A. Paradigma Behaviorisme
Behaviorisme, juga dikenal sebagai psikologi perilaku, adalah teori belajar yang menyatakan semua perilaku dipelajari melalui interaksi dengan lingkungan melalui proses yang disebut pengkondisian. Dengan demikian, perilaku hanyalah respon terhadap rangsangan lingkungan. Behaviorisme hanya peduli dengan perilaku stimulus-respons yang dapat diamati, karena fenomena yang demikian dapat dipelajari secara sistematis. Berdasarkan paradigma tersebut teori belajar behaviorisme (behaviorisme learning theory) disebut juga teori belajar perilaku (behavioural learning theory).
Behaviorisme adalah cara berpikir yang dominan tentang belajar dan pendidikan, yang berkembang pada awal 1900-an, dan menjadi dominan pada awal abad ke-20 dan tetap berpengaruh kuat dalam sistem pendidikan sampai saat ini. Menurut behaviorisme, tujuan keseluruhan pendidikan adalah untuk membentuk perilaku yang diinginkan. Oleh karena itu, hasil belajar yang diinginkan adalah perubahan bentuk atau frekuensi perilaku yang dapat diamati berupa apa yang dikatakan atau dilakukan pembelajar.
Menurut behaviorisme, belajar merupakan perubahan perilaku karena perolehan, penguatan dan penerapan asosiasi antara rangsangan dari lingkungan dan tanggapan individu yang dapat diamati. Huang, Spector, dan Yang (2019: 35) menyatakan bahwa gagasan utama behaviorisme tentang belajar adalah: 1) Proses belajar adalah upaya dan kesalahan bertahap sampai dicapai keberhasilan yang konsisten, 2) Kunci keberhasilan belajar bergantung pada penguatan, dan 3) Belajar melibatkan urutan stimulus-respons.
B. Tokoh-tokoh Behaviorsime dan Hasil Karyanya
Behaviorisme berperan penting untuk menetapkan psikologi sebagai disiplin ilmiah melalui metode objektifnya dan terutama eksperimentasi. Tokoh-tokoh utama behaviorisme adalah Ivan Pavlov (1849-1936), yang menyelidiki pengkondisian klasik; Edward Lee Thorndike (1874-1949), yang memperkenalkan konsep penguatan dan yang pertama menerapkan prinsip-prinsip psikologis untuk belajar; John B. Watson (1878-1958), yang menolak metode introspektif dan berusaha membatasi psikologi pada metode eksperimental; dan B.F. Skinner (1904-1990), yang melakukan penelitian tentang pengkondisian operan.
1. Ivan P. Pavlov: Classical ConditioningÂ
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936), dikenal karena karyanya pada satu jenis belajar yang penting, yaitu pengkondisian klasik. Ia adalah seorang ahli fisiologi Rusia terkemuka yang melakukan penelitian dan pemenang Hadiah Nobel tentang pencernaan. Penelitian Pavlov dianggap sebagai yang pertama mengeksplorasi teori pengkondisian klasik: bahwa rangsangan menyebabkan respons dan bahwa otak dapat mengaitkan rangsangan bersama untuk mempelajari respons baru. Pavlov mempelajari peran air liur dalam proses pencernaan anjing ketika dia menemukan apa yang dia sebut refleks psikis (Weiten, 2017: 184).
Pengkondisian klasik ditemukan Pavliov secara tidak sengaja saat melakukan penelitian tentang pola pencernaan pada anjing. Selama eksperimennya, dia  memasukkan bubuk daging ke dalam mulut seekor anjing. Pavlov menemukan bahwa anjing itu mulai mengeluarkan air liur sebelum bubuk daging disajikan kepadanya. Segera anjing itu mulai mengeluarkan air liur begitu orang yang memberinya makan memasuki ruangan. Pavlov dengan cepat mulai tertarik pada fenomena ini dan meninggalkan penelitian pencernaannya demi studi pengkondisian klasiknya yang sekarang terkenal. Air liur anjing diambil melalui tabung yang ditanamkan melalui pembedahan di kelenjar ludah seperti  terlihat pada gambar 1 berikut.
Dalam penelitiannya Pavlov memasangkan suara detak metronom (alat sederhana yang menghasilkan suara detak ritmis) dengan presentasi makanan untuk melihat apakah anjing pada akhirnya akan mengeluarkan air liur dengan suara metronom (Ciccarelli & White, 2015: 178). Tindakan demikian disebut pengkondisian (conditioning). Konsep pengkondisian yang diciptakan oleh Pavlov dikemudian hari dikenal sebagai pengkondisian klasik (classical conditioning). Kata klasik untuk menegaskan bahwa konsep pengkondisian paling awal adalah karya Pavlov.