Mohon tunggu...
KUNTJOJO
KUNTJOJO Mohon Tunggu... Lainnya - Saya menikmati menulis karena saya senang bisa mengekspresikan diri dan ide-ide saya.

"Menulis sesuatu yang layak dibaca atau melakukan sesuatu yang layak ditulis."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesiapan Bayi Neonatal dalam Menghadapi Kehidupan

11 Februari 2023   08:00 Diperbarui: 28 Februari 2023   20:03 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 3: Refleks melangkah (Sumber: Ciccarelli & White (2015: 318)

3.  Sirkulasi Darah

Selama dalam kandungan, janin bergantung pada ibunya untuk kebutuhan makanan dan oksigen. Karena janin tidak menghirup udara, sirkulasi darahnya berbeda dengan sirkulasi setelah lahir. Plasenta adalah organ yang berkembang dan tertanam di rahim ibu selama kehamilan dan memiliki peran vital dalam pertumbuhan bayi selama dalam kandungan. Janin terhubung ke plasenta oleh tali pusar. Semua nutrisi, oksigen, dan dukungan hidup yang diperlukan dari darah ibu melewati plasenta dan ke bayi melalui pembuluh darah di tali pusat. Saat lahir, perubahan besar terjadi. Bayi tidak lagi menerima oksigen dan nutrisi dari ibunya. Dengan menghirup udara pertama, paru-paru mulai mengembang. Paru-paru jantung bayi mulai berfungsi sebagaimana orang dewasa. Darah sekarang hanya bersirkulasi di dalam sistem tubuh bayi.

4.  Pengaturan Suhu Tubuh

Pada saat bayi berada di dalam rahim ibunya suhu udara yang dihadapi relatif  tetap. Dalam lingkungan pasca kelahiran, bayi nenonatal menghadapi lingkungan yang suhu udaranya berbeda-beda, tergantung di mana bayi berada dan juga bisa berubah-ubah, misalnya suhu udara pagi, siang, dan malam hari yang berbeda. Dalam menyesuaikan diri dengan suhu udara, suhu tubuh diatur oleh aktivitas bayi dan lemak tubuh (yang bertindak sebagai isolasi), bukan oleh cairan ketuban (Ciccarelli & White, 2015: 317).

C. Refleks dan Pola Aktivitas Harian Bayi Neonatal

Pada masa lalu, bayi lahir dianggap sebagai makhluk yang rapuh dan tidak berdaya dalam menghadapi kehidupan.  Anggapan seperti itu didasarkan kenyataan bahwa  berbagai keterampilan sebagaimana dimiliki orang dewasa belum dimilikinya.  Keterampilan keterampilan atau kemampuan manusiawi yang merupakan hasil belajar memang belum dimiliki oleh bayi. Yang mereka miliki adalah kemampuan potensial yang menunggu pematangan dan proses belajar dari lingkungannya. Namun demikian mereka telah memiliki kemampuan bawaan yang diperlukan untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.

Fakta yang mengejutkan adalah bahwa bayi yang baru lahir jauh lebih siap untuk hidup dari pada yang diasumsikan oleh para orang tua, tenaga medis, dan pakar (Shaffer & Kipp, 2014: 132). Semua indera bayi yang baru lahir dapat berfungsi dengan baik. Selain itu mereka juga memiliki kemampuan bawaan untuk beradaptasi dengan dengan lingkungan yaitu refleks dan pola aktivitas harian atau keadaan gairah (state of aurosal) yang dapat diprediksi.

1. Refleks

Refleks adalah respons terpola yang terjadi secara otomotis terhadap stimulus tertentu (Shaffer & Kipp, 2014: 132).  Refleks merupakan respons yang tidak disengaja terhadap rangsangan, seperti saat mata secara otomatis berkedip sebagai respons terhadap hembusan udara. Refleks bukan merupakan hasil belajar tetapi kemampuan yang telah dimiliki bayi sejak lahir. Menurut von Hofsten,  reaksi yang tampaknya sederhana ini sebenarnya adalah pola perilaku yang cukup bervariasi dan kompleks yang memberi bayi cara untuk mulai berinteraksi dengan dunia mereka (Sigelman & Rider, 2018: 136). Refleks merupakan pola perilaku yang mengagumkan dan menarik perhatian. Bagi ahli perkembangan, refleks bayi baru lahir adalah mekanisme untuk bertahan hidup, indikator pematangan otak, dan sisa-sisa sejarah evolusi dan bagi orang tua, refleks sebagian besar menyenangkan dan terkadang luar biasa (Berger, 2015: 126).

Ada bermacam-macam refleks yang dimiliki bayi yang baru lahir.   Beberapa refleks disebut refleks bertahan hidup (survival reflexes) karena memiliki nilai adaptif yang jelas (Sigelmen & Rider, 2018: 136). Dengan refleks bertahap hidup yang dimilikinya, bayi mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang baru, yang jauh berbeda dengan lingkungan sebelumnya, dan memenuhi berbagai kebutuhan biologisnya. Berger (2015: 126), mendiskripsikan beberapa fungsi refleks bertahap hidup sebagai berikut.

  • Refleks menjaga suplai oksigen. Refleks pernapasan (breathing reflex) dimulai bahkan sebelum tali pusar, dengan suplai oksigennya, terputus. Refleks tambahan yang mempertahankan oksigen adalah refleks cegukan (hiccup reflex) dan refleks bersin (snezzing reflex), serta meronta (menggerakkan lengan dan kaki) untuk menghindari sesuatu yang menutupi wajah.
  • Refleks menjaga suhu tubuh konstan. Saat bayi kedinginan, mereka menangis, menggigil, dan melipat kaki di dekat tubuh. Saat kepanasan, mereka mencoba menyingkirkan selimut dan kemudian diam.
  • Refleks mengatur pemberian makan. Refleks menghisap (sucking reflex) menyebabkan bayi baru lahir menghisap apa pun yang menyentuh bibir mereka, misalnya: jari tangan, kaki, selimut, serta puting susu. Dalam refleks mencari (rooting reflex), bayi mengarahkan mulutnya ke arah apa pun yang menyentuh pipi mereka. Bayi mencari puting secara refleksif  dan mulai menyusu. Refleks menelan (swallowing) juga membantu pemberian makan, seperti halnya menangis saat perut kosong dan meludah jika terlalu banyak ditelan dengan cepat. Foto di bawah menggambarkan refleks menghisap.

Gambar 1: Refleks menghisap (Sumber: Ciccarelli & White, 2015: 318)
Gambar 1: Refleks menghisap (Sumber: Ciccarelli & White, 2015: 318)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun