Mohon tunggu...
Mawan Sastra
Mawan Sastra Mohon Tunggu... Koki - Koki Nasi Goreng

penggemar fanatik Liverpool sekaligus penggemar berat Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pada Hari Liverpool Juara

31 Desember 2020   17:14 Diperbarui: 31 Desember 2020   17:42 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasimin mengubah posisi, kepalanya dibikin tegak dan berkata, "Istriku tidak tahu apa-apa bahwa hari ini aku akan datang mengunjungi anak kami," mendengar itu Buce mengecilkan volume musik, ucapan Kasimin kian jelas, "Dia bertanya tujuanku keluar rumah, tapi aku enggan terus terang. Tidak perlu dia tahu. Aku juga ingin kau merahasiakan ini darinya."

"Mengapa?" Singkat sekali balasan Buce.

"Bisa saja dia berpikir, hatiku lunak karena seruan-seruannya. Padahal usahanya itu tidak membuahkan hasil. Ini kulakukan berkat kemurahanku, murni karena hari ini Liverpool juara. Dan kuanggap sebagai hari sakral, seperti hari raya, orang-orang saling berbuat kebaikan."

Buce belum sempat menimpali, Kasimin telah menyandarkan kepalanya ke kaca jendela. Kedua matanya fokus pada pemandangan yang ada di luar, seolah-olah bergerak oleh kecepatan mobil. Buce ragu untuk meneruskan pembicaraan, yang ia lakukan membesarkan volume musik seperti sebelumya, lagu telah tiga kali berganti, semakin dekat ke tempat tujuan.

Tidak ada obrolan lagi, Kasimin bertahan pada posisinya, Buce berkali-kali memberikan lirikan, berharap laki-laki tua di sampingnya sudi mengajaknya bicara. Entah kenapa bagi Buce, lidahnya terasa kelu. Kasimin menunjukkan gelagat muram, seharusnya bahagia, ia punya alasan agar tampak bahagia, Liverpool juara dan akan ada pertemuan dengan Siding untuk kali pertama.

Buce memutuskan menambah kecepatan mobil, jalan lancar, satu-satunya yang mengharuskan berhenti kala berhadapan lampu merah. Setelah melalui itu, mobil kembali bergerak cepat. Memberikan perhatian lagi ke arah Kasimin, masih sama. Buce tertantang semakin mempercepat mobil. Kasimin bahkan tak menegur.

Sebelum benar-benar sampai di lingkungan lapas, usaha Buce membuat Kasimin buka mulut berhasil, tapi bukan tentang lanjutan obrolan mereka terakhir kali, melainkan Kasimin meminta berhenti. Buce menerima instruksi itu, mobil menepi di sisi jalan.

"Aku harus berpikir kembali, sebelum kita masuk ke dalam. Tolong lagu diganti. Aku tiba-tiba ingin mendengarkan sebuah lagu dari Queen. Satu lagu saja, We are The Champions." tutur Kasimin.

Buce bergerak cepat memenuhi apa yang diserukan pelanggannya itu. Buce penasaran apa yang sebenarnya ada dalam pikiran Kasimin, sekaligus kesal karena ketidakmampuannya menanyakan itu. Musik kembali pekak di telinga, Buce memilih keluar untuk merokok. Kasimin melipat kedua tangan di dada, kembali kepalanya menyentuh kaca jendela. Hanya ia yang tahu apa yang sedang buncah di dalam kepalanya.

Lima tahun yang lalu, hari suram terjadi di rumah mereka. Siding dipenuhi amarah ketika mengetahui pertama kali Kasiati hamil. Padahal Kasiati riang menyampaikan itu kepadanya, menunjukkan hasil alat tes kehamilan sebagai penegasan bahwa ia positif hamil. 

Malam yang hujan itu, bukannya Siding senang dengan kabar yang sampai. Justru mencurigai Kasiati berselingkuh.
"Kau paling tahu kondisiku. Aku bukan suami bodoh yang bisa kau kelabui. Aku ini sakit dan jika terus seperti ini, selamanya aku tidak akan bisa membuahimu. Katakan kepadaku siapa laki-laki yang menghamilimu, aku ingin membunuhnya. Jika kau tidak memberitahu, kau yang akan mati di tanganku." Wajah Siding merah, urat-urat bermunculan di wajah dan matanya melebar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun