Komponen-komponen  motivasi berprestasi, berdasarkan  Tripartite Model of Motivation for Achievement yang dikembangkan oleh Tuckman (2014: 1-2),  terdiri dari tiga variabel generik, yaitu attitude (sikap), drive (dorongan), dan  strategy (startegi).
1. SikapÂ
Berdasarkan model tripartite, sikap yang dimaksud dalam dalam hubungannya dengan motivasi berprestasi adalah efikasi-diri, atau bagaimana keyakinan seseorang akan kemampuannya sendiri. Tanpa sikap, tidak ada alasan untuk percaya bahwa seseorang mampu melakukan tindakan tertentu untuk memperoleh hasil baik yang diinginakan. Â Ada bukti yang cukup untuk mendukung pendapat bahwa efikasi-diri berkontribusi pada dicapainya prestasi akademik.
2. Dorongan Â
Keyakinan bahwa ada kemampuan untuk  melakukan suatu saja masih belum cukup untuk bisa mencapai keberhasilan yang memuaskan.  Diperlukan energi agar keyakinan tersebut berkembang menjadi suatu tindakan.  Dalam konteks inilah dorongan (drive) diperlukan. Tanpa dorongan yang kuat seseorang enggan untuk berbuat, takut menghadapi tantangan dan persaingan, serta mudah putus asa. Salah satu sumber potensial dari dorongan untuk melakukan adalah nilai insentif kinerja, teori insentif  menunjukkan bahwa orang akan melakukan tindakan bila kinerjanya cenderung mengakibatkan beberapa hasil yang mereka inginkan, atau yang penting bagi mereka.
3. StrategiÂ
Strategi dibutuhkan berkenaan dengan usaha melakukan tindakan yang efektif.  Tanpa strategi tidak ada acuan untuk membantu memilih dan membimbing tindakan yang diperlukan. Dalam dekade terakhir, bukti yang dikumpulkan untuk peran strategi dalam motivasi untuk pencapaian telah cukup, terutama dalam kerangka belajar mandiri. Selain percaya pada kemampuan sendiri, dan memiliki keinginan untuk mencapai hasil tertentu,  mampu melaksanakan strategi tertentu dapat mencapai  sukses dalam berbagai bidang, misalnya penulis, atlet, musisi, dan seterusnya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi
Henry Murray, penggagas studi kepribadian yang didasarkan pada motivasi, menggunakan istilah kebutuhan (need) yang merujuk pada kesiapan untuk merespons dengan cara tertentu dalam kondisi tertentu (Friedman dan Schustack, 2008: 320).  Menurut Murray kebutuhan dasar manusia meliputi  kebutuhan akan pencapaian, afiliasi, dominasi dan eksibisi (Friedman & Schustack, 2008: 320). Kebutuhan akan pencapaian sebagaimana dikemukakan oleh Murray selanjutnya diteliti secara intensif oleh David C. McClelland dan koleganya. Mc Clelland kemudian mengembangkan Achievement Theory of Motivation yang berkisar pada tiga aspek penting, yaitu achievement, power dan affiliation.
Walgito (2004: 227-228), menyatakan bahwa motivasi berprestasi merupakan motif sosial yang dipelajari secara mendetail dan orang yang memiliki memiliki motivasti tersebut akan berusaha meningkatkan performance, sehingga dengan demikian akan terlihat kemampuan prestasinya. Â Sebagai motif sosial, motivasi prestasi dipengaruhi harapan sosial, dukungan sosial, situasi kompetitif dalam komunitas sosial, dan seterusnya.
Dalam pandangan teori imbalan dengan prestasi (Yudhawati dan Haryanto, 2011: 88), Â motivasi berprestasi, khususnya dalam bekerja seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal, yaitu: (1) persepsi seseorang mengenai diri sendiri, (2) harga diri, (3) harapan pribadi, (4) kebutuhan, (5) keinginan, (6) kepuasan kerja, dan (7) prestasi kerja yang dihasilkan, maupun faktor eksternal, yaitu : (1) jenis dan sifat pekerjaan, (2) kelompok kerja di mana seseorang bergabung, (3) organisasi tempat kerja, (4) situasi lingkungan pada umumnya, dan (5) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.