PARTAI MERAH PUTIH DAN PARTAI INDONESIA HEBAT
Saat ini, rakyat mulai gerah dan geram dengan ulah para politisi senayan yang bersandiwara seolah-seolah sedang berjuang mati-matian untuk memperjuangkan sesuatu demi nasib rakyat Indonesia. Masih belum hilang dari ingatan, ketika ramai-ramai para calon legislatif berkampanye dengan segala iming-iming mimpi indah bagi kesejahteraan calon pemilihnya, masing-masing calon dengan lihai bersandiwara untuk mengambil hati rakyat. Dua belas Parpol nasional sebagai mesin politik di negeri ini, juga gencar melakukan kampanye yang menawarkan mimpi-mimpi bagi masyarakat.
Kini, PEMILU LEGISLATIF telah usai dan apa lacur yang kita saksikan saat ini. Belum sehari dilantik dan diambil Sumpah/Janjinya di gedung DPR/MPR yang disaksikan seluruh rakyat Indonesia maupun dunia internasional, sudah dimulai hal-hal yang mengarah ke hal-hal di luar dugaan dan jauh dari janji manis ketika berkampanye.
Kekisruhan ini sudah berjalan lebih sebulan lamanya, dan (kita tahu bersama prosesnya hingga hari ini) pemicunya adalah perseteruan di ajang PEMILU PRESIDEN yang dimenangkan JOKOWI-JK. Ketidakpuasan ini membuat para politisi dari Parpol peserta PEMILU yang lolos ke senayan menjadi lupa diri dan larut dalam eforia PILPRES dan dendam kekalahan seolah melekaterat di otaknya dan membutakan hati mereka dengan melancarkan berbagai manuver politik hanya demi pengakuan di masyarakat bahwa PRABOWO-HATTA dengan KOALISI MERAH PUTIH tidak kalah dalam PILPRES (sekalipun kenyataannya sudah kalah) karena mereka yakin masih bisa memainkan peranannya.
Sandiwara terus berlanjut, dan semakin memuncak. Hal ini sangat membahayakan kehidupan masyarakat di bawah yang saat ini sepertinya sedang dikotakkan-kotakkan. Contohnya,di media sosial masih ramai debat-debat kosong yang bahkan terkadang justru sampai adu fisik karena merasa kubunya dihina dan sebagainya. Sangat memprihatinkan dan sangat-sangat disesalkan. Namun dalam tulisan ini, saya tidak akan lebih jauh mengulas tentang kekisruhan yang terjadi agar tidak menambah polemik yang seolah tiada habisnya.
Dalam pengamatan saya sebagai masyarakat, ribut-ribut tentang UU MD3 yang berakibat gubernur - bupati/walikota dipilih DPRD dan tidak lagi dipilih langsung diberlakukan dengan berbagai macam alasan dan dalih yang dibuat agar seolah-olah semua dalih sangat masuk akal sehingga rakyat mau tidak mau harus menerima kenyataan ini. Salah satu yang sering dijadikan alasan adalah biaya PILKADA LANGSUNG SANGAT TINGGI dan rawan konflik.
Semakin menarik jika memang hal ini adalah alasan yang tepat demi penghematan keuangan negara (uang rakyat), maka dari kejadian kekisruhan di DPR yang telah melahirkan 2 (dua) koalisi yaitu KOALISI MERAH PUTIH dan KOALISI INDONESIA HEBAT. Masing-masing KOALISI ini terdiri dari parpol-parpol yang katanya MEMPUNYAI VISI-MISI YANG SAMA.
Menurut saya, ini sangat bagus dan luar biasa. Jadi ego masing-masing parpol yang dibawa ketika kampanye telah bisa dilebur dalam satu kesepakatan koalisi. Hal ini justru menguntungkan bagi negara, karena ternyata sebenarnya DI INDONESIA INI SEHARUSNYA TIDAK PERLU LAGI BANYAK PARTAI. CUKUP DUA PARTAI SAJA, yaitu “PARTAI MERAH PUTIH” (yang mengakomodir visi-misi Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional ) dan “PARTAI INDONESIA HEBAT” (yang mengakomodir visi-misi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Hanura, dan PKPI).
Dengan mengacu pada kenyataan bahwa keberadaan Partai Politik yang banyak saat ini, ternyata sangat memberatkan keuangan negara dan berdampak pada nilai pengeluaran yang tinggi pada setiap pelaksanaan PEMILU. Jika Parpol sudah mengerucut menjadi hanya 2 (dua) Parpol saja, maka akan terjadi penghematan yang cukup signifikan. Misalnya dana untuk saksi-saksi, biaya cetak kartu suara dan lain akan menjadi relatif jauh lebih kecil. Sebab dalam setiap pelaksanaan PEMILU, contohnya PEMILU LEGISLATIF 2014, dana yang dikeluarkan untuk kampanye parpol saja mencapai angka 3,11 triliun rupiah. Belum lagi biaya-biaya yang dikeluarkan KPU dan BAWASLU yang sepenuhnya ditanggung keuangan negara .
PENERIMAAN
PENGELUARAN
Partai Nasdem
Rp 277.615.341.328
Rp277.461.232.504
Partai Gerindra
Rp 435.000.000.000
Rp 434.945.000.000
Rp122.000.000.000
Rp121.000.000.000
Rp395.000.000.000
Rp 404.730.519.590
PKB
Rp244.000.000.000
Rp244.000.000.000
Rp271.900.000.000
Rp271.900.000.000
PKPI
Rp52.900.000.000
PBB
Rp71.300.000.000
Partai Hanura
Rp374.000.000.000
Rp365.700.000.000
Partai Demokrat
Rp309.000.000.000
Rp307.000.000.000
Partai Golkar
Rp402.000.000.000
Rp402.000.000.000
Rp157.000.000.000
Rp 157.000.000.000
TOTAL
Rp 3.111.715.341.328
Rp 2.985.736.752.094
Dampak lainnya jika hanya dua parpol saja dalam setiap pemilu, masyarakat juga akan lebih dipermudah untuk menentukan pilihannya sehingga gesekan yang mungkin terjadi di masyarkat dapat diminimalisir. Dan yang pasti penghematan yang sangat besar pasti terwujud.
Nah, sekarang pertanyaanya…”APA MEREKA BERANI, SEBAGAI PEMIMPIN BANGSA YANG KINI HADIR DI GEDUNG DPR RI DAN TERBAGI DALAM DUA KOALISI INI, MENGAMBIL KEPUTUSAN DEMI PENGHEMATAN KEUANGAN NEGARA?”
Jika hal ini dapat terwujud, maka pada PEMILU 2019 hanya ada dua parpol saja, yaitu Partai Merah Putih dan Partai Indonesia Hebat.
Atau jika tidak, maka kemungkinan sandiwara ini akan berakhir dengan perpecahan yang makin tajam di masyarakat?
Entahlah.
Kupang, 05 Nopember 2014
“Saat Anda di ketinggian, dua mata Anda akan melihat banyak hal ke bawah.
Dari bawah, ada banyak mata yang melihat Anda.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H