Mohon tunggu...
Nia Fitri Rahayu
Nia Fitri Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN SIBER SYEKH NURJATI Komunikasi dan Penyiaran Islam '22

Saya Menyukai Musik 🎶🎼🎻🎹

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menjelajahi Hubungan antara Pola Tidur dan Gangguan Kesehatan Mental Pada Remaja

20 Juni 2024   20:00 Diperbarui: 20 Juni 2024   20:03 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Ilustrasi seseorang sedang tidur

Kuningan- Hubungan antara tidur dan kesehatan mental ternyata saling terkait dan sangat erat. Kurang tidur telah terbukti dapat mempengaruhi kondisi psikologis dan kesehatan mental seseorang. Sebaliknya, individu yang mengalami masalah kesehatan mental sering kali mengalami gangguan tidur, seperti insomnia atau kesulitan tidur pada malam hari.

Gangguan tidur seringkali menjadi indikator yang muncul sebagai gejala gangguan kesehatan mental. Tidur merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, di mana tidur berkualitas pada malam hari setelah beraktivitas seharian dapat membantu menjaga kesehatan tubuh dan mengembalikan energi untuk aktivitas keesokan harinya. Secara umum, orang dewasa disarankan untuk tidur selama 7-8 jam setiap malam.

Masalah tidur merupakan kondisi umum yang dialami oleh hampir semua orang. Berdasarkan studi epidemiologi, hampir sepertiga populasi dunia mengalami kesulitan tidur, yang dikenal sebagai insomnia. 

Kualitas tidur yang buruk ini sangat terkait dengan kondisi kesehatan mental seseorang. Sebelumnya, diyakini bahwa masalah kesehatan mental dapat menyebabkan gangguan tidur, namun sebaliknya, gangguan tidur juga dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Oleh karena itu, hubungan antara kualitas tidur dan kesehatan mental perlu diteliti lebih lanjut untuk memahami hubungan sebab-akibat di antara keduanya.

Hingga saat ini, hubungan antara kualitas tidur dan kesehatan mental masih terus diselidiki. Beberapa upaya intervensi dan campur tangan telah dilakukan, seperti penelitian tentang efek intervensi untuk meningkatkan kualitas tidur terkait dengan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.

Selain itu, analisis juga dilakukan untuk mengukur dampak intervensi pada kesehatan mental. Namun, kesimpulan yang kuat belum dapat dihasilkan karena beberapa faktor, termasuk kegagalan dalam memanipulasi tidur dalam studi sebelumnya, fokus pada efek intervensi terhadap tidur pada kesehatan mental setelah intervensi pertama, serta keterbatasan fokus studi sebelumnya pada depresi, kecemasan, dan terapi tidur kognitif perilaku.

Dikutip dari Web site hallodoc. Gangguan tidur, seperti insomnia, telah lama diidentifikasi sebagai salah satu tanda yang muncul akibat sebagian besar gangguan kesehatan mental. 

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa kesulitan tidur dapat meningkatkan risiko terjadinya masalah kesehatan mental, bahkan memberikan kontribusi yang signifikan. Meskipun hubungan antara tidur dan kesehatan mental masih belum sepenuhnya dipahami, tidur yang mencukupi dan berkualitas diyakini dapat memperkuat ketahanan mental dan emosional individu. Sebaliknya, kekurangan tidur dapat menyebabkan pikiran negatif dan kerentanan emosional.

Proses tidur melibatkan empat tahap yang melibatkan penurunan suhu tubuh, relaksasi otot, serta perlambatan detak jantung dan pernapasan untuk mencapai tidur yang mendalam. Tahap REM (rapid eye movement) adalah fase di mana seseorang bermimpi, yang berdampak pada pembelajaran, memori, dan kesehatan emosional secara kompleks.

Para peneliti terus mencari hubungan yang pasti antara tidur dan kesehatan mental, menunjukkan bahwa gangguan tidur dapat memengaruhi hormon stres, mengganggu keseimbangan otak, mengacaukan pikiran, dan menghambat regulasi emosional. Mengatasi gangguan tidur dapat membantu mengurangi gejala masalah kesehatan mental, dengan mengubah gaya hidup sebagai salah satu pendekatan yang dapat meningkatkan kualitas tidur dan menjaga kesehatan mental.

Dan salah satu narasumber yang saya temui dan saya wawancarai, yang bernama Irfan, yang berusia 22 tahun. Dia mengutarakan bahawa “ saat begadang sampai larut malam karena kesibukan mengurusi tugas, dampak negatif dalam diri saya semakin naik secara perlahan, insomnia saya semakin sering, saya juga mengalami penurunan kesehatan setelah beberapa hari kebelakang saya tidur larut malam” ujarnya.

Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan-Ka Irfan sedang Mengerjakan Tugas/Dok Pribadi
Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan-Ka Irfan sedang Mengerjakan Tugas/Dok Pribadi

Dari informasi yang disampaikan, dapat disimpulkan bahwa gangguan tidur, seperti insomnia, seringkali terkait dengan masalah kesehatan mental. Penelitian menunjukkan bahwa kesulitan tidur dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan kesehatan mental, sementara tidur yang cukup dan berkualitas diyakini dapat memperkuat ketahanan mental dan emosional individu. Kekurangan tidur dapat berdampak negatif, menyebabkan pikiran negatif dan kerentanan emosional.

Efek gangguan tidur tidak hanya terbatas pada individu, tetapi juga dapat memengaruhi kehidupan keluarga dengan dampak negatif pada orang tua, stres keluarga, gangguan dalam hubungan pernikahan, dan masalah sosial lainnya. 

Penelitian Meijer et al. menunjukkan bahwa pola tidur dan bangun berhubungan dengan kemampuan persepsi siswa di sekolah, memengaruhi hasil akademis dan nilai ujian mereka. Siswa yang kesulitan bangun tidur cenderung kurang termotivasi di sekolah, sementara siswa dengan kualitas tidur yang baik merasa segar, lebih menerima pengajaran, memiliki pandangan positif terhadap diri sendiri, dan motivasi yang tinggi untuk belajar di sekolah.

Proses tidur melibatkan empat tahap yang melibatkan penurunan suhu tubuh, relaksasi otot, dan perlambatan detak jantung serta pernapasan untuk mencapai tidur yang mendalam. Tahap REM (rapid eye movement) memiliki dampak pada pembelajaran, memori, dan kesehatan emosional secara kompleks.

Untuk meningkatkan kualitas tidur, langkah-langkah seperti berolahraga secara teratur, menghindari konsumsi makanan atau minuman berlebihan sebelum tidur, serta mengurangi konsumsi minuman stimulan seperti teh, kopi, alkohol, dan rokok dapat membantu. Melakukan aktivitas relaksasi rutin seperti meditasi dan latihan pernafasan juga dapat memperbaiki tidur. 

Selain itu, mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang, membatasi kafein dan alkohol, berhenti merokok, berpikir positif, mengatur jadwal tidur yang teratur, dan berkonsultasi dengan dokter jika diperlukan juga merupakan langkah penting dalam meningkatkan kualitas tidur.

Dalam sintesis, penelitian menunjukkan bahwa kualitas tidur memiliki hubungan yang signifikan dengan kesehatan mental pada remaja, dan menjaga kualitas tidur yang baik dapat membantu mengurangi risiko gangguan mental dan meningkatkan kesehatan mental yang optimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun