Mohon tunggu...
kura2 80
kura2 80 Mohon Tunggu... -

aku wakacipuy sama kamu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hati-hati Pilih Sekolah

8 Oktober 2014   20:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:51 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hati-hati pilih sekolah. Jangan hanya lihat bangunan yang megah. Jangan pula hanya lihat pakaian guru-gurunya yang berdasi. Segala yang hebat di permukaan tidak jarang menjadi cara untuk menutup busuknya situasi di kedalaman.

Banyak orang berpikir, sekolah yang berbiaya mahal itu otomatis bagus secara kualitas. NO!!! Itu anggapan yang keliru. Bisa jadi sekolah yang dari segi bangunan kurang layak, tapi guru-gurunya luar biasa. Dan ternyata, sekolah tempat saya mengajar sekarang hanya bagus di permukaan, isinya koruptor semua.

Sekolah yang sudah menerima dana BOS dari pemerintah ini ternyata masih meminta uang SPP kepada orang tua siswanya. SPP nya juga cukup besar, ratusan ribu rupiah. Kualitas, nol. Siswa tidak diajarkan hal-hal hebat. Disini siswa nasibnya sama dengan siswa di sekolah lain. Karena jangankan untuk mendapatkan fasilitas lengkap, gaji gurunya saja sangat kecil. Padahal kami para guru dituntut untuk bekerja dari pukul 7 pagi hingga 4 sore. Telat lebih dari 3 menit, uang transport kami tidak diberikan.

Yang paling memuakkan dari semua adalah orang-orang yayasan. Mereka meraup keuntungan sangat besar. Mobil dan rumah baru mereka beli, gaji guru-guru di yayasan mereka tak perduli. Bahkan beberapa guru diforsir bekerja 9 jam per hari. Itu kalau tidak ada rapat, kalau ada rapat, kami harus ada di lingkungan kerja sampai maghrib. Pak mentri pendidikan tidak pernah tahu sampai sedetil ini. Dan saya sudah tak perduli sama beliau.

Bekerja 9 jam perhari dibayar tak sampai UMR/UMP/UMKab. Bgaimana mentri menindak yayasan seperti ini?? Kita gak tahu. Yang jlas orang tua siswa sudah ditipu. Bayaran mahal, siswa mendapatkan hal yang standar. Guru tidak mendapatkan haknya.

Betapa kami mencintai bekerja sebagai guru. Karenanya kami tidak terpikir bekerja sebagai yang lain selain guru. Kami hanya berharap tuhan membalikkan nasib kami yang seperti ini. Kami muak dengan tindakan yayasan yang saban hari menipu semua warga sekolah. Bantuan dari sana-sini, SPP sedemikian tinggi, semua hanya masuk kantong pegawai yayasan. Korupsi di mana-mana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun