Dua hari setelah pernikahan Maimunah. Najamiah baru saja bangun dari tidur siang, istirahat total setelah melewati pekan yang sibuk menjadi juru kue. Dia berdiri di depan cermin. Saat menyisir rambut panjangnya, di situlah pertama kali mendapati sejumput rambutnya tinggal di sisir. Awalnya berpikir hanya kerontokan biasa, pengaruh gonta-ganti sampo. Akan tetapi di hari berikutnya terulang lagi, dan terulang lagi setiap menyisir rambut.
Hanya dalam seminggu rambut itu sudah banyak yang rontok. Sampai di minggu keempat kepalanya benar-benar telah botak. Orang-orang di rumah mulai cemas. Bagaimana kalau itu cuma bom waktu: hanya soal waktu akhirnya Najamiah drop. Skenario macam begitu amat tidak diinginkan.
Selama berbulan-bulan Najamiah mengalami kebotakan, rambutnya seperti enggan tumbuh. Walau saban hari diolesi minyak perangsang pertumbuhan rambut, usaha-usaha yang dilakukan sia-sia saja.Â
Begitupula dengan penggunaan bahan alami, seperti buah kemiri dibakar sampai hitam lalu disapukan ke kepala. Atau mengoleskannya dengan daun-daun yang ditumbuk halus.
Najamiah mulai diambang putus asa: rambutnya tidak akan kembali seperti semula. Dia pasrah sekalipun harus botak seumur hidup. Justru saat-saat begitulah rambutnya baru tumbuh kemudian.Â
Membingungkan, sebab tidak hitam lagi, melainkan putih serupa uban. Itu pun pertumbuhannya sangat lambat, dia kadang berpikir butuh sedekade mungkin baru kemudian rambut putihnya bisa panjang menyentuh pinggang.
Sapitri selalu iba melihat kakaknya memiliki rambut putih begitu, suatu hari dia sedang berada di rumah mertua, tahulah dia perihal dukun Salamah, sering dibicarakan orang-orang kehebatannya. Sudah banyak orang penyakitan yang tertolak pengobatan medis sembuh saat ditangani dukun Salamah.
Olehnya itu, Sapitri menyambanginya suatu malam, ditemani oleh suami. Dia blak-blakan kepada dukun cadel itu mengenai rambut putih Najamiah.
"Itu tulah dikilim oleh olang yang benci kakakmu," tutur dukun Salamah beberapa saat kemudian.
Karena penasaran siapa sosok pengirim tulah itu, suatu hari Sapitri dan suami mendatangkan dukun itu ke rumah orang tuanya.
Sebelum mulai mencari tahu orang yang telah membikin putih rambut Najamiah, pertama-tama dukun Salamah meminta salah satu di antara mereka kecuali Najamiah, untuk bersedia dimasuki roh jahat si pengirim tulah.