Mohon tunggu...
Kuntoro Boga
Kuntoro Boga Mohon Tunggu... -

Pemerhati Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Selanjutnya

Tutup

Money

Lahan Rawa: Raksasa Tidur dan Lumbung Pangan Potensial

21 Desember 2018   14:20 Diperbarui: 21 Desember 2018   18:05 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Varietas ini toleran dengan kondisi rawa yang asam, toleran terhadap perendaman, dan keracunan besi. Dengan penggunaan teknologi yang tepat, hasil dari lahan rawa tidak akan kalah dengan lahan kering dan sawah. Baik dari segi produktivitas, maupun kualitas.

Beberapa anjuran mengelola lahan rawa untuk dijadikan area pertanian (agricultural land) dengan teknologi pengelolaan berkelanjutan disimpulkan antara lain dengan:

a.  Menghindari penggunaan api dalam pembukaan lahan dan mengendalikannya untuk mencegah kebakaran rawa. Hutan dan lahan rawa yang dipengaruhi oleh drainase akan mudah terbakar, terutama pada tahun-tahun El-Nio dengan kemarau panjang. Lahan rawa dengan kedalaman drainase kurang dari 40 cm relatif aman dari kebakaran.

b.  Mengatur kedalaman muka air tanah rawa. Pada umumnya emisi CO2 dari rawa meningkat dengan semakin dalamnya muka air tanah. Sistem pertanian tradisional yang memerlukan drainase dangkal seperti perkebunan karet rakyat, sagu, atau sawah cenderung lebih rendah mengemisikan CO2 . Oleh karena itu, kedalaman drainase perlu dipertahankan sedangkal mungkin selama tidak menurunkan hasil.

 c. Menggunakan amelioran. Amelioran adalah bahan yang mengandung kation bervalensi tinggi, seperti Fe, Al, dan Cu, dan digunakan untuk memperbaiki berbagai sifat buruk tanah rawa, seperti kemasaman tinggi. Pemberian amelioran tanah liat 5-10 t/ ha berpotensi mengurangi emisi CO2 dari dekomposisi rawa sampai 28%. Beberapa penelitian masih berlangsung untuk meyakinkan efektivitas berbagai bahan amelioran dalam menurunkan emisi.

d.  Pilihan Varietas Adaptif dan Rendah Emisi Gas Metana. Sudah terbukti beberapa varietas padi lokal dan VUB Padi khusus lahan rawa sangat potensil dan perlu dikembangkan karena produktivitas dan ketahanan terhadap cekaman biotik maupun abiotik di lahan rawa. Pilihan jenis padi juga perlu didasari pada tingkat Gas Metane rendah yang dihasilkan.

e. Pertanian organik dan Pestisida Nabati. Keberlanjutan budidaya di lahan rawa  yang ramah terhadap ekosistem yang baru dibuka perlu perhatian khusus.  Keseimbangan ekosistem tetap perlu dijaga dengan memanfaatkan pestisida alami dan sistem budidaya yang ramah lingkungan. 

f. Mekanisasi Pertanian.  Nampaknya di lokasi-lokasi lahan tidur khususnya rawa populasi tenaga kerja masih sangat sedikit, sehingga mekanisasi sangat diperlukan. Alat dan mesin yang dipilih harus disesuaikan untuk dapat dioperasikan di lahan rawa dan tidak menimbulkan kerusakan lahan.

Sumber: Kementan
Sumber: Kementan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun