Mohon tunggu...
Abdul Malik
Abdul Malik Mohon Tunggu... Penulis seni - penulis seni budaya

penulis seni. tinggal di malang, ig:adakurakurabirudikebonagung. buku yang sudah terbit: dari ang hien hoo, ratna indraswari ibrahim hingga hikajat kebonagung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cupak Tanah

21 Januari 2018   06:09 Diperbarui: 21 Januari 2018   08:32 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tepat pukul 21.15 WIB pementasan berakhir.

Lantas berlanjut dengan diskusi dengan narasumber Drs Hardiman, M.Si (Dosen Seni Rupa Universitas Pendidikan Singaraja (Undiksha), Kurniasih Zaitun, S.Sn (dosen Teater STSI Padangpanjang Sumatera Barat), Putu Satria Kusuma (sutradara Cupak Tanah), moderator Anwar Sobary (Teater Pancar).

Suasana diskusi berjalan serius namun santai diikuti sekitar 100 peserta. Sebagian besar pertanyaan berkutat pada istilah teater tradisi dan modern. Hardiman menjelaskan perkembangan teater di Bali dan posisi Kampoeng Seni Banyoening (nama ini diberikan oleh penyair Umbu Landu Paranggi) sebagai sebuah kampung seni. Pada bagian lain Hardiman menjelaskan sosok Putu Satria Kusuma sebagai warga Kampoeng Seni Banyoening namun terpengaruh juga dengan kehidupan teater di luar Kampoeng Seni.

Kurniasih Zaitun merasa terkesan dengan penampilan Cupak Tanah di mana spirit tradisi begitu kental. Putu Satria Kusuma menjelaskan pemilihan bentuk setting yang berbeda dari dua tempat sebelumnya---Celah celah langit (Bandung) dan ISI (Yogyakarta). Sebagai penutup Halim HD menjelaskan ada baiknya peserta diskusi tidak terlalu mempersoalkan istilah tradisi dan modern tetapi lebih melihat pada vitalitas tubuh aktor dan tema yang diusung malam itu bahwa tanah bukan hanya persoalan tempat tinggal tetapi hidup mati. Diskusi berakhir pukul 22.30 WIB.

Banyaknya penonton malam itu semoga menunjukkan indikasi segmentasi penonton seni di Surabaya sudah mulai terbentuk mengingat pada saat yang sama Taman Budaya Jatim sedang menyelenggarakan Festival Cak Durasim. Selamat dan sukses untuk pementasan Cupak Tanah Sanggar Kampoeng Seni Banyoening.*

*Tulisan ini adalah liputan pementasan teater dari Sanggar Kampoeng Seni Banyoening, Singaraja, Bali, sebagai salah satu lembaga penerima hibah seni untuk program Pentas Keliling dari Yayasan Kelola. Liputan ini sekaligus sebagai bentuk keterlibatan langsung saya untuk kesekian kalinya di Yayasan Kelola sejak berdiri 1999. Sebelumnya ini saya terlibat langsung dengan program Yayasan Kelola menjadi peserta Lokakarya Penulisan Karya Tari dan Teater. Nirwan Dewanto (sastrawan, editor, pengulas seni) menjadi pemateri dari kegiatan yang diadakan di Cisarua, Bogor, 9-11 April 2005.  Yayasan Kelola  adalah yayasan untuk seni dan budaya yang memberi banyak kontribusi bagi perkembangan seni budaya di negeri ini.

[1] Tulisan ini adalah liputan pementasan teater dari Sanggar Kampoeng Seni Banyoening, Singaraja, Bali, sebagai salah satu lembaga penerima hibah seni untuk program Pentas Keliling dari Yayasan Kelola. Liputan ini sekaligus sebagai bentuk keterlibatan langsung saya untuk kesekian kalinya di Yayasan Kelola sejak berdiri 1999. Sebelumnya ini saya terlibat langsung dengan program Yayasan Kelola menjadi peserta Lokakarya Penulisan Karya Tari dan Teater. Nirwan Dewanto (sastrawan, editor, pengulas seni) menjadi pemateri dari kegiatan yang diadakan di Cisarua, Bogor, 9-11 April 2005.  Yayasan Kelola  adalah yayasan untuk seni dan budaya yang memberi banyak kontribusi bagi perkembangan seni budaya di negeri ini.

     

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun