Mohon tunggu...
Arif Mahrus
Arif Mahrus Mohon Tunggu... wiraswasta -

Hidup hanya sekali Lakukan yang Terbaik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saya Ingin Berubah Pak

25 Februari 2015   06:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:33 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“tok tok tok”

Terdengar suara ketukan di pintu rumah,

“Coba dilihat nduk, ada tamu siapa” seru Pak Abdun pada puterinya. Segera saja si Alma membuka pintu rumah. Didapatinya seorang pemuda berperawakan tinggi, badannya kekar, warna kulit sawo matang dengan mengenakan kaos pendek, celana pendek, dan pada sela-sela jari tangannya terlihat meneteskan darah.

Alma pun member tahu ayahnya “tidak kenal pak, dia katanya ingin menemui Bapak” sahut Alma sambil membuka pintu.

Segera saja Pak Abdun menuju ke ruang tamu dan melihat siapa tamunya yang datang selarut ini. dalam hati Pak Abdun, siapa sih yang larut-larut seperti ini bertamu. Saat Pak Abdun sampai di ruang tamu, dia pun berujar “oh kamu to nang, ayo masuk sini”

Di hadapan Pak Abdun tampak murid sekolahnya yang sedang bingung.

“saya bingung Pak” kata-kata itu pun terlontar dari Agung.

Pak Abdun pun menyahut “lha kamu bingung kenapa?”

Dalam hati Pak Abdun sebenarnya tahu sih mungkin Agung baru sadar saat sahabat dekatnya yang pindah sekolah karena kasus dan perilaku sewaktu di sekolah membuatnya pindah namun sampai sekarang belum dapat sekolah.

Pak Abdun pun segera bertanya lagi “lha tanganmu kok berdarah itu kenapa? Gimana tubuhmu masih belum keras tow kok bisa berdarah seperti itu”

Agung pun menyahut “tadi saya habis meninju kaca di almari kamar saya hingga pecah Pak, lalu saya tadi bingung dan lari ke kuburan, sampai di kuburan saya gak tahu lagi mau tanya siapa, makanya sekarang saya ke rumah bapak”

Pak Abdun pun menjawab “oh begitu ya, lha sekarang kamu maunya bagaimana, kembali bersekolah atau mau mondok atau mau nikah, kalau mau putus sekolah ya sekalian saya buatkan suratnya sekarang biar besok bisa segera diurus sekolah?”

Agung pun menyahut “Saya kepingin mondok Pak, namun Saya bingung karena saya sudah kelas XII dan sebentar lagi ujian nasional, saya sekarang malah bolos setiap hari dan kalu masuk pun tidak pernah memperhatikan guru, saya ingin kembali seperti saat masih kelas X dahulu saat saya masih rajin dan bersungguh-sungguh dalam bersekolah”

Pak Abdun bertanya lagi “kamu shalat gak?”

(pak Abdun menduga kalau orang masih rajin shalat pasti walaupun tersesat dalam keburukan suatu saat akan kembali jadi orang baik lagi, sebenarnya selama membina siswa di sekolah Pak Abdun sudah tahu kalau Agung berubah karena salah dalam memilih teman bergaul dan sahabat dekat di sekolah)

Agung pun menyahut “iya Pak, saya jarang shalat”

Lalu Pak Abdun bertanya lagi “kamu tahu kira-kira kenapa kamu bisa berubah seperti sekarang?”

Agung pun menyahut “saya tahu Pak, makanya saya ingin berubah, tapi saya masih bingung Pak bagaimana caranya menghindari ajakan temen-temen saya untuk bolos dari sekolah dan kegiatan negatif lainnya”

Pak Abdun pun berbicara lagi “nah, kamu sudah tahu penyebabnya, sekarang begini saja kalau mau memutus mata rantai bersahabat dengan teman yang negatif secara langsung memang agak susah, makanya kamu mulai sekarang kalau diajak mereka harus cari alasan untuk menolak ajakan mereka secara halus dan mulai putuskan ikatan dengan mereka secara halus”

Agung pun mengangguk, selang beberapa menit kemudian terdengar suara tangisan dari depan pintu Pak Abdun. Ternyata ibunya Agung sedang menangis.

Saat masih di rumah ibunya Agung mendengar suara kaca pecah dari dalam kamar Agung. Saat dilihat ke dalam kamar Agung ternyata kaca pintu almari pakaian sudah pecah dan ada lumuran darah yang menetes. Jendela kamar pun terbuka dan Agung sudah tidak ada di kamar.

Segera saja ibunya Agung mencari di sekitar kampung. Ibunya Agung menyisir jalanan kampungnya sambil bertanya pada tetangga yang melihat kearah mana Agung berlari.

Mumpung Ibunya Agung ada disini segera saja Pak Abdun bilang pada Agung “ada ibu mu di depan rumah, kamu mau berubah kan, sana minta maaf pada ibumu”

Segera saja sambil meneteskan kedua air matanya Agung minta maaf pada ibunya atas sikap yang sudah diperbuat selama ini dan berjanji akan berusaha menjadi anak sholeh lagi.

Pak Abdun pun berujar lagi “nah, besok pagi berangkat ke sekolah lagi seperti biasa ya, ingat jangan sampai kamu meninggalkan shalat lagi”

Catatan: kisah yang sederhana dan coba untuk saya rangkai ulang kembali merupakan kisah nyata yang dialami rekan guru di kantor pada hari minggu malam senin kemarin. Identita dalam kisah pun sudah saya ganti demi menjaga privasi pelaku. Kisah ini menjadi latar belakang tulisan saya pada hari kemarin tentang memilih sahabat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun