Mohon tunggu...
kuninggg
kuninggg Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

be yourself

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lara Dera

24 Mei 2024   22:16 Diperbarui: 24 Mei 2024   22:19 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bu, aku punya ayah gak sih?"

Masih teringat dalam ingatan Dera, ketika dulu dia bertanya tentang ayahnya yang hanya dijawab oleh keterdiaman sang ibu. Ibunya selalu mengalihkan peerhatian kepada hal lain. Karena tidak pernah menemukan jawaban mengenai ayahnya, akhirnya Dera mulai berhenti untuk bertanya tentang eksistensi sang ayah. Baginya, bersama dengan ibu adalah suatu kecukupan.

Berjalan sendiri sepulang sekolah adalah hal yang biasa bagi Dera. Biasanya dia akan menuju pasar, membantu sang Ibu untuk berjualan. Akan tetapi jika sedang lelah seperti kemarin, dia hanya akan berada di rumah.

"Bu, aku muter dulu ya."

"Iya hati-hati. Kalo capek langsung kesini lagi ya."

Sambil membawa kotak berisi aneka kue basah buatan ibunya, Dera berteriak tanpa rasa malu.

"Kue ... kue .."

Begitulah keseharian dari seorang Dera. Anak yang ramah dan sopan. Bahkan teman-teman ibunya yang berada di pasar sampai mengenalnya, karena Dera sering ke pasar. Dia adalah anak yang kalau kata tetangga patut dicontoh. Dia tidak pernah malu dengan fakta bahwa ibunya hanyalah seorang penjual kue ataupun fakta bahwa dia tidak memiliki ayah.

Ketika lelah, Dera akan berhenti di pinggir jalan dan duduk. Hal yang disukainya ketika sedang menjual kue adalah ketika ia bertemu dengan anak jalanan yang sama-sama sedang menjajakan barang dagangannya. Terkadang, mereka beristirahat bersama. Melihat mereka yang masih bisa tertawa membuat Dera merasa bahwa kehidupannya jauh lebih beruntung. Banyak anak jalanan yang tidak memiliki rumah dan tidak bersekolah. Hal itu membuat Dera menjadi pribadi yang lebih bersyukur.

***

"Yang sabar ya, Bu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun