"Aku yakin sekali, andaikan kau menghentikan perburuan ini Meiji tak segan-segan menjadikan kau kekasihnya. Sayangnya kau enggang menyudahinya. Perempuan mana pun di dunia ini tak akan sudi punya pacar pemburu putri duyung sepertimu"
Junai tetap bergeming. Tidak sepata kata pun dia balas celoteh Sampar. Hingga waktu pagi tiba dia menyudahi perburuannya yang selalu berakhir sia-sia.
***
Senja dihari Sabtu memang indah. Cahaya matahari memantul dilaut mengenai Junai yang tengah sendiri di tepi dermaga. Malam nanti purnama akan kembali menghiasi langit. Tentu dia tidak ingin kembali gagal menemukan putri duyung.
Tidak banyak orang yang menikmati senja Sabtu ini. Mungkin para kawula muda yang memiliki kekasih sedang sibuk mengatur agenda malam minggunya. Tidak tampak lagi anak laki-laki mandi dilaut. Hanya ada perahu nelayan terparkir di bibir pantai. Terasa senja kali ini hanya milik Junai seorang.
"Aku ingin malam ini kau tidak berburu putri duyung lagi"
Junai mencari-cari asal suara itu. Di belakangnya Meiji berjalan menghampirinya, kemudian ia duduk tepat di samping Junai. Posisi mereka persis waktu Junai mengungkapkan cintanya pada Meiji.
"Kamu bisa kan melewati satu purnama tanpa harus berburu putri duyung?" Meiji memandang wajah Junai.
Junai tak habis pikir, kenapa Meiji tiba-tiba saja memintanya untuk menghentikan perburuannya malam nanti.
"Aku mencintaimu Junai, dan inilah permintaan pertamaku sebagai perempuan yang benar-benar mencintaimu. Untukku, lewatkanlah purnama malam nanti tanpa berburu putri duyung!"
Meiji makin membuatnya bingung. Belum juga ia berucap. Kembali Meiji mendahuluinya.