Menjadi negara maju merupakan sesuatu yang tak mudah dicapai bagi Indonesia. Indonesia telah merdeka dari penjajahan bangsa asing dan memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1945. Namun, apakah Indonesia kini sudah merdeka dari penjajahan lain yang tak kasat mata tetapi nyata? Kemiskinan, kelaparan, kesenjangan sosial, dan kerusakan lingkungan merupakan beberapa bentuk penjajahan masa kini. Segala usaha telah dicapai, tetapi rasa-rasanya tak ada perubahan signifikan yang terjadi pada bangsa ini. Sementara itu, pada tahun 2045, Bangsa Indonesia memiliki cita-cita lain yang menanti, yaitu Indonesia Emas 2045. Lantas apakah Indonesia Emas 2045 hanyalah sebuah cita-cita yang selamanya menjadi andai? Banyak hal yang harus dipersiapkan untuk mencegah terjadinya hal tersebut, salah satunya mewujudkan SDGs di Indonesia.
SDGs sendiri merupakan rencana aksi secara global yang telah disepakati para pemimpin dunia untuk keluar dari jerat penjajahan yang telah disebutkan sebelumnya, yang berupa kemiskinan, kelaparan, kesenjangan sosial, dan kerusakan lingkungan. Terdapat 17 tujuan dan 169 target dalam SDGs yang harus diwujudkan pada tahun 2030 nanti, yaitu:
Menghapus kemiskinan
Mengakhiri kelaparan
Kesehatan yang baik dan kesejahteraan
Pendidikan bermutu
Kesetaraan gender
Akses air bersih dan sanitasi
Energi Bersih dan Terjangkau
Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
Industri, Inovasi dan Infrastruktur
Berkurangnya Kesenjangan
Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan
Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab
Penanganan Perubahan Iklim
Ekosistem Laut
Ekosistem Daratan
Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh
Kemitraan untuk Mencapai Tujuan
Untuk mewujudkan tercapainya SDGs dan Indonesia Emas 2045 tentu dibutuhkan partisipasi dan kontribusi seluruh lapisan masyarakat, khususnya mahasiswa. Mahasiswa sendiri memiliki 5 peran dalam masyarakat, yaitu sebagai agent of change, guardian of value, iron stock, moral force, dan social control. Berdasarkan peran-peran tersebut, kita tahu bahwa mahasiswa memiliki peran yang fundamental dalam kehidupan bermasyarakat dan dalam membawa perubahan bagi bangsa ini. Mahasiswa tidak hanya bertanggung jawab untuk dirinya sendiri namun juga bertanggung jawab untuk masyarakat.Â
Dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045 dan mencapai tujuan SDGs, sudah seharusnya peran-peran mahasiswa dalam masyarakat dioptimalkan. Tentu kita bertanya-tanya, apa saja hal yang dibutuhkan untuk dapat mengoptimalkan peran-peran mahasiswa? Pengetahuan, inovasi, dan kesadaran mahasiswa untuk berperan aktif yaitu jawabnya. Pengetahuan mahasiswa diperlukan untuk dapat menghadirkan inovasi mahasiswa melalui pemahaman tentang SDGs.
Inovasi yang dihadirkan oleh mahasiswa diharapkan dapat membantu percepatan pencapaian SDGs melalui cara-cara kreatif yang mudah diterima masyarakat luas. Pengetahuan luas dan inovasi mahasiswa juga dapat membuktikan atau menjadi pertanda tercapainya SDGs nomor 4, yaitu pendidikan yang bermutu. Sedangkan kesadaran mahasiswa dibutuhkan karena untuk apa memiliki kepandaian jika tidak memiliki kesadaran untuk berkontribusi bagi masyarakat.Â
Terpenuhinya ketiga aspek tersebut dapat mendukung pengoptimalan peran mahasiswa di masyarakat. Untuk menyongsong SDGs dan mencapai Indonesia Emas, peran mahasiswa sebagai agent of change dan iron stock sangatlah penting. Mahasiswa sebagai agent of change berperan untuk menggerakkan perubahan menuju ke arah yang lebih baik di masyarakat. Kontribusi nyata yang dapat dilakukan mahasiswa sebagai agent of change untuk menyongsong SDGs yaitu melakukan sosialisasi tentang SDGs dan hal-hal yang dapat dilakukan masyarakat untuk mewujudkan SDGs, serta memberikan sumbangan material dan atau nonmaterial kepada masyarakat sesuai dengan ilmu yang mereka miliki, seperti mengadakan pelatihan kepada masyarakat, mengikuti program pengabdian dan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka, dan membuat akses air bersih serta sanitasi yang layak sebagai contoh memberikan sumbangan material kepada masyarakat.Â
Mahasiswa sebagai iron stock berperan sebagai generasi penerus bangsa yang diharapkan memiliki kemampuan dan akhlak mulia dalam memimpin bangsa. Mahasiswa tentu memiliki pengetahuan yang lebih luas dan kemampuan dalam banyak bidang. Sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa harus mampu memahami problematika yang dihadapi oleh masyarakat dan peka terhadap isu-isu yang terjadi di masyarakat. Diharapkan dengan pemahaman mahasiswa tentang peran yang dimilikinya sebagai iron stock, akan lebih mudah bagi mahasiswa untuk melakukan penyelesaian masalah dengan cara yang tepat, efisien, dan tidak membawa kerugian bagi masyarakat.Â
Problematika lain dalam isu SDGs adalah pelaksanaan SDGs masih sangatlah kurang. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pemahaman masyarakat tentang SDGs itu sendiri. Bahkan menurut survey yang dilakukan CISDI pada Juli 2020 terhadap responden dengan usia 18-60 tahun, masih banyak responden yang mengaku tidak mengetahui apa itu SDGs.Terdapat 53% responden mengaku SDGs memiliki bahasa yang sulit untuk dipahami dan terbatas hanya untuk kalangan terpelajar.Â
Untuk mengatasi hal tersebut, mahasiswa sebagai social control memiliki tugas untuk membumikan isu-isu SDGs dan menggerakkan penerapan SDGs kepada masyarakat. Menjelaskan apa itu SDGs dengan bahasa yang mudah dipahami dan menjelaskan bahwa sebenarnya ada banyak hal yang sudah kita lakukan untuk mencapai SDGs lewat kegiatan sehari-hari. Misalnya terkait dengan SDGs kedua, mengakhiri kelaparan, kita dapat berkontribusi dengan menghabiskan makanan yang kita makan (zero waste). Dengan begitu, banyak masyarakat yang dapat memahami dan menerapkan SDGs dalam kehidupan sehari-hari. Â
Dapat disimpulkan bahwa kemajuan zaman di berbagai aspek kehidupan tidak lantas menjadikan Indonesia memiliki sedikit problematika. Adanya permasalahan pada bidang kemiskinan, kelaparan, kesenjangan sosial, dan kerusakan lingkungan menuntut seluruh lapisan masyarakat untuk berperan aktif dalam menghapuskan problematika tersebut melalui kontribusi aktif SDGs, tak terkecuali mahasiswa. Mahasiswa memiliki peran yang fundamental di masyarakat, terutama sebagai agent of change dan iron stock. Namun, peran tersebut tidak dapat dilaksanakan secara optimal jika mahasiswa tidak memiliki pengetahuan, inovasi, dan kesadaran untuk berkontribusi bagi masyarakat. Perlu kesadaran bagi mahasiswa, bahwa tanggung jawabnya tidak lantas terpaku pada nilai yang baik, akan tetapi juga kepada masyarakat luas. Mahasiswa harus mulai berpikir dan mencita-citakan, Indonesia hendak menjadi bangsa yang seperti apa ketika bangsa ini telah berada di tangannya kelak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H