Mohon tunggu...
Kurnia Alysia Aditianingrum
Kurnia Alysia Aditianingrum Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Pecinta film dan serial televisi, membaca, dan kucing

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"The Starling", Sebuah Refleksi tentang Grieving

29 Maret 2024   07:49 Diperbarui: 29 Maret 2024   08:00 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam buku On Grief and Grieving karya Elizabeth Kübler-Ross dan David Kessler (2014) disebutkan bahwa terdapat beberapa tahapan yang dialami orang-orang ketika berduka, yaitu:

            Denial (penyangkalan), rasa tidak percaya bahwa kehilangan itu telah terjadi.

            Anger (amarah), rasa marah akibat kepergian orang kita sayangi.

Bargaining (tawa-menawar), ketika penyesalan dan pengandaian muncul secara bersamaan sehingga dapat memicu amarah. 

            Depression, kesedihan mendalam sebagai akibat dari kehilangan.

Acceptance (penerimaan), menerima kehilangan sebagai bagian dari realitas kehidupan.

Meski proses umum telah disarikan ke dalam lima tahapan duka cita, namun Kessler menegaskan bahwa duka cita itu begitu dahsyat sehingga dapat memerangkap kita dalam jurang kepedihan. Karenanya, meski tahapan itu dapat disarikan secara jelas begitupula perbedaan setiap tahapannya, bukan hal yang mustahil jika tahap kedukaan itu akan maju-mundur, campur aduk, maupun stagnan (bertahan lama). Dan karenanya, setiap orang memiliki caranya masing-masing ketika berduka. Kemudian, meskipun telah sampai pada tahap penerimaan (acceptance) tidak serta merta membuat seseorang akan merasa baik-baik saja atas kehilangan itu. Begitupula ketika sudah berangsur-angsur berkurang, tidak berarti kesedihan yang ditimbulkan benar-benar berakhir karena bagaimanapun juga orang yang dicintai meninggalkan kita untuk selamanya, ‘kan? Bukan satu atau 2 tahun.

Seperti demikian yang tergambar dalam kedua tokoh The Starling. Meski dibalut komedi, kedua karakter utama tengah melalui masa grieving yang membuat mereka serasa tenggelam dalam samudra luas. Dan grieving itu benar-benar menghancurkan karena bagaimana pun juga hal ini berkaitan dengan cinta. Cinta dan duka yang berkaitan satu sama lain sebagaimana pertemuan dan perpisahan. Karenanya, kehadiran duka cita adalah senyata-nyatanya realita akibat hadirnya cinta itu sendiri. Tidak mungkin berduka jika tanpa mencintai dengan sedemikian besarnya.

Lilly menyadari kepedihan atas kepergian putrinya yang membuatnya mengalami depresi, tanpa ia sadari. Sayangnya, ketika dr. Fine berusaha memberinya refleksi mengenai kondisinya, Lilly justru bersikap denial terhadap apa yang dirasakannya dengan tetap menjalani rutinitasnya bekerja di swalayan. Padahal, belum cukup kehilangan putri kecilnya, ia juga menghadapi kepedihan lainnya ketika Jack, sang suami, memilih mengasingkan diri ke bangsal psikiatri, setelah sebelumnya mencoba mengakhiri hidupnya. Sehingga dapat dikatakan Lilly mengalami 2 kali kehilangan orang yang disayanginya meski secara fisik Jack masih hidup. Hal ini memperburuk depresinya yang mengakibatkan pekerjaannya di swalayan berantakan.

Di sisi lain, Jack tak mampu mengatasi amarah dan penyesalannya karena merasa keteledorannya menyebabkan kematian putrinya. Bargaining dan larut dalam depresi membuatnya menyerah pada kehidupan dengan meninggalkan seluruh hal yang dicintainya, baik istrinya maupun profesinya sebagai seorang guru. Parahnya lagi, Jack pun menyerah akan seluruh rangkaian pengobatan di bangsal psikiatri, mulai dari tidak minum obat, mengabaikan terapisnya juga apapun bentuk dukungan Lilly. Namun, pengabaiannya terhadap Lilly bukan tanpa alasan. Jack menganggap Lilly tidak bersedih sebagaimana dirinya, terutama ketika mengetahui Lilly sudah lebih dulu melanjutkan hidupnya dan menjual seluruh barang-barang Katie. Mengenai hal ini, tentunya Jack terlalu egois karena bagaimana pun juga Lilly adalah ibu yang melahirkan putrinya sehingga mustahil bila Lilly tidak menderita. Selain itu, setiap orang punya cara masing-masing ketika berduka, termasuk Lilly yang cenderung denial dan menyimpannya melalui topeng sikap dan ekspresi yang diperlihatkannya.

https://www.imdb.com/title/tt5164438/mediaviewer/rm2642539777/
https://www.imdb.com/title/tt5164438/mediaviewer/rm2642539777/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun