Atas dasar itu, manusia hanya memikirkan kepentingannya sendiri. Kepentingan alam atau lingkungan tidak diperhitungkan, sebab kesejahteraan manusialah yang menjadi seluruh tujuan dari kehidupan. Ketika masalah ekologi ini telah menjadi isu sentral maka minat untuk mengembangkan bidang ekoteologi, sebagai upaya mengokohkan iman kepercayaan umat kristiani, semakin dipandang sebagai hal yang amat penting.
Dalam ekoteologi, hal yang ditekankan adalah menyangkut keterkaitan antara seluruh organisme dan anorganisme dalam ekosistem. Setiap individu dalam ekosistem terkait satu dengan yang lain secara mutual. Ini mengisyaratkan bahwa proses hidup dan mati yang dialami oleh semua makhluk adalah sesuatu yang memang harus terjadi dalam tata kehidupan ekosistem.Â
Hukum alam memungkinkan untuk saling memangsa di antara semua spesies, sebab hal itu berkenaan dengan kebutuhan hidup semua makhluk. Namun kehidupan dan kematian itu haruslah terjadi secara seimbang dan wajar.Dengan dasar pemikiran ini, maka perspektif ekoteologi jelas bermaksud untuk mengusahakan terjadinya suatu keseimbangan antara kepentingan individu dengan kepentingan keseluruhan dalam ekosistem.
Pendekatan yang ekosentrik ini sejalan dengan pemikiran Kristen, yakni bahwa seluruh kehidupan diciptakan oleh Allah dan bahwa semua unsur saling membutuhkan dan saling menopang, dan karena itu hidup yang benar adalah hidup yang memakai sambil memelihara, atau hidup yang mengambil dan memberi secara proporsional. Alam sendiri mempunyai makna sebagai penopang kehidupan, maka alam patut dihargai dan diperlakukan dengan baik.Â
Oleh sebab itu penekanan terfokus pada soal pemeliharaan alam atau lingkungan, yang bukan hanya demi manusia, melainkan juga demi alam itu sendiri. Alam adalah penopang seluruh kehidupan maka ia berada bukan hanya untuk manusia melainkan untuk seluruh ciptaan. Manusia harus menjaga dan memelihara alam untuk kepentingan bersama atau kepentingan semua.
Acara yang banyak ditunggu seluruh peserta adalah fashion dan  talent show. Namun sebelum acara tersebut, Ibu Mistutie dan Ibu Endang Purwarini dari GKI Kebonagung, berbagi dalam workshop memanfaatkan bahan-bahan sampah dan daur ulang menjadi produk souvenir semisal tas, dompet, dll. Selain sharing ada juga pameran dan penjualan hasil kerajinan dari bahan daur ulang.