Mohon tunggu...
Christian Patience
Christian Patience Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Beginner

Selanjutnya

Tutup

Film

Captain Fantastic (2016), Ketika Tumbuh Besar Di Hutan Membuatmu Lebih Pintar daripada Penduduk Kota

3 Maret 2022   22:50 Diperbarui: 10 Maret 2022   17:06 1082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hangat dan Indah

Dua kata tersebut mungkin tak memiliki kedekatan makna sama sekali namun sempurna untuk menggambarkan perjanalan pada film ini.

Dengan judul "Captain Fantastic" film ini berhasil meraih 7 penghargaan dan 5 nominasi festival film internasional, bahkan menjadi pemenang di Cannes Film Festival.

Sumber: www.nytimes.com
Sumber: www.nytimes.com

Sinopsis singkat

"Kehidupan unik terasing yang dijalani Ben bersama dengan anak-anaknya (Bodevan, Kielyr, Vespyr, Rellian, Zaja and Nai) mengalami rintangan dimana mereka harus menghadapi kehidupan dunia nyata".

Sejak menit awal film diputar, kita disuguhkan dengan pengenalan tokoh secara perlahan dan terus berkembang sepanjang film.

Film ini menampilkan dialog antar tokoh yang terkadang bisa sangat panjang berbobot dan terkadang sedikit dan menikam. Porsinya pas dengan bagaimana karakter para tokoh dibentuk.

Hidup jauh dari kesibukan, kapitalisme, kemewahan dan tuntutan adalah cara hidup sekaligus kritik terhadap budaya hidup manusia modern yang disampaikan pula oleh para tokoh.

Premis cerita yang sangat menarik dan fresh untuk diangkat kedalam film.

Sumber: www.maturetimes.co.uk
Sumber: www.maturetimes.co.uk

Kehidupan dan Karakter Tokoh

Terjun jauh kedalam kehidupan tokoh di film kita dibuat takjub dengan bagaimana para tokoh berpikir dan menyampaikan gagasan mereka.

Meski tidak pergi ke sekolah reguler, kita sepakat bahwa pengetahuan anak-anak Ben jauh diatas rata-rata, bahkan rutinitas sehari-hari seperti membaca dan olahraga selalu dibuat lebih menantang oleh sang ayah.

Saya juga menikmati ragam karakter dari anak-anaknya yang tak jauh beda dengan keluarga pada umumnya meski mereka dididik dengan cara yang tidak umum.

Juga bagaimana mereka menjalani hidup dan bagaimana tiap anak memiliki ciri khas dan karakter yang berbeda meski dididik ayah mereka dengan cara yang sama.

Dan setuju atau tidak aktor dan aktris pemeran para anak-anak melakukannya dengan sangat luar biasa, hats off!

Sumber: www.heyuguys.com
Sumber: www.heyuguys.com

Tokoh sang Ayah (Ben) diperankan oleh Viggo Mortensen memiliki kesan kokoh dan rapuh di saat bersamaan. Diperankan dengan sangat baik oleh Viggo di setiap scene ditambah dengan arahan yang baik oleh Matt Ross sang sutradara.

Hal lain yang patut dipuji dari film ini adalah ketajaman warna gambar yang diberikan terutama pada scene yang melibatkan alam. Memberikan kesan eratnya hubungan Ben dan keluarga dengan tempat tinggal mereka.

Semuanya disajikan dengan pas, indah, elegan, sederhana namun kaya.

Sedikit catatan

Meskipun keseluruhan film memang berfokus pada bagaimana Ben mendidik anak-anaknya namun saya pribadi merasa masih penasaran dengan latar belakang Leslie.

Film ini tidak lupa menyajikan hal tersebut melalui surat wasiat, mimpi Ben dan juga dialog keluarga, hanya saja saya merasa porsinya masih kurang. Bagaimanapun main event di film ini tidak luput dari Leslie itu sendiri.

Selain itu saya tidak bisa memberikan kritik lebih, film ini sudah sangat baik adanya.

Outro

Sebagai karya seni tentu masing-masing orang punya interpretasi berbeda akan pesan yang ingin disampaikan oleh film ini.

Kita mungkin berpikir bahwa cara Ben dalam membersarkan anak-anaknya sangat jenius. Mungkin juga kita berpikir bahwa Ben salah besar dan seharusnya tetap mengenalkan dunia sesungguhnya pada mereka.

Kita mungkin berpikir akan puluhan kemungkinan lainnya. Namun apapun itu, segala pengorbanan, keputusan, kekuatan, pengetahuan, kerapuhan, kebodohan yang dicurahkan Ben kepada anak-anaknya melambangkan betapa fantastisnya ia sebagai seorang ayah.

Sumber: www.youtube.com/watch?v=0PyecG4Tt2k
Sumber: www.youtube.com/watch?v=0PyecG4Tt2k

Best Scene (Spoiler Warning)

Menurut pribadi scene "Sweet Child O' Mine" merupakan scene terbaik sekaligus indah. Build up menuju scene ini pun dikemas dengan baik, terlebih di bagian kata-kata terakhir Ben kepada Leslie (Istri Ben).

Kematian Leslie disini tidak diselenggarakan dengan hening dan berkabung melainkan kebahagiaan. Lagu Sweet Child O' Mine yang dibawakan keluarga Ben disini juga menjadi sangat membekas di benak penonton.

Meskipun udah disinggung di scene awal, cuma tetep ga nyangka aja abunya Leslie di-flush di toilet, haha.

"My face is mine, my hands are mine, my mouth is mine. But I'm not, I'm yours."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun