Mohon tunggu...
Naya Maya
Naya Maya Mohon Tunggu... -

Perempuan, percaya pada mimpi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sepenggal Harap

17 Mei 2011   01:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:33 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekiranya mampu, maka sungguh ingin kumelesat menuju tempat kau berada. Menatap dalam-dalam dua bening di wajahmu, mengeja kalimat demi kalimat yang kau ucap tanpa suara. Dalam diam yang jujur kita bercerita. Sehitam, sepahit atau seperih apapun.

Sesaat mataku rabun, telingaku pekak oleh kabar sore yang terbawa bersama gemuruh petir, tanpa sebuah penanda. Guruh galau pelan-pelan merajam helai demi helai kasihku padamu. Mengguntingi kuncup-kuncup rindu yang kunanti semi. Menghempasku tergugu memeluk lutut dalam sepi yang bersenandung pilu.

Sungguh ingin aku benam dalam hangat pelukmu. Rebah pada lapang dadamu. Mencari damai yang mewarnai malam-malam kita. Menatap dua cermin di wajahmu. Namun, sesuatu yang tak kukenali namanya itu menjerat kedua kakiku. Mematahkan kepak sayapku. Memaksaku diam. Beku.

Mungkin kini kau pun pelan-pelan menghilang, dalam tembok bisu tak peduli. Hanya lirih bisik angin kemarin sore membawa suaramu: be tough, don’t’ be sad. Lalu, kita tenggelam dalam hening panjang tak berjeda. Memeluk luka kita masing-masing.

Sekiranya mampu, maka sungguh ingin kumelesat menuju tempat kau berada, membisikkan sekalimat pendek dalam kuyu remuk tubuh ini: dalam bait do’a, kau selalu ada.

2011

Sumber gambar ada di sini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun