SIANG itu dua siswa sedang belajar membuat topeng dari bahan kertas.M.Aditya Chandra siswa SDN Sukun 2 kelas 6.Datang bersama kawannya. Mereka naik taksi online. Keduanya mendapat tugas sekolah untuk membuat topeng malang yang berbahan bubur kertas. Banyak orang tua anak yang datang membeli topeng malangan dari bubur kertas.
"Biarpun proses ini sudah saya bagikan pada beberapa teman. Namun proses pembuatan topeng dari bubur kertas membutuhkan waktu agak lama khususnya saat pengeringan bahan, membuat teman-teman "wegah" menekuni proses membuat topeng dari bahan bubur kertas," Yongki Irawan (67), penggagas Kampung Djanti Padhepokan memulai jagongan. (2/2/2018).
Membuat topeng dari bahan bubur kertas merupakan salah satu yang dapat kita dapatkan saat berkunjung ke Kampung Djanti Padhepokan, Kampung Edukasi. Sesuai dengan taglinenya, Bersama, bermain, belajar, di Kampung Djanti Padhepokan kita dapat belajar dan berproses membatik, menganyam bambu (ngepang), dolanan anak, latihan tari tadisi dan modern.
Sejak 2004, Yongki Irawan mengadakan riset pada permainan Nyai Puthut. Awalnya tergelitik dengan permainan Jailangkung atau Nyai Puthut. Sebuah permainan dolanan yang dahulu sangat akrab bagi banyak kalangan baik tua, muda maupun anak-anak, terutama di Pulau Jawa.
Hasil riset menyimpulkan bahwa Jailangkung / Nyai Puthut adalah permainan bukan pemanggil roh setan. Siapa saja bisa bermain. Kapan saja bisa dilakukan, baik pagi, siang, sore ataupun malam hari.
Dolanan anak-anak lain yang sedang dieksplorasi Yongki Irawan adalah Pring Edan (Bambu Gila). Pada permainan ini tumpuan bermain pada badan dan inti dari permainan adalah Fokus. Â
Di Kampung Djanti Padhepokan, kita juga dapat mengapresiasi Pencak dan Bantengan. Seni Pencak adalah bagian dari seni tradisi.yang tidak kalah menarik sebagai salah satu cikal bakal seni bela diri Indonesia.Di dalam Pencak  (Pencak Dor) ada beberapa tahapan untuk menjadi seorang pesilat yaitu Kembangan, Bladon dan Kuncian. Syarat mutlak yang harus dilakukan adalah belajar secara disiplin dan terus menerus.
Seni bantengan merupakan pertunjukan seni kerakyatan. Ruang bermainnya adalah arena. Pada permainan ini penonton lebih tertarik saat pemain mengalami trance/kesurupan.pak Yongki Irawan akan mengurai apa itu kalap, ngalap, kalapan dan kesurupan.
Kampung Djanti Padhepokan berlokasi di Jl.Janti Barat Padepokan RT 14 RW 04 Kelurahan Sukun Kecamatan Sukun Kota Malang. Diresmikan oleh Ibu Ida Ayu Made Wahyuni, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang, 30 Desember 2017.
M.Dwi Cahyono, sejarawan dari Universitas Negeri Malang dalam diskusi budaya bertajuk Tradisi Pembelajaran Eko-Sosio Kultur Jawa pada Padepokan di Jawa Lintas Masa, Â mencatat bahwa PADEPOKAN mengemban fungsi luas sebagai pengemban institusi non formal untuk menyiapkan seseorang agar kelak mampu bersikap dan bertindak bijaksana sesuai kaidah sosial dan budaya yang berlaku.
"Pada masa sekarang, padepokan bisa juga berada di tengah pemukiman yang ramai dan area perkotaan.Namun demikian suasana tenang, nyaman dan ber etika tetap dikondisikan.Maka tidak jarang sebuah padepokan dikemas sebagai lingkungan tertutup yang dikelilingi pagar beserta gapura-gapura. Konon yang diajarkan di dalam padepokan  tidak sebatas pada kesenian, melainkan meliputi anasir kebudayaan lain seperti kebahasaan, pengetahuan, teknologi, organisasi sosial dan pemerintahan, keagamaan serta sistem mata pencaharian".  Â
Sejumlah karya tari dan seni pertunjukkan telah ditorehkannya: Tari Pecut, tari Buruh Pelabuhan, tari Kampung Laut (1969), tari Kuda Lumping, tari Petik Apel, Fragmen Kepompong (1970), Fragmen Kancil Nyolong Timun (1972), tari Golekan Kayu (1975), Fragmen Sebelum Kematian Sesudah Kematian (1976), tari Layang-layang (1977), tari Balada Gamang (1987), Fragmen Nyai Puthut (2009), Pelatihan Masal Tari Grebeg Jawa (2016), tari Persembahan Murwokolo (2017), dolanan Nyai Puthut & Bambu Gila, Pendamping Sanggar Tari Renaissance di Karangkates, Sumberpucung Kabupaten Malang.
Sejumlah pengalaman berkesenian pun telah dilakoninya: Lesbumi Pencak Silat (1960), pelatih tari (1970-1989), penggagas dari tari Beskalan & Bapang ( 1980), pakaian Malangan (1981), Ruang Berkesenian Indrokilo (1982), Gedung Balai Kesenian Batu (1981), Koordinator tari masal (era Walikota Malang Ebes Soegiyono).
Dalam perhelatan Workshop Kebudayaan dan Pembinaan Pelaku Ekonomi Kreatif di Hotel Atria Malang tanggal 8 Februari 2018, Pak Yongki Irawan mendapat Penghargaan Anugerah Budaya Malangkucecwaradari Pemerintah Kota Malang sebagai Seniman Tari. Penghargaan diberikan kepada Pak Yongki Irawan atas dedikasi, integritas dan pengabdian tanpa batas yang telah diberikan dalam pemajuan dunia seni budaya di Kota Malang.
Sejak diresmikan dan banyak dipublikasikan oleh media cetak, online, tv, maupun lewat gethok tular, Kampung Djanti Padhepokan banyak mendapat kunjungan. Antara lain: Lembaga Kebudayaan Universitas Muhammadiyah Malang, mahasiswa IKIP Budi Utomo Malang, SMA Lab Malang,  mahasiswa STIKOM Surabaya, sekolah-sekolah dasar di sekitar Kampung Djanti Padhepokan  (SDN Bandungrejosari, SDN Sukun).
Seratus siswa SMA, guru pendamping dan pegawai Dinas Pendidikan  dari 3 propinsi (Jawa Timur, Jawa Tengah, D.I Yogjakarta)  bersama Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I.Yogjakarta juga berkunjung ke Kampung Djanti Padhepokan  (5/4/2018). Program Jejak Tradisi Budaya Daerah 2018 mengusung tema Menjunjung Tinggi Toleransi Dalam Kebhinnekaan.
Selama empat jam, Pak Yongki Irawan berbagi ilmu tentang Pencak & Bantengan, Misteri Nyai Puthut, Pring Edan (Bambu Gila) dan membuat topeng malang dari bubur kertas. Seluruh peserta yang hadir sangat antusias mengikuti kegiatan hingga tuntas.
Kampung Djanti Padhepokan memiliki misi:
-Menguatkan pendidikan karakter bagi generasi muda
-Meningkatkan apresiasi masyarakat khususnya orang tua untuk lebih menghargai proses dalam  berkesenian bagi pengembangan anak
Berkaitan dengan hal tersebut, Kampung Djanti Padhepokan sangat berharap mendapat kunjungan dari:
1.Mahasiswa jurusan PGSD, dimana nantinya para lulusan akan menjadi guru SD
2.Mahasiswa FIA Manajemen
3.Generasi muda yang memiliki semangat  untuk kembali mengenal kearifan budaya lokal
"Kami paling senang kalau didatangi pengunjung yang sesuai harapan kami, guru, mahasiswa jurusan pendidikan, anak-anak SD. Kami menyiapkan anak-anak SD Â menjadi generasi yang berbicara, berbangsa dan bernegara memiliki alam budaya lokal. Itu lah yang kami rindukan," Yongki Irawan, penggagas Kampung Djanti Padepokan.
Program Kampung Djanti Padhepokan:
1.Pembangunan pendopo ukuran 10 x 15 m untuk latihan tari, karawitan, teater
2.Pembangunan panggung pagelaran
3.Pembangunan ruang ketrampilan untuk seni
4.Menyelenggarakan pendidikan luar sekolah bersertifikat
5.Pembangunan ruang istirahat sederhana untuk peserta pelatihan yang ingin menginap
1.Bagi yang membawa mobil, sepeda motor.Dari arah Kota Malang menuju kampus Universitas Kanjuruhan di Jl.S.Supriyadi. Ada traffic light Jl.Janti Barat, belok kiri. Ada Puskesmas Janti lanjutkan sedikit lagi. Ada Indomaret, disampingnya ada jalan.Ada papan PERADI (Perhimpunan Advokat Indonesia) Dewan Pimpinan Cabang Malang. Itulah pintu masuk Kampung Djanti Padepokan.
2. Dari arah timur : Comboran, Faroka, Bentoel, SMKN 1.Ke arah barat. Setelah melewati jembatan, jalan terus. Disebelah kanan jalan ada Indomaret. Disampingnya ada jalan.Ada papan PERADI (Perhimpunan Advokat Indonesia) Dewan Pimpinan Cabang Malang. Itulah pintu masuk Kampung Djanti Padepokan. (Bagi yang membawa mobil, sepeda motor).
3.Terjangkau kendaraan umum. Dilalui 4 jalur mikrolet: Â GL, AJG, LG, GML.
4. Menggunakan ojek/taksi online
5.Parkir memungkinkan untuk 3 bis besar. 200 meter dari jalan raya
Buka: Minggu, pukul 10.00-21.00 wib
Waktu terbaik berkunjung : Minggu, pukul 11.00 wib
Pengunjung bisa berkunjung sesuai dengan permintaan.Disarankan menelpon dulu ke Bapak Yongki Irawan di nomor 08885825556, 0818384071.
Tagline: Bersama-Bermain-Belajar
Pengunjung dapat memilih pelatihan yang diinginkan: cetak topeng kertas, batik corak Sukun, anyam bambu, cukit pakaian carnival, dolanan anak (egrang, pring edan, nyai puthut, jailangkung), membuat wayang suket, pembuatan payung kertas, display baju karnaval, tari modern dan tradisi.
Jual paket: Satu paket 5 orang. Biaya Rp 100.000,-. (Seratus ribu rupiah). Pengunjung dapat memperoleh pelatihan : cetak topeng kertas, batik, dolanan (egrang, pring edan, nyai puthut) . Tidak termasuk konsumsi. Bila dikehendaki dapat disediakan konsumsi dengan menu sederhana.
Fasilitas: Pelatihan diadakan di emperan rumah warga. Tersedia toilet milik warga (sangat sederhana). Pengunjung bisa memesan makan dan minum, menu sederhana, harga terjangkau.
Tersedia ruang pertemuan Gedung milik Peradi, kapasitas 200 orang. Â
Tersedia musholla.
Agenda rutin: Festival Kampung Djanti Padepokan di bulan Desember.
Disini tidak ada spot untuk selfie.
Narahubung:Yongki Irawan 08885825556, 0818384071.
E-mail: irawanyongkiest@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H