Selasa pagi yang tenang dan hangat memaksaku untuk bersemangat. Aku bergegas mandi dan memulai hari.
Di atas meja, ponselku sudah menunggu untuk kubuka. Badan yang dingin setelah "berpelukan" dengan air, bertambah dingin saat notifikasi masuk ke ponselku.
Tak disangka, ada pihak lain yang sedang berusaha merebut akun WhatsApp satu-satunya yang paling aku sayangi. Lho, kok aku bisa tahu?
Diawali dengan SMS dari WhatsApp yang berisi 6 kode OTP. Yang aku tahu, kode itu hanya bisa didapatkan saat log in ke perangkat lain.
Uniknya, kode tersebut diawali dengan bahasa Thailand. Hmm, apa ya maksudnya?
Tak lama setelahnya, ada orang lain yang mengirim pesan ke WhatsApp-ku. Ia mengaku sebagai kasir minimarket.
Begini...
Untungnya saat itu aku sudah mandi, sehingga sudah fokus dan tidak terbawa rasa kantuk lagi. Pesannya pun dibuat semeyakinkan mungkin.
Foto profil yang digunakan adalah foto kasir minimarket. Duh, kasihan mbak yang fotonya dipakai.
Karena aku malas berurusan dengan "penipu" seperti itu, maka aku langsung memblokir kontaknya tanpa keraguan sedikit pun.
Masalah itu sudah aku anggap selesai. Aku kembali bersantai sambil memandangi Instastory teman-temanku.
Ternyata, beberapa Instastory berisikan bahwa kontak WhatsApp mereka diambil orang lain. Pelaku memanfaatkan kontak tersebut untuk meminta transferan kepada teman korban.
Ditambah lagi, akhir-akhir ini, beberapa platform berita turut memposting pembajakan akun WhatsApp yang kembali marak. Ngeri....
Hampir saja, aku mengalami hal serupa. Meskipun ruang chat WhatsApp-ku sepi dan sunyi, tetap saja aku tidak rela kalau ia berpindah ke pelukan orang lain.
Pesanku, jangan lengah dalam menjaga akun media sosial kalian, ya! Cukup doi saja yang pergi ke pelukan orang lain, akun medsos kalian jangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H