Mohon tunggu...
Kurnia Alysia Aditianingrum
Kurnia Alysia Aditianingrum Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Pecinta film dan serial televisi, membaca, dan kucing

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Noise" Kebisingan Penyayat Hati

10 Maret 2024   11:30 Diperbarui: 10 Maret 2024   11:48 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika membaca judul dari film ini, sekilas menimbulkan pertanyaan mengapa film berdurasi 1 jam 46 menit ini diberi judul sedemikian rupa? Jika mencari terjemahan kata dari noise maka tertera berupa kebisingan, suara, ribut, gaduh, riuh, keributan, dan lain sebagainya. 

Begitu pula dengan judul aslinya Ruido yang juga memiliki arti kebisingan. Namun menariknya, Netflix mengelompokkan film ini sebagai provokatif, intim, dan emosional meski tetap memberi peringatan rating 13+ dengan rincian mengandung unsur kekerasan, telanjang, kata-kata kasar, dan tema berat.

Film ini bercerita mengenai Julia (diperankan oleh Julieta Egurrola) yang tengah berjuang mencari Ger, putrinya, yang menghilang ketika sedang berlibur untuk merayakan kelulusannya bersama teman-temannya. 

Waktu sembilan bulan yang ditempuh Julia untuk mencari putrinya (sejak menghilang) melalui otoritas yang berwenang justru semakin bergerak nihil akibat pengabaian dan penghindaran dari otoritas tersebut. Hal ini membuat Julia sebagai seorang ibu semakin terluka dan hanyut dalam duka yang mendalam hingga tidak bisa memahami kedukaan yang dialami anggota keluarga lainnya seperti Arturo, mantan suaminya, juga Pedro, putranya-kakak bagi Ger.

Genre drama bagi film ini begitu kental dengan alur cerita yang terkesan lambat dan mendayu-dayu di awal cerita. Namun setelah menyaksikan film ini secara keseluruhan maka dapat dipahami bagaimana maksud Natalia Beristáin selaku sutradara yang juga turut andil dalam penulisan naskah. 

Noise berupaya menggambarkan bagaimana situasi keluarga yang kehilangan anggota keluarganya secara misterius yang di sisi lain tidak ada tindakan yang seharusnya dapat diberikan oleh negara sebagai institusi yang memiliki kewajiban melindungi warga negaranya. 

Meski tidak diketahui apakah karakter Julia didasarkan pada kisah nyata atau tidak, tetapi film ini sejatinya memang diangkat dari kejadian nyata dimana telah terjadi puluhan ribu orang hilang sejak Meksiko gencar menyatakan perang terhadap narkoba. 

Parahnya lagi, hal ini tidak hanya terjadi di Meksiko tetapi juga terjadi di negara-negara Amerika Latin lainnya. Karenanya, tidak mengherankan jika ditelusuri lebih lanjut, film ini merupakan hasil kerja sama antara filmmaker Meksiko dan Argentina.  

Sumber: Netflix
Sumber: Netflix

Makna Noise menjadi sangat kental ketika film ini menunjukkan bagaimana orang-orang yang hilang tersebut hanya akan memberi jawaban pada keluarga terkasih melalui 2 opsi: tidak ditemukan sama sekali atau ditemukan dalam keadaan mati di “kuburan” massal. 

Dua opsi yang sama-sama menyayat hati siapapun yang memahami hakikat perikemanusiaan. Narkoba dan human trafficking diduga menjadi salah satu penyebab hilangnya orang-orang tersebut, termasuk Ger, putri Julia. 

Namun tak berhenti sampai di situ, pengabaian dan penghindaran dari otoritas yang berwenang dalam kasus ini juga mengisyaratkan adanya keterlibatan dari aparat penegak hukum, baik kepolisian hingga peradilan terhadap operasi pelaku kriminal. Hal ini tergambar ketika Julia memutuskan untuk mencari putrinya dengan jalannya sendiri dan dibantu oleh Abril Escobedo (diperankan oleh Teresa Ruiz, jurnalis investigasi). 

Penyelidikan mandiri itu membawa Julia dan Abril untuk mengetahui betapa kotornya pihak kepolisian yang hanya menutup mata dengan menemukan jasad-jasad dari “kuburan” massal dan penelusuran tempat pelacuran. Bahkan penyelidikan ini pun harus diganjar dengan pengambilan secara paksa Abril oleh aparat yang diduga sudah bekerja sama dengan gengster di depan mata Julia. 

Julia, sebagai warga biasa semakin tidak berdaya dan hanya bisa menerima kenyataan pahit ketika Jaksa yang dianggap terbaik pun mendesaknya untuk menyerah terhadap nasib putri dan rekannya karena sistem yang kotor.

Sumber: Netflix
Sumber: Netflix

Film ini juga menyuguhkan bagaimana aksi yang diadakan kelompok feminis yang menuntut andil negara untuk menindak kasus orang-orang hilang tetapi justru ditanggapi kekerasan oleh aparat. 

Hal ini seolah membenarkan aliansi antara pejabat negara dengan kriminal dunia hitam: narkoba dan human trafficking. Menyaksikan film ini secara keseluruhan membuat emosi saya teraduk-aduk ketika dibuat memahami kasus-kasus yang melatari film ini. Adalah benar ketika Netflix mendeskripsikan film ini sebagai film bertema berat karena bagi saya berat di sini adalah ketika menelisik kasus yang disuguhkan yang direpresentasikan melalui tokoh Julia dan Abril. 

Bahkan tenggorokan saya tercekat ketika menyaksikan adegan Julia yang hanya bisa menelusuri mayat-mayat yang sudah membusuk dalam kontainer. Karenanya, judul Noise memang pantas untuk disematkan pada film ini. Meski kurang tepat untuk rekomendasi film yang menghibur di tengah penatnya suasana kehidupan, tetapi film ini sangat tepat untuk menambah wawasan bagi pecinta isu sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun