Obituari Kamar Sunyi Pram
Bayangkanlah. Apakah sekarang bayangan ruh Pram dikesiur angin dan terkesiap bangun dari Karet Bivak lalu mengendarai angin menuju rumahnya di Jl. Sumbawa 40 Blora? Bisa jadi, ruhnya yang seringan bulu angin senja itu akan mengunjunginya. Dan di sinilah, di rumah Pram, pengunjung pameran bisa merasakan desir kedatangannya. Lalu mengobrol banyak hal dan ketawa bareng sambil berkelakar: "begitu pendek dan seenteng kentut hidup ini, bukan? Tapi semuanya harus dimaknai dengan sebaik-baiknya".
Mari rasakan! Ruangan sebelah kanan, ada mesin jahit milik Koen Maryatoen, adik Pram No.2, tahun 1966; di atas meja jati tua, ada 20-an judul buku koleksi Pram dijejer rapi, salah satunya Di Bawah Bendera Revolusikarya Soekarno, Korupsikarya Pramoedya Ananta Toer; garpu sendok (3 buah) keluarga Toer (tahun 1925); baki pengantar minuman/makanan tamu keluarga Toer (1925); baki bekas keluarga Toer untuk menyimpan opor/rawon (1925); baki tutup untuk menaruh sayur keluarga Toer (1925); tiga gelas piramida terbalik tempat minuman ringan keluarga Toer (1925); timbangan untuk menakar bahan-bahan kue kering keluarga Toer (1925); stoples tempat gula keluarga Toer (1925); alat pembuat persan jeruk nipis keluarga Toer (1925); tempat menyimpan klobot keluarga Toer (1925); tenong ukiran jepara tempat Toer menyimpan tembakau (1925); kursi rotan tempat Toer biasa ceki dengan kawan-kawannya antara Cin Bie dari Beran; mesin ketik Optima hadiah Pramoedya buat Oemisafaatoen yang berarti bintang Aquarius (tahun 1956); rodenstock, bekas tempat kaca mata Pram sepulang dari Pulau Buru (rp 3.000); dan meja marmer tempat Toer menjamu tamu-tamu penting di ruang depan (1950); jam tangan hadiah untuk Pram dari Kyoto, TV Jepang tahun 1985, menunjukan pukul 13.45; Modern Indonesian Literature karya A Teeuw (University of Leiden, 1967, The Hague Amsterdam); foto Pram, hitam putih agak mangkak dan gripis, bersama Adam Malik. Pram sedang menunjukkan buku Bumi manusiapadanya;kacamata-kacamata murahan milik Pram yang dibelinya di seputar pasar Sunan Giri, Rawamangun, Jakarta , 1982; dll.
Pernak-Pernik Perpus PATABA
Perpustakaan Pramoedya Ananta Toer Anak Blora (PATABA) berdiri 2 tahun lalu oleh Pramoedya Ananta Toer, Sosilo Toer, Koesalah Toer. Beralamat di Jl. Sumbawa 20 Kelurahan Jetis Kecamatan Blora Kabupaten Blora."Perpustakaan Pataba didirikan untuk tonggak kenangan pada hari meninggalnya Pramoedya Ananta Toer di Jakarta dan dimakamkan di pekuburan umum Karet Bivak yang juga merupakan peristirahatan terakhir Chairil Anwar", ungkap Soesilo Toer, adik kandung Pram (Suara Rakyat, edisi 7-21 Februari 2007).
Soesilo Toer Tahun sebagai salah satu penerus dan mengelola perpustakaan ini menceritakan, "Saya menamatkan SMA 1957, kemudian melanjutkan ke Akademi Keuangan di Bogor. Lalu meneruskan sekolah di Rusia, hingga pada tahun 1967 tamat dari Universitas Lumumba dengan gelar MSc." Karir pendidikan Pak Soes terus menanjak dengan menamatkan pendidikan di Institut Plekhanov pada tahun 1971 dengan gelar DR dan PhD. Saat ini ia mengelola perpustakaan PATABA sembari berkebun.
Jumlah koleksi perpustakaan ini terdiri dari 3 ribu judul. Luas ruangan 16 meter persegi. Rumah ini berdiri tahun 1924, dan sempat direnovasi pada tahun 1954 dan 2003. Salah seorang pembaca muda, Daris Ilma, lahir di Sidoarjo (28-7-1992) yang ikut hadir kala itu mengemukakan kekagumannya atas karya-karya Pram yang memberikan semangat keberanian dalam menghadapi tantangan dan gencetan nasib yang mencekam. Siswi ini bersekolah di SMA Avicena Kedungcakring, Jabon, Sidoarjo. Ia juga melahap habis Bumi Manusiadan Rumah Kacayang sebelumnya menjadi koleksi orangtuanya, M Irsyad. Sementara itu Puput Puji Lestari sengaja mengajakan dua keponakannya Faiq Adi Wibowo kelas 6 SD dan Nabibah Jihan Pratiwi TK BRI Blora agar mengenal sosok Pram lebih awal.Tentu bagi para pengunjung lain, banyak kesan yang tak tergantikan saat mengikutidan menyambangirumah Pram ini.
Mikael Isrofil dan Komunitas Punk Marjinal