersebut mulai zaman politik pendidikan kolonial di zaman VOC dan Hindia Belanda, zaman etik dan kebangunan nasional, dan zaman bangkitnya jiwa merdeka yang menjadi awal pergerakan bangsa Indonesia dalam membangun sistem pendidikan yang sesuai dengan kebudayaan bangsa Indonesia.
Pada saat penganugerahan Honoris Causa di Universitas Gajah Mada pada 7 November 1956, Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa ada 3 fase zaman untuk dapat mencapai sistem pendidikan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.
- ZAMAN PENDIDIKAN KOLONIAL DI ZAMAN VOC DAN HINDIA BELANDA
- ZAMAN ETIK DAN KEBANGUNAN NASIONAL
- ZAMAN BANGKITNYA JIWA MERDEKA
ZAMAN PENDIDIKAN KOLONIAL DI ZAMAN VOC DAN HINDIA BELANDA
Pada tahun 1816 pemerintah Hinda Belanda membuat peraturan-peraturan semacam “Undang-Undang Dasar” yang disebut Regeeringsreglement, singkatan dari Replacement op het beleid van de Regeering van Nederlands Indie. Kemudian pada tahun 1854 dibentuk pasal-pasal mengenai pendidikan dan pengajaran, yang berisikan tentang pendidikan yang hanya memprioritaskan bangsanya saja. Masih di tahun yang sama juga didirikannya sekolah-sekolah Bumiputera yang hanya mempunyai 3 kelas, atas inisiasi beberapa bupati yang dimaksudkan untuk memberikan pengajaran bagi bangsa Indonesia sebagai calon-calon pegawai negeri dan para pembantu perusahaan milik Belanda. Pada saat itu bangsa Indonesia hanya diberikan pengajaran seperti menulis, membaca, dan berhitung saja.
ZAMAN ETIK DAN KEBANGUNAN NASIONAL
Demi melepaskan dari belenggu kolonialisme terhadap bangsa Indonesia, kemudian mulai muncul haluan atau pegerakan bangsa Indonesia terhadap pendidikan pada saat itu. Pada zaman etik ini, sistem pengajaran mulai dimasuki unsur-unsur kebudayaan dan keagamaan ke dalam sekolah-sekolah untuk mewujudkan pendidikan kebangsaan. Pada tahun 20 Mei 1908 dihadapan beberapa mahasiswa STOVIA, Sutomo mendeklarasikan berdirinya organisasi Boedi Oetomo. Tujuan yang hendak dicapai dari pendiri organisasi tersebut ialah: memajukan pengajaran; memajukan pertanian, peternakan, dan perdagangan; memajukan teknik dan industri; dan menghidupkan kembali kebudayaan.
ZAMAN BANGKITNYA JIWA MERDEKA
Pada tahun 1920 merupakan awal mula terbentuknya cita-cita baru bangsa Indonesia mengenai sistem pendidikan nasional. Cita-cita baru tersebut seakan-akan merupakan sebuah jati diri bangsa terhadap kesadaran budaya dan kebangkitan politik Indonesia. Berangkat dari cita-cita tersebut, pada tahun 1922 Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa sebagai bentuk pengabdiannya terhadap dunia pendidikan di Indonesia. Sistem pengajaran Taman Siswa dapat diterima dengan baik bagi seluruh bangsa Indonesia, terbukti dengan berdirinya berbagai peruguruan tinggi Taman Siswa di Jawa, Sumatera, Borneo, Sulawesi, Sunda Kecil dan Maluku pada saat itu. Selain itu, juga berdiri sekolah-sekolah yang berlandaskan keagamaan (Islam, Kristen, dan Katolik) sebagai sekolah partikelir yang tidak mendapatkan dana dari pemerintah Hindia Belanda.
Perjuangan revolusioner tersebut menjadi cikal bakal adanya Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia hingga saat ini. Buah pemikiran Ki Hajar Dewantara menjadi sebuah pedoman bagi guru-guru kita saat ini sebagai sumber pengajaran yang mereka berikan untuk anak-anak didiknya. Semboyan pendidikan yang terkenal dan masih melekat erat pada jiwa pendidik di Indonesia sampai saat ini yaitu "Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan harus memberi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (ditengah harus membangun ide dan gagasan), Tut Wuri Handayani (dibelakang harus memberikan dorongan)". Tiga semboyan berasal dari buah pemikiran Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh pahlawan pendidikan dan dijuluki sebagai Bapak Pendidikan Indonesia tersebut dijadikan pondasi bagi seorang pendidik dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sumber:
Teks pidato Ki Hadjar Dewantara pada penganugerahan Honoris Causa oleh Universitas Gajah Mada
Sejarah Budi Utomo oleh Rafki Tiska
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H