Dulu, Kenapa Affandi Tak Singgah ke Trowulan?
oleh Abdul Malik
PERNAH di suatu siang, saya jagongan dengan Putu Sutawijaya---perupa dan pendiri Sangkring Art Space, Yogyakarta. Tempatnya di taman Museum Majapahit, Trowulan. Saat itu, Pak Liong (begitu sedulur Samuel Indratma memanggil akrab Putu Sutawijaya), bersama keluarga dalam perjalanan dari Bali menuju Yogyakarta. Transit di Trowulan. Nyantai sejenak.
Ngobrol dengan Pak Liong sungguh mengasyikkan. Rendah hati, terbuka dan punya selera humor yang maknyus. "Pak Malik, kenapa ya Affandi dulu tak singgah ke Trowulan dalam perjalanan melukis dari Bali ke Yogyakarta?"
"Maaf Pak Liong saya tidak tahu".
Pertanyaan Pak Liong membuat saya tercenung.
Kok konco konco perupa Mojokerto gak tahu mbahas soal iku yo.
Di rumah saya mulai membuka catatan memori saya: Â Sejak kapan ya saya mulai intens terlibat dalam jejaring kebudayaan di Yogya? (Rileks..kaki selonjor..nyruput kopi nya Mbah Mo yang mantap itu dan mulai mendengarkan lagu lagunya Krisna Encik Widyanto)
Plung ! Satu nama mulai muncul : Samuel Indratma.
Dia suka menyingkat namanya dengan: S.M.L kalau mengirim pesan pendek. Kontak saya dengan Pak Sam, begitulah teman teman di Yogja menyapanya, karena [aikon !] media gratisan yang ramah lingkungan itulah yang membawa saya datang ke rumah beliau di Langernarjan Lor 29 Yogya. Itu sekitar 11 tahun silam.
Pertengahan 2007 saya balik ke Yogya. Inilah pertemuan pertama saya dengan Putu Sutawijaya (Liong), perupa sekaligus owner Sangkring Art Space. Kami jagongan tentang apa saja di "warung kopi" depan Sangkring Art Space. Saya mendapat hadiah buku pameran tunggal Pak Liong di Malaysia dengan tanda tangan dan sket wajah saya di dalamnya. Pertemuan yang berkesan. Sungguh.
Saya kembali ke Yogya (lagi). Biennale Jogja 2007 digelar mulai 28 Desember 2007 hingga 28 Januari 2008. Sangkring Art Space menjadi salah satu venue. Saya "residensi" di rumah S.M.L sekitar 3 minggu. Salah satu hasilnya, saya semakin akrab dengan Pak Liong.
Pertengahan tahun 2009 ke Yogya lagi. Ternyata Samuel Indratma menjadi salah satu kurator Biennale Jogja. "Cak Malik, konco konco perupa Mojokerto akan diundang ke Biennale Jogja , Desember 2009. Situne bantu bantu ya..Undangan segera dikirim."
Berangkatlah Mojokerto Art Club (Pak Cip, Joni Ramlan, Nanang, Rachmat Widadi, Alfie Fauzie, dan beberapa pelukis cilik, dibantu Arief Hariyanto) ke Biennale Jogja. Mobil Mojokerto Art Club 'diparkir' di Taman Budaya Yogya, 11 Desember 2009 hingga 10 Januari 2011. Seusai Biennale Jogja 2009, mobil Mojokerto Art Club sempat 'parkir' di Sangkring Art Space 2 selama beberapa minggu.
(Teh panas manis yang saya bungkus tadi ndilalah kok ketinggalan di warung...)
Menurut saya, Samuel Indratma dan Putu Sutawijaya adalah dua sosok "kurator" dan "ahli strategi kebudayaan" dalam pertukaran kebudayaan Yogyakarta-Mojokerto. Keduanya mendesain program kebudayaan dengan rileks, sambil minum ngopi, ngrokok. Pokoknya bikin orang lain senang dan berbahagia.
Putu Sutawijaya pun mulai memasukkan Trowulan sebagai salah satu tempat "transit" dalam perjalanan dari Yogya ke Angseri, Bali. Atau sebaliknya. Beliau menyempatkan isirahat sebentar di rumah Pak Cip, makan soto ayam depan Klenteng Mojosari, atau rawon & pecel di Pasar Legi Mojosari. Nglesot di lesehan atau makan di warung soto pinggir jalan tetaplah nikmat. Minumnya ya tetap kopi"made in"Bu Cip.
Selain menjalin hubungan baik dengan Pak Cip, Bli Putu Sutawijaya juga membuka diri bersilaturahmi ke rumah Alfie Fauzie dan Joni Ramlan, dua pelukis yang tinggal di Mojosari. Di rumah Awik, panggilan akrab Alfie Fauzie di Panjer maupun di rumah dan studio Joni Ramlan di Seduri dan Pungging, Bli Putu tetap enjoy jagongan soal apa saja. Kostumnya pun seringkali hanya celana pendek, kaos dan topi laken. Sebuah kerendahhatian sekaligus dedikasi total pada seni. Saya teringat tulisan di jendela kaca studio Joni Ramlan:
Total dedication to art is a way of life,
Rather than a mere means of livelihood which is limited to its material aspect
Pameran Majapahit dalam Seni Rupa sebagai rangkaian Festival Bulan Purnama Majapahit digelar 20-27 Nopember 2011 di Pusat Informasi Majapahit/ Museum Trowulan. Dalam kapasitas sebagai Wakil Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto, Pak Cip mengundang Putu Sutawijaya sebagai salah satu peserta. Bli Putu Sutawijaya menyambut gembira tawaran tersebut. Beliau pun hadir bersama Komunitas Hitam Manis (Maslihar Panjul, Nyoman Adiana, Robert Khan, Nyoman Agus Wijaya, Putu Sutawijaya). Keikutsertaan Bli Putu Sutawijaya dalam pameran seni rupa di Mojokerto mau tak mau ikut "mengatrol" publikasi geliat perupa Mojokerto. Super Hero 2012 adalah judul karya Komunitas Hitam Manis yang digantung di langit-langit Museum Trowulan. Terbuat dari cor metal, selintas mirip tokoh komik Batman yang bersiap mendarat ke Tlatah Mojopahit. Selama kegiatan berlangsung, tim Hitam Manis menginap di Padepokan Selo Adji. Tali silaturahmi pun makin akrab.
Disela-sela pameran, Putu Sutawijaya tetap bersemangat melukis on the spot di Candi Bangkal, Kecamatan Ngoro.
Bli Putu Sutawijaya dengan jitu membidik obyek lukisan candi candi terbuat dari bata. Bersama Komunitas Bol Brutu, beliau telah melukis on the spot Candi Wringin Lawang, Candi Bajang Ratu, Candi Brahu.
"Candi Bangkal sungguh menarik, Candi Brahu paling sulit dilukis, " komentar Bli Putu Sutawijaya. "Sudah ada 7 lukisan candi candi di Tlatah Mojopahit."
Puji syukur, Bli.
Atas lobi Pak Cip lah, lukisan Candi Wringin Lawang Bli Putu Sutawijaya dapat menjadi cover Antologi Cerpen Festival Bulan Purnama Majapahit Trowulan 2010 yang diterbitkan Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto.
 Minggu, 20 November 2011,dalam perjalanan dari Malang menuju Mojokerto dengan Honda Beat warna merah sms dari Pak Cip masuk:
Mengharap hadirnya/sampeyan siang nanti di /Seloaji jam 12.30an.rekan rekan perupa yogja 25 orang mampir dirumah masribut..ayo bung ramerame..gabung?
(SMS Pak Cip, 20.11.2011 pkl 09.05 WIB)
Wah...bakalan ketemu Samuel Indratma iki..
Sekitar jam 2 siang, bis Eddy Transport yang memuat para perupa Yogya sampai di Padepokan Selo Adji. Parkir di Pusat Perkulakan Sepatu Terpadu (PPST).
Perupa yang ikut: Samuel Indratma, Yuswontoro Adi, Bambang Heras, Putu Sutawijaya, Ivan Sagito, Nasirun, Sigit Santosa, Bayu Wardana, All Bara, Komoroden Haro, Si Nick, Tarman, Maman Rahman, Pandu, Pande Ketut Taman, Melodia, Agung Sukindra, Enggar Yuwono, Encik dan BG (musisi). (sumber data: Putu Sutawijaya).
"Kami diundang Pak Sunaryo dari Sampoerna melukis bersama dan menginap ndik Taman Dayu Pandaan selama 4 hari...", Bli Putu Sutawijaya menjelaskan dengan singkat.
Kunjungan semakin asoy dengan hadirnya Rektor Folk Mataraman Institute (FMI, nama group di facebook): Krisna Encik Widyanto. (Terima kasih untuk 8 lagu di album Mimpidan sejumlah video klip indie: Song For Gus Dur, Negeri Para Keparat, Sajak Putih-nya Chairil Anwar dengan vokal Mbak Ade Tanesia) dan Pesan Romo Sindhunata untuk FMI.
Hadirnya formasi lengkap Trio Kirik (Yuswantoro Adi, Samuel Indratma, Bambang Heras), yang biasanya tampil dalam pembukaan pameran di Sangkring Art Space, tentu tak perlu diragukan lagi dalam hal mengocok perut.
"Selo Adji, art space yang menarik.," kata Pande Ktut Taman.
Setelah sedulur perupa Yogya pulang dari Padepokan Selo Adji sekitar jam 4 sore, saya semakin yakin bahwa Bli Putu Sutawijaya sedang menjawab pertanyaannya sendiri. Â "Kenapa Affandi dulu tidak pernah singgah ke Trowulan dalam perjalanan melukis dari Bali ke Yogyakarta?."
Di pelataran Padepokan Selo Adi, Bli Putu Sutawijaya berbisik ,"Pak Malik, kami undang kawan kawan perupa Mojokerto pameran di Sangkring Art Space bulan Maret 2012 ya". Proposal yang telah dikirim sejak dua tahun lalu ke Sangkring Art Space, akhirnya mendapat jawaban.
Sejarah kebudayaan telah ditorehkan oleh Bli Putu Sutawijaya, Samuel Indratma dan kawan kawan dari Yogya. Bagaimana dengan kawan-kawan di Mojokerto?
Pameran seni rupa Trowulan Art: Homo Mojokertensis[1]Â Â di Sangkring Art Project adalah sebuah jawaban sederhana. Selamat mengapresiasi, dulur. (Kopi buatan Mbah Mo tinggal sak sruputan lagi habis. sungguh nikmat).*
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI