Korea selatan telah berhasil memperkenalkan produk budaya dari industri hiburannya seperti musik serta perfilman yang dikenal dengan istilah KPOP di kancah internasional atau dapat disebut dengan Korean wave. Penyebaran Korean wave yang sangat pesat tersebut tidak lepas dari peran artis, serta musisi ternama negeri gingseng itu seperti Boyband BTS, EXO,NCT dan lainnya. Selain itu penggemar juga mempunyai peran penting dalam mengembangkan, memperkenalkan, serta mendukung idola kpop yang mereka suka.
Fenomena Korean wave tersebut telah memikat perhatian penggemar diseluruh dunia dari berbagai golongan baik anak-anak, remaja, maupun dewasa bahkan orang tua sekalipun. Para penggemar kpop diseluruh dunia biasanya tergabung dalam suatu wadah perkumpulan yang disebut dengan kata fandom, fandom sendiri juga menjadi sebuah identitas penggemar idola kpop. Kendati demikian justru fans kpop memiliki steriotip yang melekat karena dianggap sering bersikap berlebihan, histeris, gila, obesesif, serta konsumtif ketika membeli marchindase idola maupun mengikuti idola ke berbagai negara yang dikunjungi.
Fans kpop bahkan tidak segan-segan dalam memberikan dukungan terhadap idolanya agar idolanya mendapatkan sebuah popularitas, tranding di platform digital, serta kemenangan pada acara penghargaan. Dengan adanya sikap tersebut membuat prespektif ditengah masyarakat yang terkadang diartikan sebagai suatu sikap fanatisme yang berlebihan.Â
Namun dibalik itu semua bila ditinjau lebih dalam lagi sikap fanatisme yang berada dalam lingkaran kehidupan industri kpop bisa dikatakan lebih parah atau lebih agresif. Hal tersebut dapat dibuktikan apabila dikaitkan dengan adanya sasaeng fans, dimana prilaku sasaeng fans mampu mengganggu kehidupan pribadi idola dengan kata lain mampu mengusik privasi sang idola.
Selain mengganggu privasi idola sikap fanatisme yang dilakukan sasaeng fans juga dapat menyebabkan rasa ketidaknyamanan idola bahkan dapat membahayakan nyawa sang idola sekalipun. Misalnya saja Yunho dari boyband TVXQ yang pernah diberikan sebotol jus jeruk yang telah dicampuri lem super oleh seorang sasaeng fans sehingga membuatnya pingsan dan harus dilarikan ke rumah sakit.
 Contoh lain juga dialami oleh boyband Super Junior ketika mobil yang mereka tumpangi secara sengaja ditabrak dari belakang oleh puluhan sasaeng fans yang serta merta mengikuti mobil mereka. Aksi sasaeng fans tersebut sudah termasuk kedalam tindakan kriminalitas yang dilandaskan pada sikap fanatisme.
Fanatisme sendiri ialah suatu keyakinan atau kepercayaan yang terlalu kuat terhadap ajaran (politik, agama, dan sebagainya). Fanatisme memiliki keyakinan atau anggapan yang tinggi terhadap suatu objek dengan menunjukan rasa antusiasme yang ekstrem, serta melibatkan rasa cinta, minat, dan emosi yang berlebihan.Â
Fanatisme menerapkan bahwa suatu objek yang mereka senangi harus ditunjukan dengan obsesi yang tinggi, tidak berfikir apakah itu akan menguntungkan atau membahayakan berbagai pihak baik dari pihak yang bersangkutan, maupun yang tidak bersangkutan bahkan pelaku fanatisme itu sendiri.
Oleh karenanya para pelaku fanatisme tidak memiliki rasa bersalah apabila telah merugikan suatu pihak akibat perbuatannya. Pelaku fanatisme juga memiliki pandangan jika yang diyakini adalah suatu kebenaran maka akan dipertahankan, dan akan memperdebatkan pendapat yang dianggap tidak sejalan dengannya.Â
Sasaeng fans sebagai pelaku fanatisme menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan perhatian dari idolanya, mereka bisa saja dengan terang-terangan menunjukan keobsesianya di tempat umum dan bahkan bisa juga mengganggu penggemar selain sasaeng fans.
Mirisnya lagi sasaeng fans sebagai pelaku fanatisme berdalih bahwa apa yang mereka jalani berlandaskan sebagai suatu bentuk kecintaannya terhadap idola, namun hal tersebut hanyalah menunujukan keobesesian belaka. Karena sejatinya sikap fanatisme bukanlah bentuk dari sebuah kecintaan, melaikan suatu obsesi yang tinggi tanpa memperdulikan adanya rasa ketulusan didalam sebuah cinta. Justru obsesi yang ditunjukan akan membuat idola dan pihak yang dirugikan merasa kesal dan jengkel terhadap perbuatan pelaku fanatisme tersebut.
Aksi Nyata
Aksi fanatisme sebagai kriminalitas harus segera diselesaikan agar terhentinya kerugian yang dialami oleh beberapa pihak. Agensi atau menajemen yang manaungi berbagai artisnya harus lebih baik lagi dalam memberikan penjagaan yang ketat. Penjagaan yang ketat haruslah diimbangi dengan tindak penegakan hukum yang tegas serta memberikan sanksi atau hukuman yang berat terhadap para fanatisme fans yang membahayakan artisnya.Â
Akan tetapi bila diteliti lebih dalam lagi justru ada beberapa agensi yang mengambil keuntungan dari kefanatikan sasaeng fans, seperti menjual belikan data pribadi sang idola kepada sasaeng fans. Hal tersebutlah yang menjadi ironi bagi kewajiban agensi yang seharusnya bisa melindungi para artisnya.
Keluarga memiliki peran yang sangat penting untuk membentuk karakter serta kepribadian seseorang agar terhindar dari sikap fanatisme. Keluarga juga sebisa mungkin harus bertindak untuk memberikan pemahaman awal tentang moral serta norma yang baik yang berlaku di masyarakat. Apabila moral dan norma telah tertanam dengan kuat dalam jiwa seseorang, maka persentasi kriminalistas yang ditimbulkan sangat kecil.
Keluarga sebagai landasan dasar dalam memerangi fanatisme juga harus memiliki komunikasi yang baik. Komunikasi yang terbuka antar anggota keluarga harus terus terjalin, karena dengan begitu dapat mempermudah pembahasan mengenai aktivitas anggota keluarga yang merupakan seorang penggemar.Â
Maka dengan demikian bisa meninjau atau mengontrol apakah aktivitas yang dilakukan masih terbilang normal atau sudah termasuk ke dalam sikap fanatisme. Apabila terlampau melampaui batas dalam mengidolakan seorang idola, maka anggota keluarga yang lain mampu memberikan nasihat dengan cara yang baik.
Selain itu rasa cinta dan kasih sayang yang penuh dalam sebuah keluarga juga sangat mempengaruhi seseorang supaya terhindar dari sikap fanatisme. Rasa kasih sayang dan cinta yang diterima akan menghindarkan diri dari keobsesian yang tinggi untuk mendapatkan perhatian dari orang yang disenangi.Â
Sehingga mampu menciptakan kontrol diri untuk mencintai idola sewajarnya saja, dan tidak akan menimbulkan kerugian yang bisa dirasakan oleh beberapa pihak baik diri sendiri maupun orang lain, serta dapat meningkatkan sikap netral dalam melakukan aktivitas ketika menjadi seorang penggemar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H