Ketika adiknya tertidur, Rea kembali ke rumah. Menidurkan adiknya, lalu melanjutkan untuk mencuci baju yang menumpuk. Rasa kantuknya ia tahan, mengingat dia semalam hanya tidur dua jam. Selesai mencuci, Rea mengistirahatkan tubuhnya di lantai hingga tertidur.
"Rea! Bisa-bisanya ya, kamu enak-enakan tidur di sini. Liat adikmu?!"
Rea yang merasa tarikan di tangannya pun bangun. Dia melihat raut marah ibunya serta suara tangisan adiknya dengan tangan melepuhnya.
"Lihat! Cuma disuruh ngejagain aja gabisa. Dasar! Jadi anak tuh berguna dikit kek. Kamu tau gak sih, ibu tuh capek, baru pulang!"
Sang ibu mengambil sapu, lalu memukulkannya ke arah sang anak kedua. Sedangkan Rea hanya terdiam takut.
"Ibu!" teriak Reni yang baru saja pulang sekolah. Dia melindungi adiknya dari amukan ibunya. Selalu seperti ini. Ya, hal ini adalah hal yang biasa terjadi. Melihat raut ketakutan di wajah adiknya, dia semakin merasa bersalah. Dia terlalu pengecut untuk sekadar membela adiknya dari kemarahan ibunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H