Mohon tunggu...
Abdul Malik
Abdul Malik Mohon Tunggu... Penulis seni - penulis seni budaya

penulis seni. tinggal di malang, ig:adakurakurabirudikebonagung. buku yang sudah terbit: dari ang hien hoo, ratna indraswari ibrahim hingga hikajat kebonagung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bertemu Bu Shirley, Pemain Utama Wayang Orang di Malang

20 November 2016   12:01 Diperbarui: 20 November 2016   16:05 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shirley Kristina. Dokumentasi pribadi

Lakonnya Palguna Palgunadi. Ratna Djuwita sebagai Palgunadi, Cik Gwat Nio (Palguna), Bu Shirley (Anggraeni), Bu Melly. “Banyak penonton yang mbrebes mili kalau saya berperan sebagai Anggraeni,” kenang Bu Shirley. Selain Anggraeni, Bu Shirley kerap memainkan peran Arjuno, Resi Supadyo. Wayang orang Ang Hien Hoo Malang didukung primadona Nelly Ie (Ratna Djuwita), Melly Oei (Ratnawati), Shirley (Tjhwa Hiang Nio), Liem Gwat Nio.

Latihan wayang orang Ang Hien Hoo diadakan tiap Jumat, jam 7  hingga 12 malam di Kotalama 8 (kini Panca Budhi). Semua anggota diantar orang tua masing-masing saat latihan karena pulangnya  malam hari. Latihan tambahan diadakan di Jl.dr Soetomo 23 ( rumah Pak Go Hok Gian). 

Go Han Iem, putri Pak Go Hok Gian menjadi salah satu penari di Ang Hien Hoo. Karena rumah Ratna Djuwita di Jl.Ambengan 7 Surabaya, maka seusai jadwal latihan di Malang, Ratna Djuwita pun menginap di rumah Bu Shirley di Jl.Buru 1 Malang atau di rumah Pak Tangkar, pemilik rokok Orong-orong di  Jl.Jagalan 21.  Rumah orangtua Bu Shirley di Jl.Buru 1 memiliki 2 kamar, jadi Ratna Djuwita tidurnya sekamar dengan Bu Shirley. 

Menurut penuturan Bu Shirley,  nama Ratna Djuwita memang pemberian Bung Karno dan ihwal hadiah nama dari Bung Karno untuk Nelly Ie pun dipublikasikan di koran. “Ratna Djuwita memang cantik”, kata Bu Shirley.

Bu Shirley (kanan), Bu Ratnawati (kiri, naik di kaki Bu Shirley) dalam sebuah pentas wayang orang Ang Hien Hoo. (dokumentasi: Bu Ratnawati, Surabaya)
Bu Shirley (kanan), Bu Ratnawati (kiri, naik di kaki Bu Shirley) dalam sebuah pentas wayang orang Ang Hien Hoo. (dokumentasi: Bu Ratnawati, Surabaya)
Kisah Ratna Djuwita dan Lain-lain

Bagaimana ceritanya Ratna Djuwita yang rumahnya di Surabaya bisa bergabung dengan wayang orang Ang Hien Hoo di Malang? Berdasarkan penuturan Bu Shirley, papanya Ratna Djuwita bernama Ie Tik Hien memiliki kelompok wayang orang di Jl.Petukangan (depan bank BCA). Disitu ada hotel murah, kondisinya kumuh, banyak pengungsi tinggal.”Oleh papanya Ratna Djuwita hotel tersebut disewa dan dijadikan panggung wayang orang, Itu sekitar tahun 1959-1963,” cerita Bu Shirley. 

Barangkali di salah satu pentas, Pak Tangkar hadir nonton wayang orang yang dikelola Ie Tik Hien, papanya Ratna Djuwita. Dari sanalah Pak Tangkar mengenal Ratna Djuwita belia dari Pak Ie Tik Hien dan diajak gabung main di wayang orang Ang Hien Hoo. Disini dapat dicatat peran Pak Tangkar sebagai talent scout,yang melihat bakat terpendam pada diri Ratna Djuwita.

Menurut cerita Bu Shirley, wayang orang Ang Hien Hoo didirikan oleh Liem Ting Tjwan atau yang lebih akrab dipanggil Pak Tangkar tahun 1955. Saat itu Bu Shirley berusia 12 tahun. Gagasan mendirikan wayang orang Ang Hien Hoo  muncul saat kongkow kongkow antara papa Bu Shirley, Tjhwa Hoo Liang, om Wat Ping, Liem Ting Tjwan (Pak Tangkar). “Bagaimana kalau kita mendirikan wayang orang ?Lalu siapa yang latihan nantinya?”

Akhirnya muncul kesepakatan untuk mendirikan wayang orang sebagai salah satu bagian dari kegiatan Ang Hien Hoo selain olahraga dan sandiwara. Anggota wayang orang Ang Hien Hoo adalah anak-anak dari pegawai Ang Hien Hoo. “Saya didaftarkan papa masuk kelas latihan tari Serimpi karena papa ndak ingin saya ikut-ikutan dansa yang saat itu sedang trend,” cerita Bu Shirley. 

Selain anak-anak dari pegawai Ang Hien Hoo, om Go Hok Gian yang rumahnya di Jl.Dr Soetomo 23 dijadikan markas untuk latihan turut mengajak anak-anak SMA yang bersekolah di seberang rumah beliau, khususnya yang kost di rumah Dr. Soetomo 23.   “Kalau pentas biasanya membawa 2 bis untuk para pemain wayang orang Ang Hien Hoo dan orang tua masing-masing pemain dan 1 truk untuk mengangkut dekor,” cerita Bu Shirley.

Kisah dari Album Foto Hitam Putih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun