Adalah pilihan yang sulit bagi para penambang batu putih. Jika tidak bekerja, bagaimana dengan nafkah bagi kehidupan istri dan anak. Jika tetap menambang batu putih akan membuat lingkungan makin tergerus. Diantara pilihan yang sulit itu, para pekerja tetap menjalaninya dengan suka cita.
Chaex, pemain saronen masuk dalam area pentas. Duduk diatas batu putih disamping Anwari. Suara gitar elektrik melengking dengan keras. Para aktor saling melempar batu. Gerak yang dinamis. Saling membantu membangun batu-batu. Empat aktor laki-laki merunduk memasuki selangkangan aktor perempuan. Para aktor bergerak meruntuhkan tumpukan batu-batu putih. Anwari dan empat aktor laki-laki bergerak keluar area pentas, naik bergelonjotan ke trap menuju pintu masuk Dewan Kesenian Kota Malang. Mereka rileks, merokok, bersenda gurau, ngopi, menikmati saat rehat.
Anwari dan empat aktor masuk lagi dalam area pentas. Mengajak beberapa penonton ikut terlibat dalam pementasan. Jagongan di pinggir area pentas, bersilaturahmi, saling mengakrabkan diri.
Khoirul "Blues" Umam, salah satu aktor memainkan "musik dari ketiak" dengan telapak tangannya. Seluruh aktor bernyanyi dalam bahasa Madura:
Es lelen campor kecap ayo cap, cabbih mira ayo ra, rabet koning ayo ning, ningguh olar ayo lar, lar bereso ayo so, sosoh rajeh ayo jeh, jemmah rajeh ayo jeh
"Saat proses kami menemukan lagu-lagu dolanan yang ada di Madura, ternyata ada juga lagu yang mirip pada masyarakat Jawa. Lagunya mirip lagu isuk-isuk jangan asem. Kamipun sepakat menampilkan diatas pentas." jelas Anwari. Lagu itu pun memungkasi pentas berdurasi 42 menit tersebut.
Diskusi teater dimulai pukul 20.00 wib. Menghadirkan narasumber Doni Kus Indarto dari Ruang Karakter, Malang dan Prof.Dr.Djoko Saryono, MPd, Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Moderator oleh  Wishnu Mahendra Wiswayana, dosen di Prodi Hubungan Internasional Universitas Brawijaya.
Workshop teater antropologi diadakan Sabtu, 4 Juni 2016 pukul 10.00 hingga 12.14 wib di Wisma Kalimetro Jl.Joyosuko Metro 42 A Merjosari Malang. Di Wisma Kalimetro terdapat komunitas sastra Lembah Ibarat, Intrans Publishing, Warung Kalimetro, dan Malang Corruption Watch.
Peserta workshop teater antropologi berjumlah enam orang: Laras Safa Azhara, Delia Sindy Hastuti, Siti Fatimah, Syachfitri Retno Jummar, keempatnya dari Teater Gema SMAN 1 Lawang. David Sitorus, Satria Bela Insani dari teater Lekture Sidoarjo. Sekitar pukul 10.30 peserta workshop berjalan kaki menuju Kali Metro. Sekitar 5 menit dari Wisma Kalimetro. Di Kali Metro, Anwari memberikan materi realitas 1, 2 dan training teater antropologi.