Mohon tunggu...
Abdul Malik
Abdul Malik Mohon Tunggu... Penulis seni - penulis seni budaya

penulis seni. tinggal di malang, ig:adakurakurabirudikebonagung. buku yang sudah terbit: dari ang hien hoo, ratna indraswari ibrahim hingga hikajat kebonagung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bertemu Bu Shirley, Pemain Utama Wayang Orang di Malang

20 November 2016   12:01 Diperbarui: 20 November 2016   16:05 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bu Shirley (Tjhwa Hiang Nio, 73) adalah sosok istimewa, saksi hidup sejarah wayang orang Ang Hien Hoo di Malang. (dokumentasi: Abdul Malik )

Senin, 7 November 2016 siang, saya dan istri saya Pdt Novarita, silaturahmi ke rumah Bu Shirley Kristiani Widjihandayani  di Jl. Candi Sewu Kota Malang. Di masa mudanya,  Bu Shirley adalah salah satu pemain utama wayang orang Ang Hien Hoo, komunitas wayang orang Tionghoa di Malang. Pertemuan yang berkesan setelah beberapa waktu mencari keberadaan beliau. Siang itu, Bu Shirley ditemani Mbak Vineta, salah satu dari empat putrinya.  

Bermula dari Bu Ratnawati (Melly Oei), salah satu pemain utama Wayang Orang Ang Hien Hoo yang ingin bertemu sahabatnya sewaktu sama-sama main di Ang Hien Hoo bernama Shierly Hiang. Bu Ratnawati saat ini tinggal di Surabaya, terakhir bertemu Bu Shirley tahun 1962. 

”Orangnya tinggi, rumahnya dulu di Jl.Buru 1, sekarang pindah ke Jl.Borobudur, usia 70-an tahun, berjualan rujak,” demikian tambahan info dari Bu Ratnawati, sahabat Ratna Djuwita (Nelly Ie), primadona Ang Hien Hoo.

Saya menelusuri ke Jl.Buru 1. Hasilnya nihil, sudah berganti pemilik. Saya bergeser ke beberapa rumah tetangga Bu Shirley. Bertemu Ibu sepuh yang kira-kira seusia Bu Shirley. “Bu Shirley sudah pindah ke Jalan Borobudur, namun sekali waktu masih kesini beli rujak,” 

Saya bergerak menuju salah satu gereja Katolik di kawasan Jl.A Yani karena berdasar info dari Bu Ratnawati kalau Bu Shirley beragama Katolik. Analisa saya kalau Bu Shirley tingggal di Jl.Borobudur gerejanya tak jauh dari kawasan tersebut. Hasilnya nihil.

Saya bergeser mencari penjual rujak di kawasan Jl.Borobudur. Hasilnya nihil. Sosok Bu Shirley seperti hilang ditelan bumi. (belakangan baru ketahuan kalau Bu Shirley pensiun jualan rujak 4 tahun lalu)

Sosok Bu Shirley akhirnya dapat ditemukan saat acara Dialog Santai Mengenang Ang Hien Hoo, sedang berlangsung bersama Ibu Prof. Dr. Melani Budianta, M.A, Jumat, 4 November 2016 pukul 15.00 wib di KOMIKA Warung Kopi Jl.Jakarta 34 Kota Malang. Pak Suroyo, salah satu peserta diskusi dan anggota jemaat GKI Tumapel, memberi info bahwa di GKI Tumapel ada jemaat bernama Bu Shirley yang suka bermain drama. 

Saat itu juga Pak Suroyo menghubungi Bu Shirley via telepon untuk memastikan apakah Bu Shirley pernah menjadi anggota wayang orang Ang Hien Hoo. Sore itu disaat diskusi Mengenang Ang Hien Hoo sedang berlangsung, sosok Bu Shirley Kristiani Widjihandayani beralamat di Jl.Candi Sewu, sahabat Melly Oei (Ratnawati), Nelly Ie (Ratna Djuwita) dan Liem Gwat Nio telah diketahui keberadaannya.

Sebelumnya dr.Go Han Iem, mantan pemain wayang orang Ang Hien Hoo,  memberi informasi bahwa Bu Shirley adalah jemaat Gereja Kristen Indonesia Tumapel. Informasi ini memberi harapan baru sebab istri saya, Pdt Novarita pernah menjadi pendeta konsulen di GKI Tumapel.

Bu Shirley (Tjhwa Hiang Nio, 73) adalah sosok istimewa, saksi hidup sejarah wayang orang Ang Hien Hoo di Malang. (dokumentasi: Abdul Malik )
Bu Shirley (Tjhwa Hiang Nio, 73) adalah sosok istimewa, saksi hidup sejarah wayang orang Ang Hien Hoo di Malang. (dokumentasi: Abdul Malik )
Getok Tular

Getok tular adalah salah satu cara mengumpulkan mantan pemain wayang orang Ang Hien Hoo. Dan cukup efektif. Saya mendapat banyak informasi terkait mantan pemain wayang orang Ang Hien Hoo adalah saat menyiapkan Dialog Santai Mengenang Ang Hien Hoo bersama Ibu Prof. Dr. Melani Budianta, M.A, di Komika Warung Kopi (Jumat, 4 November 2016). Posisi saya seperti moderator dari lalu lintas informasi Ang Hien Hoo. Beberapa hal yang dapat saya catat:

Bu Melani Budianta memberi nomor telepon dr. Go Han Iem, mantan pemain wayang orang Ang Hien Hoo. Dulu  rumahnya di Jl.dr Soetomo 23 Malang dan dipakai tempat latihan. Bu Dokter Han Iem yang saat ini sedang di Surabaya memberi tambahan informasi.

Sebenarnya ada lagi Ong Bie Ling dan Ong Bie Giok yang aku gak tahu alamatnya. Kalau Ong Bie Ling di Malang kalau Ong Bie Giok di Tulungagung. Juga yang laki-laki namanya Boen Liong dan Boen San juga Hari. Semua ini adalah pemain Ang Hien Hoo.” Selain itu dr.Go Han Iem juga mencari dua sahabatnya di wayang orang Ang Hien Hoo, 

“Mbak Atok, usia 70 tahun,  rumahnya dulu di Jl.  Belakang Loji 11A  Kota Malang, sekarang entah dimana. Dia penari, istri sutradara Ang Hien Hoo yang bernama alm.Suparnadi. Dan Lie Sian Hwa, 70 tahun. Entah dimana tapi masih di Malang,  saudaranya di pojokan Jagalan toko bangunan. Dia Janoko-nya wayang orang Ang Hien Hoo”.

Cara kedua mengumpulkan mantan pemain wayang orang Ang Hien Hoo adalah publikasi melalui medsos seperti Facebook. Whatsapp, Line, Instagram. Bu Endang Dwi hadir dalam diskusi Mengenang Ang Hien Hoo di Komika Warung Kopi setelah mendapat informasi kegiatan tersebut dari kerabatnya di Jerman. Bu Endang Dwi, 66,  bersama Bambang Tri Atmadja adik; dan Bu Budi Laksono, ibundanya adalah mantan pemain wayang orang Ang Hien Hoo. Bahkan, Bu Budi Laksono terakhir hamil anak ke-7 masih main di Bojonegoro bersama Ang Hien Hoo.

Assalamualaikum wr wb, Sampaikan salam kepada semua Saudara-saudara pecinta wo. Ang Hien Hoo Malang pada pertemuan tgl.4 Nov besuk. Saya adalah sahabat-sahabat senior AHH 60 tahun lalu. Usia saya sekarang 82 th tinggal di Surabaya.Wassalam,“ demikian pesan dari H.Soesanto Pr lewat wa. Beliau dulu tinggal di Jl. Dr.Sutomo 6 (tetangga dekat dengan keluarga almarhum Go Hok Gian. “Adik saya Hj.Soesantien adalah salah satu penari wo Ang Hien Hoo. Sekarang tinggal di Jakarta, usianya sekarang 66 th). Salah satu penari wo. AHH adalah dr.Go Han Iem di GG ~ Kediri, teman adik saya, waktu kuliah di STKM Malang, mhs saya)”.

Pak Undung Wiyono, dalang Wayang Orang Bharata mengirim pesan lewat wa: Sherly Choa, istri Pak John Tejo, muridnya Ratna Djuwita Ang Hien Hoo. Pak Jhon Tejo sering di bon sama Ang Hien Hoo.Prof.Melani Budianta mengenal Pak John Tejo karena Pak John mantan kepala sekolah putri bungsu Bu Melani Budianta.

Sabtu, 22 Oktober 2016 pukul 19.00 saya nonton Wayang Orang Bharata di kawasan Senen Jakarta. Malam itu menampilkan lakon Petruk Dadi Ratu. Sebelum pentas dimulai saya diantar Pak Undung Wiyono  bertemu Pak Kies Slamet di ruang rias pemain. Malam itu Pak Kies Slamet berperan sebagai Petruk. Pak Kies Slamet adalah pemain senior di Wayang Orang Bharata. 

Nama lengkap beliau Kanjeng Raden Aryo Tumenggung Kies Slamet Wibakso Dipuro, lahir di Blitar, 23 April 1941.  Pak Kies Slamet pernah bermain bersama Ratna Djuwita di depan Presiden Soekarno di Istana Negara, Agustus 1962. Ratna Djuwita (Nelly Ie) sebagai Abimanyu dan Pak Kies Slamet sebagai cakil. Pak Kies Slamet pernah bekerja pada  Ie Tik Hien, papa Ratna Djuwita di Jl.Ambengan 7 Surabaya.    

Cara ketiga saya dibantu Bung ChanCT meng-upload informasi terkait wayang orang Ang Hien Hoo di milis tionghoa-net. Semua cara cukup efektif untuk mengumpulkan mozaik wayang orang Ang Hien Hoo.

Palguna Palgunadi

Bu Shirley sebagai salah satu pemain utama wayang orang Ang Hien Hoo memiliki ingatan yang sangat baik pada perjalanan wayang orang Ang Hien Hoo. “Wayang orang Ang Hien Hoo pernah diundang khusus oleh Presiden Soekarno pentas di Istana tahun 1960-an, dalam rangka mencari dana untuk korban kecelakaan kereta api di Trowek,” cerita Bu Shirley (Senin, 7 November 2016).  

Lakonnya Palguna Palgunadi. Ratna Djuwita sebagai Palgunadi, Cik Gwat Nio (Palguna), Bu Shirley (Anggraeni), Bu Melly. “Banyak penonton yang mbrebes mili kalau saya berperan sebagai Anggraeni,” kenang Bu Shirley. Selain Anggraeni, Bu Shirley kerap memainkan peran Arjuno, Resi Supadyo. Wayang orang Ang Hien Hoo Malang didukung primadona Nelly Ie (Ratna Djuwita), Melly Oei (Ratnawati), Shirley (Tjhwa Hiang Nio), Liem Gwat Nio.

Latihan wayang orang Ang Hien Hoo diadakan tiap Jumat, jam 7  hingga 12 malam di Kotalama 8 (kini Panca Budhi). Semua anggota diantar orang tua masing-masing saat latihan karena pulangnya  malam hari. Latihan tambahan diadakan di Jl.dr Soetomo 23 ( rumah Pak Go Hok Gian). 

Go Han Iem, putri Pak Go Hok Gian menjadi salah satu penari di Ang Hien Hoo. Karena rumah Ratna Djuwita di Jl.Ambengan 7 Surabaya, maka seusai jadwal latihan di Malang, Ratna Djuwita pun menginap di rumah Bu Shirley di Jl.Buru 1 Malang atau di rumah Pak Tangkar, pemilik rokok Orong-orong di  Jl.Jagalan 21.  Rumah orangtua Bu Shirley di Jl.Buru 1 memiliki 2 kamar, jadi Ratna Djuwita tidurnya sekamar dengan Bu Shirley. 

Menurut penuturan Bu Shirley,  nama Ratna Djuwita memang pemberian Bung Karno dan ihwal hadiah nama dari Bung Karno untuk Nelly Ie pun dipublikasikan di koran. “Ratna Djuwita memang cantik”, kata Bu Shirley.

Bu Shirley (kanan), Bu Ratnawati (kiri, naik di kaki Bu Shirley) dalam sebuah pentas wayang orang Ang Hien Hoo. (dokumentasi: Bu Ratnawati, Surabaya)
Bu Shirley (kanan), Bu Ratnawati (kiri, naik di kaki Bu Shirley) dalam sebuah pentas wayang orang Ang Hien Hoo. (dokumentasi: Bu Ratnawati, Surabaya)
Kisah Ratna Djuwita dan Lain-lain

Bagaimana ceritanya Ratna Djuwita yang rumahnya di Surabaya bisa bergabung dengan wayang orang Ang Hien Hoo di Malang? Berdasarkan penuturan Bu Shirley, papanya Ratna Djuwita bernama Ie Tik Hien memiliki kelompok wayang orang di Jl.Petukangan (depan bank BCA). Disitu ada hotel murah, kondisinya kumuh, banyak pengungsi tinggal.”Oleh papanya Ratna Djuwita hotel tersebut disewa dan dijadikan panggung wayang orang, Itu sekitar tahun 1959-1963,” cerita Bu Shirley. 

Barangkali di salah satu pentas, Pak Tangkar hadir nonton wayang orang yang dikelola Ie Tik Hien, papanya Ratna Djuwita. Dari sanalah Pak Tangkar mengenal Ratna Djuwita belia dari Pak Ie Tik Hien dan diajak gabung main di wayang orang Ang Hien Hoo. Disini dapat dicatat peran Pak Tangkar sebagai talent scout,yang melihat bakat terpendam pada diri Ratna Djuwita.

Menurut cerita Bu Shirley, wayang orang Ang Hien Hoo didirikan oleh Liem Ting Tjwan atau yang lebih akrab dipanggil Pak Tangkar tahun 1955. Saat itu Bu Shirley berusia 12 tahun. Gagasan mendirikan wayang orang Ang Hien Hoo  muncul saat kongkow kongkow antara papa Bu Shirley, Tjhwa Hoo Liang, om Wat Ping, Liem Ting Tjwan (Pak Tangkar). “Bagaimana kalau kita mendirikan wayang orang ?Lalu siapa yang latihan nantinya?”

Akhirnya muncul kesepakatan untuk mendirikan wayang orang sebagai salah satu bagian dari kegiatan Ang Hien Hoo selain olahraga dan sandiwara. Anggota wayang orang Ang Hien Hoo adalah anak-anak dari pegawai Ang Hien Hoo. “Saya didaftarkan papa masuk kelas latihan tari Serimpi karena papa ndak ingin saya ikut-ikutan dansa yang saat itu sedang trend,” cerita Bu Shirley. 

Selain anak-anak dari pegawai Ang Hien Hoo, om Go Hok Gian yang rumahnya di Jl.Dr Soetomo 23 dijadikan markas untuk latihan turut mengajak anak-anak SMA yang bersekolah di seberang rumah beliau, khususnya yang kost di rumah Dr. Soetomo 23.   “Kalau pentas biasanya membawa 2 bis untuk para pemain wayang orang Ang Hien Hoo dan orang tua masing-masing pemain dan 1 truk untuk mengangkut dekor,” cerita Bu Shirley.

Kisah dari Album Foto Hitam Putih

Sembari bercerita, Bu Shirley menunjukkan foto-foto lawas Ang Hien Hoo.“Ini saya sebagai Resi Supadyo, samping saya ini Sian Hwa (Arjuna). Ini pentas di Sriwedari Solo. Kami juara 2,” Bu Shirley mengudar cerita kisah dibalik foto hitam putih yang masih tersimpan rapi di album foto. “Ini Melly Oei (Ratnawati sebagai Ongkowijoyo), saya sebagai Arjuna, Ko Hong Liem (Kresna). Pentas di Gedung Ma Chung (kini Gedung Kesenian Gajayana Jl.Nusakambagan 19.” Bu Shirley dengan runut menjelaskan nama-nama pemeran Mbok Mbandi foto: Tante Kian Su, Bu Tan Hien Djun, Cik Mie. Juga nama pemeran punakawan:Liem Wat Ping (Petruk). 

Sebagian foto-foto saya saat main bersama Ang Hien Hoo dibawa Pak John Kwee, dosen saya ke Australia,”. Bu Shirley pernah kuliah di Jurusan Bahasa Inggris IKIP Malang tahun 1962-1963. Salah satu dosennya adalah Pak Hazim Amir. “Kampusnya di Jl.Kawi, kuliahnya jam 4 sore  hingga 8 malam.” 

Bu Shirley adalah anak tunggal dari pasangan  Hardjoadiwinoto/Tjhwa Hoo Liong (lahir 4 Agustus 1918) dan Watiningrum/Dora Liauw (lahir 29 Mei 1923). Keduanya dari Malang. “Awalnya saya ingin mengganti nama saya menjadi Anggraeni karena seringkali saya berperan sebagai Anggraeni namun Pak Tangkar tidak berkenan. Beliau menyarankan nama saya Kristiani karena agama saya Kristen dan Widjihandayani dengan harapan sebagai anak tunggal dapat berbakti kepada kedua orang tua,”cerita Bu Shirley. Setamat SMP Santa Maria 1  (Jl.Halmahera) dan Sekolah Guru Atas (Jl.Telomoyo), Bu Shirley melanjutkan  kuliah di Jurusan Bahasa Inggris IKIP Malang. Pernah menjadi pendidik di almamaternya, SMP Santai Maria 1.

Bu Shirley menikah  dengan Slamet Suhendro, asal Malang tahun 1971. Memiliki 4 putri: Vineta, Rizkidewi, Esterlita, Revianti. Bu Shirley pindah rumah dari Jl.Buru 1 ke Jl.Candi Sewu tahun 1981.

Diantara empat sahabat dan pemain utama wayang orang Ang Hien Hoo, kini tinggal Bu Ratnawati (72 tahun, menetap di Surabaya) dan Bu Shirley (73). Liem Gwat Nio dan Ratna Djuwita  sudah berpulang. Ratna Djuwita berpulang di RS  MUH Singapura, Senin, 3 Juni 2013 dan dimakamkan di Solo. Bu Shirley (Tjhwa Hiang Nio) adalah sosok istimewa, saksi hidup sejarah wayang orang Ang Hien Hoo di Malang.

Satu hal yang membuat Bu Shirley berbahagia adalah berkomunikasi via telepon dengan Melly Oei (Ratnawati), sahabatnya  setelah 54 tahun tak bersua. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun