Pasar Seni 47 Tahun Dewan Kesenian Malang
Dewan Kesenian terlahir dengan berbagai tujuan mulia, salah satunya karena Seniman sebagai aset bangsa dianggap memiliki peran strategis dalam mempengaruhi opini publik. Kesepahaman ini dituangkan dalam Manifes Kebudayaan pada tanggal 17 Agustus 1963. Seiring dengan semakin majemuknya (opini) publik, semakin kompleks pula peran, fungsi  dan karakter yang harus diemban Dewan Kesenian.Â
Kompleksitas tersebut menuntut perkembangan kedewasaan pola pikir dan literasi global dalam menyikapi kebebasan berekspresi  (seni) yang menjadi ruh utama dalam perkembangan dunia kesenian. Disisi lain, perawatan akan akar-akar tradisi seni juga harus terperhatikan posisinya dalam gerbong fungsi sosial kultural kesenian.
Setelah sempat vakum dalam beberapa tahun, Dewan Kesenian Malang sebagai lembaga independent dalam perawatan, pengembangan, dan pemanfaatan Seni  kembali menggelora dengan berbagai harapan dan tantangan baru. Dunia kesenian seolah tercabik-cabik dengan berbagai teknologi dan penyikapan yang serba instant terhadap kesenian.Â
Generasi muda sibuk dalam egoisme kesendirian di dunia virtualnya sendiri. Pendangkalan-pendangkalan trend berkesenian seolah dilegalkan dengan semakin mudahnya gelar keartisan yang diperoleh dari dunia virtual. Esensi, emosi, energi, dan penghargaan terhadap karya seni tergantikan oleh jumlah data statistik interaksi dan kepopuleran yang terbaca dalam sosial media .
Di dunia yang lain, para pakar yang ke"nabi"annya terakui dalam dunia seni, menggenggam erat keilmuan yang dimilikinya sebagai "wangsit linuwih" yang tidak semua orang bisa dengan mudah  mendapatkan, mempelajari, melakoni  bahkan mengembangkannya. Periuk nasi yang didapat dari tirakat berkeseniannya harus tetap terjaga dari campur tangan pihak-pihak yang  mereka anggap tidak atau belum pantas menjadi penerus. Â
Dan ketika generasi muda mencoba mencari bentuk karya baru yang lebih melebur dalam karakter  serta semangat generasi muda, para "nabi-nabi" dunia seni tadi akan berteriak lantang pada masyarakat dan para pemangku jabatan; "kami ditinggalkan, generasi muda tidak ada yang peduli pada kami, pembiaran dan ketidakpedulian ini akan mematikan tradisi seni kita yang adiluhung...".
Situasi inilah yang menuntut Dewan Kesenian Malang (dan Dewan Kesenian Daerah lain) untuk bersikap bijak dalam memposisikan lembaga sebagai rantai penghubung dalam fenomena missing link antar generasi dan peradaban seni saat ini. Kerelaan pengembangan kesenian tradisi oleh para pelaku muda kesenian dan ketulusan seniman-seniman muda merawat akar seni mereka menjadi kunci  pembuka sekat antar generasi.
47 Tahun Dewan Kesenian Mallang
Dewan Kesenian Malang berdiri di Malang, 31 Desember 1973. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Dewan Kesenian Malang disusun oleh Dr.Hazim Amir, Drs Yasso Winarto, Drs IGN Oka.Yang mengetik Henricus Supriyanto, guru SMA Cor Jesu dan koresponden Mingguan Mahasiswa Bandung.Â
Semua aktivitas Dewan Kesenian Malang di Radio Senaputra dan Jl.Guntur 1 sebagai kantor Rektorat dan Humas Universitas Brawijaya.Djanalis Djanaid bersama koran kampus Mimbar Brawijaya menjadi mediator Dewan Kesenian Malang dan Univervistas Brawijaya.
M.ACHMAD ICHSAN adalah Ketua Dewan Kesenian Malang pertama tahun 1973. Saat itu sekretariat Dewan Kesenian Malang di Radio Senaputra. Dewan Kesenian Malang berkembang pesat dengan sokongan sepenuhnya Walikota Malang, Kolonel Soegiyono (1973-1983).Â
Setelah M.Achmad Ichsan, Ketua Dewan Kesenian Malang selanjutnya  adalah: Djanalis Djanaid, M.Sudibyo, Basuki, Munadjat, M.Sattar, Totok Kamdani, Dwi Cahyono, Dyah Mayangsari, Bobby Nugroho. Sekretariat Dewan Kesenian Malang beberapa kali pindah alamat, dari Radio Senaputra, Gedung Kesenian Cenderawasih di Jl.Nusakambangan 19 (kini Gedung Kesenian Gajayana) menuju Jl.Majapahit 3 hingga hari ini.
Dewan Kesenian Malang tercatat pernah menjadi penggagas Temu Dewan Kesenian Indonesia yang pertama dan dilaksanakan di Gedung DPRD Kota Malang. Dewan Kesenian Malang mengirim tim delegasi hadir dalam Temu Dewan Kesenian Indonesia ke-II di Ujung Pandang. Kol.Soegiyono, Walikota Malang (1973-1983) turut hadir dan menjadi narasumber dalam forum tersebut.
Eksistensi Dewan Kesenian Malang terbentang sejak Walikota Malang Kol.Soegiyono (1973-1983), Drs.Soeprapto, Dr.H.Tom Uripan N, SH, H.M.Soesamto, Kol.Inf.H.Suyitno, Drs.Peni Suparto, M.Ap, Ir.H.Mochamad Anton, Ir.Wahid Wahyudi, MT, Drs.Wasto, SH, MH hingga Drs.H.Sutiaji ( 2018-2023).
Pasar Seni Dewan Kesenian Malang
Dewan Kesenian Malang akan menyelenggarakan Pasar Seni dalam rangka merayakan Ulang Tahun ke-47. Pasar Seni akan digelar Senin, 28 Desember 2020 hingga Jumat, 1 Januari 2021 di Gedung Dewan Kesenian Malang Jl.Majapahit 3 Kota Malang. Didukung tujuh bidang seni Dewan Kesenian Malang meliputi musik, tari, sastra, teater, rupa; radio, televisi dan film serta media baru.Â
Selama seminggu, Pasar Seni  akan menggelar workshop kerajinan tradisi, batik, topeng bubur kertas, raket jabung, musik (didgeridoo, rinding), mulas wayang kulit, pergelaran wayang kulit dalang cilik, seminar seni media baru "Langgam Seni Digital Hari Ini", pergelaran tari dari Sanggar Citra Natya Budaya, Shakuntala, Sentra Budaya, Nava Kendedes, Sekar Tanjung, Padma Puspita, launching antologi puisi penyair Malang Raya "Sajak Dwiwangga Dunia Tak Lagi Dingin", pentas musik Kak Fery, Bejo Rinding,  Azis Franklin, Soegeng Rawoeh dan orasi kebudayaan oleh Yusri Fajar.
Ada stan industri kreatif. Menampilkan sosok seniman di Kota Malang yang piawai membuat dan memproduksi instrumen musik tradisi Indonesia: Arik Sugianto, Isa Ansori, Azis Franklin, Bejo Rinding, Budi Ayin.Â
Pengunjung boleh membeli berbagai instrumen musik tradisi dari rinding malang, angklung towel, rainstick, sapek, kulcapi, hasapi, fujara, kajoon, gamelan, seruling, didge bamboo, didge kayu, gendang, occarina kayu, bansi minang, saluang, siter, solawa. Harga dipatok dari 50 ribu hingga 100 juta rupiah. Bisa pre order dan mufakat harga.
Ada stan Museum Musik Indonesia menampilkan koleksi instrumen musik dari Sumatera hingga Papua.Tentu saja tidak dijual.Sepenuhnya demi kepentingan edukasi dan apresiasi kepada masyarakat.
Ada pemutaran dokumentasi Digitalisasi Relief  Candi Jago oleh Syarifuddin, penerima Fasilitasi Bidang Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud tahun 2020.
Wayang Topeng Jabung dengan dukungan sepenuhnya dari Raket Jabung dan Preman Mengajar turut hadir berpartisipasi, Selasa, 29 Desember 2020.
Sebagai bagian dari acara pasar seni Dewan Kesenian Malang, Badan Pengurus Harian (BPH) Sastra akan meluncurkan antologi puisi penyair Malang Raya dengan judul "Sajak Dwiwangga Dunia Tak Lagi Dingin" pada Rabu, 30 Desember 2020 di pendopo Hazim Amir Dewan Kesenian Malang mulai pukul 14.00 wib sampai selesai.Â
Buku hasil kurasi karya para penyair Malang Raya ini akan didiskusikan dalam acara tersebut oleh Tengsoe Tjahjono sebagai kurator, Abdul Mukhid sebagai penerjemah buku ke dalam bahasa Inggris, dan juga Yose S. Beal sebagai perwakilan penulis sekaligus tim penerbitan buku.Â
Rencananya launching buku akan dihadiri oleh para sastrawan yang termaktub dalam buku ini: Djoko Saryono, Denny Mizhar, Akaha Taufan Aminudin, Nanang Suryadi, Lindung Ratwiawan, Alif Hanifatur Rosyidah, Aminuddin S.Gadi, Ays Nur Adilah, Dani Alifian, Dewi R.Maulidah, Dwi Candra Loka Saputra, Edeliya Relanika Purwandi, Ekwan Wiratno, Esti Satuhu Murrohmah, Eva Nur Lailatul Fitriah, Fajrus Shiddiq, Fathul H.Panatapraja, Fina Mulianastiti, Heni Pristianingsih, Kusmiati, Leo Zainy, Lidya Devega Slamet, M.Zain, Nia Puspita Sari, Nila Mahardika, Nuning Salimah, Nur Aida, Rendra Fatrisna K, Rivaldi Anjar Saputra, Salsabila Nur Aulia, Sawir Wirastho, Vito Prasetyo, Wahyu Kris A.W., Wak Blem.
Buku ini bisa dikatakan antologi puisi pertama yang diterbitkan oleh Dewan Kesenian Malang. Menariknya lagi, buku ini ditulis dalam 2 bahasa, Indonesia dan Inggris. Selain itu, di dalam buku setebal 218 halaman ini juga terdapat sejumlah foto (monokrom) lukisan para perupa Malang.Â
Buku bersampul Kampung Warna Warni, salah satu ikon Kota Malang, bisa didapatkan di stan bursa buku BPH Sastra Dewan Kesenian Malang bekerja sama dengan Toko Buku Pelangi Sastra selama acara Pasar Seni berlangsung,Senin, 28 Desember 2020 hingga Jumat, 1 Januari 2021 dari pukul 10.00 hingga 20.00 wib di Gedung Dewan Kesenian Malang Jl.Majapahit 3 Kota Malang
Sebagian dari Panitia Pasar Seni 47 Dewan Kesenian Malang dalam Jumpa Pers dengan media, Senin, 21/12/2020.
Abdul Malik
Malang, 22/12/2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H