# Waktu memasak menjadi relatif cukup lama.
Kondisi dapur seperti itu akan sulit dihindari jika penggunaan tungku kayu atau keren tradisional masih digunakan.
Terkait dengan itu semua, saat ini sedang di sosialiasikan Program Tungku Sehat Hemat Energi, disebut juga denganprogram tshe.Program ini merupakan kerjasama antaran pemerintah, dalam hal ini Kementrian ESDM, World Bank, dan beberapa LSM luar negeri seperti geres. Program ini tengah digulirkan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Timur sebagai pilot project sejak bulan April 2016. Informasi mengenai program tshe ini dapat juga diperoleh di alamat web www.tungkuindonesia.org.
Salah satu tujuan dari program tshe adalah memperkenalkan tungku kayu yang terbuat dari logam sebagai hasil dari teknologi tepat guna. Setelah masyarakat Indonesia mengetahui keunggulan dari kompor tungku hasil teknologi tepat guna ini, mulai meninggalkan penggunaan tungku kayu tradisional dan beralih ke kompor tungku modern.
Saat ini ada 14 macam kompor tungku modern yang disiapkan untuk disosialisasikan kepada masyarakat pedesaan di Provinsi Yogyakarta, Jawa Tengah, dan NTT, beberapa diantaranya diproduksi di luar negeri. Namun karena harga kompor tungku import menjadi relatif mahal untuk sampai ke konsumen, hanya 4 macam kompor tungku produksi Indonesia yang akan disosialisasikan. Kompor tungku produksi dalam negeri yaitu; Amarta, Keren Super 2, UB Kayu, dan UB Pellet.
Keunggulan kompor tungku modern ini yang utama yaitu;
1. Hemat
Kompor tungku yang akan dipasarkan ini telah lolos uji di laboratorium Yayasan Dian Desa, sebuah yayasan yang fokus pada pengembangan teknologi tepat guna dan saat ini berperan utama dalam sosialisasi program tshe. Jika dibandingkan dengan tungku tradisional, kompor tungku modern membutuhkan lebih sedikit dalam penggunaan bahan bakar kayu. Contoh tungku UB Kayu, untuk memasak 1 Kg beras hanya dibutuhkan 0,5 Kg potongan kayu kecil ukuran ± 4x10 cm.
2. Asap