Mohon tunggu...
kupasotomotif
kupasotomotif Mohon Tunggu... Teknisi - pengamat otomotif

Seorang peneliti / konsultan free energi, kesehatan alternatif dan pengamat otomotif

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kebijakan Berdamai dengan Corona adalah Kesalahan Masyarakat

17 Mei 2020   23:32 Diperbarui: 17 Mei 2020   23:42 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebijakan pemerintah untuk berdamai dengan Corona telah menimbulkan banyak kontroversi. Hingga ada yang menyebut bahwa pemerintah sudah putus asa. Hal ini dibantah sendiri oleh pemerintah. Melalui covid19.go.id (15/5/2020) presiden Jokowi menjelaskan bahwa kebijakan berdamai dengan Corona maksudnya semua kegiatan masyarakat dikembalikan normal namun tetap ada upaya pencegahan berupa kewajiban pakai masker, sering cuci tangan dan menjaga jarak.

Dari sisi lain jelas bahwa upaya berdamai dengan Corona ini berarti akan meniadakan kebijakan pembatasan sosial, karena beberapa sektor usaha akan diijinkan dibuka kembali. Masyarakat kembali normal berarti tidak aka ada lockdown. Langkah ini jelas merupakan langkah yang bertentangan dengan langkah yang sudah dilakukan oleh negara - negara yang sukses mencegah penyebaran virus Corona. 

Langkah ini akan jadi langkah unik yang dilakukan Indonesia. Seperti halnya beberapa minggu pertama setelah terdengarnya kabar adanya virus Corona. Bedanya pada saat itu pemerintah kaget karena ternyata di Indonesia ada yang terkena virus Corona, dan sekarang pemerintah sudah tidak kaget bila ada yang tertulari virus Corona.

Protes dari masyarakat tentang kebijakan ini karena terkesan pemerintah lepas tangan dan menyerahkan upaya pencegahan virus Corona kepada masyarakat. Terkesan pemerintah tidak mau melakukan upaya lockdown, padahal upaya lockdown dianggap sebagai upaya yang paling efektif.

Namun kita tidak bisa menyalahkan pemerintah dalam hal ini. Yang salah adalah masyarakat. Masyarakat selama ini menganggap bahwa menggunakan masker, sering mencuci tangan dan menjaga jarak sudah cukup untuk bisa menghentikan penularan virus Corona. Oleh karena itu masyarakat tetap aktif keluar rumah dan melakukan pertemuan dengan orang lain. Mereka merasa aman saat sudah menggunakan masker, cuci tangan dan menjaga jarak. 

Adalah salah dari masyarakat ketika masyarakat tidak perduli bahwa penggunaan masker, cuci tangan dan menjaga jarak tetap bisa membuat virus Corona menulari puluhan petugas medis di rumah sakit Dr Kariadi atau menulari puluhan karyawan pabrik Sampoerna di Rungkut. Adalah salah masyarakat ketika mereka merasa masker bisa mencegah penularan virus walau WHO sudah memperingatkan bukan jaminan. Adalah salah dari masyarakat ketika mereka tetap saja keluar dari rumah padahal pencegahan efektif adalah dengan tidak keluar dari rumah.

Keputusan pemerintah hanya melegalkan perilaku ini.

Bila ada yang memprotes keputusan berdamai dengan Corona, maka seharusnya masyarakat yang harus diprotes. Yang perlu diprotes adalah mereka - mereka yang merasa masker bisa mencegah penularan virus. Atau mereka - mereka yang merasa disemprot disinfektan bisa menghilangkan virus dari badan penderita. Atau yang merasa uji suhu tubuh bisa yakin mencegah penderita masuk tempat berkumpul. Atau yang merasa jaga jarakl bisa mencegah penularan virus. Ayau yang merasa lockdown tidak perlu.

Semua bermuara kembali kepada sikap dari masyarakat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun