Mohon tunggu...
Mawan Sastra
Mawan Sastra Mohon Tunggu... Koki - Koki Nasi Goreng

penggemar fanatik Liverpool sekaligus penggemar berat Raisa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tentang Pendidikan

21 Maret 2018   19:21 Diperbarui: 21 Maret 2018   19:28 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TEKA-TEKIPENDIDIKAN

Selama kakek pensiun

selain sibuk menunggu maut

ia juga menghabiskan waktunya membuat teka-teki silang.

Aku disuruh mengisinya,

apabila benar semua

kakek akan memberiku hadiah.

Terlalu mudah bagiku,

malah aku senyum-senyum menjawabnya.

Sembilan menurun terdiri lima kotak.

Solois wanita berbakat Indonesia,

maka ku jawab "RAISA"

Pada akhirnya tersisah satu lagi

namun kewalahan ku jawab

aku lama memikirkan itu

ku baca kembali petunjukknya.

"Budi seorang atlet,

kerap mengharumkan nama sekolah,

tapi keteteran dalam pelajaran lain,

banyak nilainya tidak memenuhi,

sehingga Budi tinggal kelas dua kali,

padahal etika dan etiket Budi baik,

model pendidikan apakah  di sekolah Budi?"

Aku tidak bisa menjawab.

berkata kakek, "Itu adalah model pendidikan penyembah nilai"

maka pada sebelas mendatar

terdiri dari tujuh kotak,

kutulis kata "PINCANG".

IRONIPENDIDIKAN

di sekolah

sejatinya aku nakal

tidak pintar-pintar amat

sering buat masalah

saat menerima rapor

mataku terbelalak

di sana tercetak jelas

aku dapat rangking dua

teman-temanku heran

aku lebih-lebih heran

kuduga wali kelasku keliru

ternyata katanya sudah benar

sayangnya aku merasa tak berhak

suatu hari ku-tahulah penyebabnya

nilai-nilaiku dimanipulasi

wali kelasku sendiri

harusnya aku dapat C

malah diberi nilai A

hanya karena ia dekat

dengan orang tuaku

"seperti inikah wajah pendidikan?"

aku bertanya pada bayanganku sendiri

yang tak mengerti tentang nepotisme

POTRETPENDIDIKAN

Maka kutunjukkan kau

salah satu potret

yang kutemukan ketika

aku masih sekolah.

Di dalam potret itu

guruku berdiri di depan kelas

raut wajahnya tegas

memegang sehimpun kertas

itu adalah bahan ajar

Ia memerintahkan pada kami

untuk mem-fotocopy bahan ajar itu

apabila tidak, maka minggu depan

tidak boleh masuk kelas

Aku tidak punya uang

menuruti perintahnya

pada akhirnya aku

tidak masuk kelas.

"Potret ini kau kasi nama apa?"

kamu bertanya.

"Ini adalah potret pendidikan pincang

yang matanya picek," aku menjawab.

Maret 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun