Mohon tunggu...
Dik Minah
Dik Minah Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Naga, Ada Juga kok di Indonesia

22 Januari 2012   08:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:35 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1327221207180435111

Jelang perayaan Imlek seluruh etnis China memasang pernak - pernik. Lampion, lilin, kue keranjang, buah - buahan, masakan yang serba enak sudah menjadi syarat wajib saat acara berlangsung nanti. Menurut penanggalan Tionghoa 2012 ini adalah tahun Naga Air. Naga adalah salah satu shio dari ke-12 Shio yang ada di penanggalan Tionghoa.

Kini seiring kebebasan perayaan imlek yang diberlakukan pemerintah indonesia, semua orang bisa ikut merasakan keriaannya. Maksud dan tujuannya adalah berusaha berbaur dengan kebudayaan yang keberadaannya baru diakui di Indonesia beberapa tahun terakhir.

Tapi di tengah hiruk pikuk persiapan Imlek, saya justru teringat tentang sebuah permainan anak – anak yang juga menggunakan tema naga pada cara bermainnya.

[caption id="attachment_157799" align="aligncenter" width="300" caption="http://marimainan.com"][/caption]

Masih ingat dengan permainan ular naga panjang?

Ular naga panjangnya bukan kepalang,

Menjalar - jalar selalu riang kemari,

Umpan yang lezat itulah yang dicari,

Ini dianya yang terbelakang,,,

Permainan ini biasa dimainkan oleh anak – anak usia 4-8 tahun di tanah lapang. Atau tempat yang tidak terlalu sempit. Kurang lebih 10 orang anak yang bermain. Dan mereka dibagi dua bagian. Bagian pertama, dua orang anak yang menjadi pintu alias sebagai si penangkap. Keduanya saling berpegangan tangan ke atas seperti membuat terowongan yang nantinya akan dilewati anak – anak yang lain. Bagian kedua, anak yang tersisa berbaris ke belakang seperti buntut naga. Lalu mereka secara bersama – sama menyanyikan lagu tersebut diatas sambil melewati gerbang / terowongan yang dijaga dua anak tadi. Setiap lagu habis akan ada satu anak yang tertangkap. Tidak harus yang paling belakang. Yang pasti asalkan lagu habis dibagian anak yang tepat ada di bawah terowongan tersebut. Setelah tertangkap kedua penjaga gerbang itu saling melemparkan pertanyaan pada si anak yg ditangkap. Jika dia menjawab salah maka sudah diputuskan si anak harus berdiri dibelakang gerbang yang kanan atau kiri. Begitu seterusnya hingga selesai.

Permainan ini sedikit ada perbedaan di beberapa daerah tapi maknanya tetap sama. Permainan sederhana ini memiliki pelatihan tersendiri.

Saat berbaris menyerupai buntut naga, si anak diajarkan untuk disiplin dalan antrian. Tidak perlu berdesakkan karena mereka akan dapat gilirannya. Dan lagu yang mereka nyanyikan itu agar dalam mengantri tidak terasa membosankan.

Lalu setelah mereka ditangkap dan diberi pertanyaan. Jika jawaban mereka benar maka mereka akan di letakkan pada bagian gerbang yang benar. Begitu juga sebaliknya, apabila mereka salah maka akan diletakkan pada bagian gerbang yang salah. Permainan ini sesungguhnya sarat pesan moral yang baik bagi anak-anak. Melatih anak disiplin dan tahu aturan hukum. Bila bersalah harus bisa menerima konsekuensi kesalahannya.

Jika dihubungkan dengan Naga dalam mitos, Naga adalah sebutan umum untuk hewan reptil besar, memiliki buntut yang panjang. Bisa dilihat dari cara mereka berbaris ke belakang hingga berbentuk seperti buntut Naga. Tubuh Naga walaupun besar tapi tetap elastis, dan itu juga digambarkan saat mereka melewati terowongan berputar - putar lalu kembali melewati terowongan dan seterusnya hingga lagu habis. Walaupun naga identik dengan air tapi menurut cerita rakyat suku Dayak ada juga Naga yang hidup di tanah yang disebut Naga Lipat Bumi (sumber : Wikipedia) dan dalam permainan ini juga bisa dilihat permainannya dilakukan di tanah lapang.

Jadi tentang Naga sesungguhnya sudah lama kita kenal sebelum munculnya tahun Naga Air. Dan kita patut melestarikannya. Karena ilmu dan harus diajarkan sejak usia dini.

Tapi sayangnya permainan ini seperti hilang termakan era modern karena bermunculannya gadget dengan variasinya. Bahkan saya sanksi anak – anak TK atau SD jaman sekarang masih ada yang kenal dengan permainan ini. Saran saya, tetap kenalkan mereka dengan permainan anak – anak khas bangsa sendiri. Karena permainan anak asli Indonesia menyimpan banyak ilmu untuk dimainkan. Belajar sambil bermain.

Salam Hangat

Minah

Januari 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun